Minggu, 26 Februari 2012

The Last Part 5 (The spirit, struggled, and tried to step)
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, romance
Tipe : Countinue
Rating : 15
Cast  : Han Min Ra (oc), Park Junsoo, Cho Kyuhyun.
Support cast:  Choi Hyunsoo (oc), Park Sang Mi (oc), Jung Yong Bin (oc), Kim Raesi (oc), Park Minyuk (oc).
Cover credit :The original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed.
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to them selves, do not take it out without permission.
Warning : This story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you^^

Annyeong reader!! Kita ketemu lagi di bagian ff kelima, author harap kalian suka ya buat baca ff yang author buat. Baca ceritanya sambil dengerin lagu yang bikin hati nyambung sama cerita ini ya, pasti lebih menarik (usulku) hehe. Oh iya…ff ni dari sudut pandang author POV dan pemerannya juga, kayanya author berhenti bicara disini ya, kalian pasti udah gak sabar. Hehehe (sedikit percaya diri). Ayo kita masuk ceritanya. Semoga suka…
AUTHOR POV
Angin berhembus begitu saja, daun- daun yang kering mulai berjatuhan, satu persatu mereka turun dari pohon besar itu. Terik matahari cukup nyaman menembus kulit, hangat dan menyejukan, rambut yang terurai panjang dan lurus mulai berterbangan kesana kemari mengikuti arus angin berhembus. Sesekali dia membereskan kembali rambutnya dan tetap fokus dengan laptopnya yang sedang digunakan. Tapi angin nakal itu tetap saja menganggunya dan membuat rambutnya berantakan kembali, namun, sedikitpun dia tidak beranjak dari tempatnya. Segelas coklat hangat membuat suasana hatinya lebih tenang, beberapa ide muncul dari pikirannya dan langsung dia tuangkan dalam lembaran kertas ditangannya. Bangku taman berwarna coklat itu menjadi tumpuannya untuk duduk, bangku taman itu tepat berada dibawah pohon besar. Pemandangan sekitarnya sungguh indah dan asri, bunga- bunga berwarna warni menghiasai sudut taman ini dan warna daun- daun yang hijau mencolok kearah retina matanya. Tangannya asik memainkan pensil warna itu dengan professional, matanya tetap fokus pada sasaran, sebuah taman dengan keindahan didalamnya. Goresan demi goresan terus terjadi pada kertas putih itu, hasilnya semakin terlihat dan nampak nyata. Dia hanya tersenyum mengagumi hasil karyanya sendiri, hobi yang tidak pernah diketahui oleh orang lain dan menjadi keasikan sendiri untuk mengisi waktunya yang kosong. “HAH… selesai.” Gumamnya.
Seseorang berlari dengan cepat kearahnya, menunjukan keadaan genting. Orang itu tepat berada dihadapannya dan langsung menatapnya dengan wajah kelelahan, napasnya terengah- engah dan mulai menenangkan dirinya sendiri. Perlahan mulutnya mulai terbuka untuk mengeluarkan kata- kata yang ingin disampaikannya. Wajah yeoja itu terlihat sangat bahagia dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang itu.
“Aku… aku harus pergi.” Suaranya parau dan wajahnya memancarkan kesedihan.
“Mwo?”
“Mianata.”
“Khajima… khajima. Andwe…. Khajima.”
Seketika mimik wajah yeoja itu berubah muram dan sedih, menatap kosong saat mendengarkan kata- kata yang dilontarkannya. Air matanya terus mengalir dan mulai membasahi pipinya yang memerah, sekuat tenaga yeoja itu menahan rasa kecewanya dan tangisannya tetapi itu percuma. Air matanya semakin deras mengalir saat orang itu mulai berkata dan terus berkata kepadanya. Ucapannya begitu menyakitkan bahkan itu membuatnya semakin terjatuh, rasanya seperti disayat- sayat dengan pisau yang tajam dan menimbulkan rasa sakit dan perih.
Seseorang menepuk pundak yeoja itu yang menatap kosong tenggelam dalam lamunannya.
“Minra- ssi? Apa kamu mendengarkan suaraku?” Tanya seseorang yang berdiri dihadapannya.
Yeoja itu menatap seseorang yang berdiri dihadapannya, namun wajahnya tidak begitu jelas karena sorot matahari yang menyinarinya dari belakang, lamunannya buyar dan pecah karena suara dan tepukan namja itu lalu menghilang kembali dari benaknya.
“Ah… nde aku mendengar, kapan sampai?” Tanya Minra menengadah wajahnya keatas untuk menatap orang yang ada dihadapannya.
“Aku baru saja sampai disini, kemarin aku ingin melihat keadaanmu tapi Appa menyuruhku pergi mengantarkan beberapa makanan untuk harmoni sehingga aku menundanya. Bagaimana keadaanmu?” Tanyanya dengan suara yang cemas.
Wajahnya semakin jelas terlihat, yeoja itu menunggu dan ingin melihat jelas siapa yang datang menjenguknya.
“Oppa?” Tanya Minra penasaran dan menatapnya sembari mengerutkan keningnya.
“Ne.” Dia tersenyum hangat.
“Bagaimana keadaanmu?” Lanjut namja itu.
“Aku baik- baik saja, hanya sedikit patah tulang di hidungku karena hantaman bola kemarin, tapi rasa sakitnya mulai hilang.” Ujar Minra tersenyum sambil memegang hidungnya.
Wajah namja itu sedikit  terkejut, dia menjatuhkan dirinya kearah kursi taman itu tepat disamping Minra. Dia menatap Minra dan memegang kedua sisi wajah yeoja itu untuk memastikan keadaannya. Namja itu terus melihatnya dan menatap semua yang ada diwajah yeoja itu, debaran jantung tidak bisa dielakan lagi oleh yeoja itu, wajah namja berlesung manis itu terlalu dekat dengannya hanya berjarak 10 cm. Minra semakin kikuk dengan keadaannya dan tidak bisa memalingkan wajahnya dari tatapan hangat itu.
“Ah… Aku tidak apa- apa.” Ucap Minra melepaskan tangan Leeteuk dari wajahnya.
“Sincha?”
“Ne.”
“Syukurlah, aku takut sekali melihatmu kemarin. Andai saja aku melihat saat orang itu melemparkan bola itu ke wajahmu pasti sudah ku hajar orang itu.” Ucap Leeteuk menggebu- gebu sambil mengepalkan tangannya.
“Haha. Jeongmal? Aku tidak yakin dengan hal itu. Mungkin saja orang itu juga tidak sengaja melemparkan bolanya kepadaku. Oppa, bukankah ini masih jam sekolah?” Tanya Minra menatap heran.
“Aku meminta ijin untuk pulang.” Ucap Leeteuk tersenyum malu seperti kuda.
“Aissh… oppa benar- benar murid yang nakal. Bagaimana dengan pelajaran Fisika hari ini? Akan banyak materi yang tertinggal nanti.” Ucap Minra sembari menepuk pundak Leeteuk dengan pelan.
“Tenang saja, aku sudah menyuruh Lee Sungmin untuk mengantarkan cacatan Fisika yang dia pelajari hari ini ke rumahku.” Jawab Leeteuk sambil menggaruk kepalanya.
“Hahaha, khure? Oppa benar- benar tidak merasa kasian kepada Sungmin- ssi?”
Leeteuk hanya tersenyum malu kearah Minra.
“Ah… oppa, Hyunsoo- ssi sudah memberitahumu tentang latihan drama?”
“Nde, mereka akan datang kesini setelah pulang sekolah.”
Lanjut Leeteuk. “Apa kamu baik- baik saja?”
“khurom, hanya menghafal beberapa naskah dan gerakan ringan saja. Selagi bisa kenapa tidak mencoba, benarkan?” Ucap Minra semangat.
“Ah… sinca?”
“Ne.” Minra mengangguk yakin.
 “Oppa?” Minra menatap Leeteuk.
“Mianata, kemarin aku tidak bisa menepati janjiku.” Sambil menghela napasnya.
“Janji?” Tanya Leeteuk kebingungan.
“Soal ajakan ke taman hiburan, mianata.”
“Arraso, tidak perlu minta maaf. Mungkin lain kali kita akan pergi kesana.” Ujar Leeteuk dengan tersenyum manis.
“Sinca? Annio. Aku sudah bahagia karena hal itu tidak terjadi. Oppa lebih baik kita ketempat  lain.” Ucap Yeoja itu mengelak langsung.
“Anni. Kita akan pergi kesana nanti. Oke.”
Leeteuk menatap tajam kearah Minra yang memelas tidak ingin pergi kesana. Namun, akhirnya yeoja itu kalah dan mengangguk lembut menuruti namja yang terus menatapnya.
Mereka berbicara banyak dan saling bercerita satu sama lain. Mereka sering bersama- sama dan saling mendukung satu sama lain. Leeteuk tidak pernah lelah menghadapai yeoja itu, meskipun dia keras tapi dibalik itu semua dia hangat dan lembut. Leeteuk adalah salah satu murid terpintar di Seoul Internasional High School, dia tidak pernah menunjukan itu atau menyombongkan dirinya kepada setiap orang. Minra selalu meminta bantuan kepada Leeteuk yang sudah dianggapnya sebagai Kakak dan sahabat yang paling berharga. Jika Minra menemukan kesusahan tentang pelajaran yang dihadapinya, Leeteuk selalu membantunya kapanpun yeoja itu meminta bantuan kepadanya. Salah satu yang membuat Minra nyaman berada disamping namja itu adalah kepribadiannya dan rasa humorisnya yang tinggi. Minra tidak pernah merasa canggung berbicara dengannya, mereka selalu saja bercanda gurau dan tidak pernah serius meskipun mimik muka yang mereka perlihatkan adalah keseriusan tetapi ujungnya mereka akan tertawa terbahak- bahak.
“Akhirnya pulang juga. Ah…. hari ini kita akan pergi menengok Minra dan berlatih disana. Apa  kalian menyetujuinya?” Tanya Sangmi kepada kelompoknya.
“Aku setuju, disana kita bisa menemaninya.” Ucap Raesi menganggukan kepalanya.
“kure.”
“Apa kamu akan ikut kesana?” Tanya Hyunsoo menatap seorang namja yang duduk disebelahnya.
Dengan raut wajah yang santai dan dingin namja itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Semua setuju dengan keputusan yang diambil oleh Hyunsoo dan Sangmi, merekapun berangkat ke rumah sakit. Diperjalanan, Hyunsoo menatap namja itu yang tidak berkutik sedikitpun dan terlihat tidak senang karena kejadian beberapa tahun lalu.
“Kamu tidak apa- apa?” Tanya Hyunsoo ragu- ragu.
“Memang aku kenapa?” Jawab Kyuhyun dingin.
“Annio, lupakan saja.”
‘Aku tahu bahwa kakaknya meninggal ketika dia berada di Perancis. Mungkin dia masih merasa takut untuk datang ke rumah sakit yang pernah didatanginya beberapa tahun lalu. Mianata Kyunhyun- ssi.’
“Kyuhyun- ssi.” Ucap Hyunsoo.
“Sudahlah aku tidak apa- apa.” Jawab Kyuhyun membuang wajahnya kearah jendela.
Yeoja itu masih duduk di taman, seorang namja yang terus menghiburnya dan dia juga membantu tugas yeoja itu, beberapa usulan diajukan kepada yeoja itu yang sudah kewalahan dan menyerah. Yeoja itu mendengarkan semua penjelasan dari namja yang memberikan pencerahan untuk melanjutkan karya tulis ilmiahnya. Dia merasa kesal, karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan lagi- lagi harus menyusahkan orang lain.
“Gomawo.” Ucap Yeoja itu.
“Ne.”
“Oppa, aku selalu saja membuatmu repot dan menyusahkanmu. Mianata.” Ucap Yeoja itu.
“Tidak perlu meminta maaf kepadaku. Aku selalu senang direpotkanmu, karena kamu adalah raja dari orang- orang yang merepotkan.” Jawab Leeteuk diikuti tawa yang terbahak- bahak. “HAHAHAHA”
“OPPA! Aku tidak seperti itu. Ah…Oppa tega sekali memberikan julukan itu kepadaku.” Ucap Yeoja itu sambil memukul pelan.
“Arraso, Han Minra- ssi.” Ucap Leeteuk sambil mencubit kedua pipi yeoja itu.
SSSSSS
Yeoja itu menunggu kedatangan seseorang yang berdiri didepan pintu kamarnya, sesekali yeoja itu menelan ludahnya dan mengepalkan tangannya, dia menarik napasnya dalam- dalam untuk membuat tubuhnya rileks. Dia tetap menunggu kemunculan seseorang yang akan masuk keruangannya, tapi… orang itu tidak kunjung datang dan membuatnya semakin takut, pintu kamar yeoja itu kembali tertutup tanpa ada satu orangpun yang masuk kedalam kamarnya hanya terdengar langkah kaki seseorang yang pergi. Yeoja itu menghela napas lega, “Syukurlah dia sudah pergi sekarang, aku benar- benar merasa takut.”
Pintu kamarnya kembali bergeser dan yeoja itu tersentak kaget.
“Minra- ah, eoma kembali, di jalan sangat macet sekali. Mianata, eoma terlambat sampai kemari.”
Yeoja itu kembali menghela napas lega karena mendengar suara Ibunya, “Syukurlah, eoma sudah datang, aku takut disini sendiri sampai- sampai aku memikirkan adegan- adegan film hantu yang syuting di rumah sakit.”
Ibu Han tertawa mendengar penjelasan anaknya, “Aigo… Kamu fikir hantu itu ada? Kamu ini ada- ada saja.” Ujar Ibu Han sambil merapihkan pakaian Minra kedalam lemari.
“Ah… ne, itu semua hanya cerita fiksi.” Ucap Minra meyakinkan dirinya sendiri.
“Sudah sekarang kamu istirahat supaya kamu cepat sembuh dan kuat lagi.” Lanjut Ibu Han yang masih sibuk merapihkan pakaiannya.
“Ne… eoma. Appa mana?” Tanya Minra melirik ke pintu luar kamar.
“Dia besok ada rapat penting jadi eoma yang menjagamu disini, eoma menyuruhnya untuk istirahat.” Jawab Ibu Han.
“Arraso.” Ucapnya sambil menganggukan kepalanya lembut.
‘Lalu siapa orang yang membuka pintu kamarku? Apa mungkin orang yang salah masuk kamar saja, aku harus berpikir positif dulu.’ Kata hati Minra meskipun masih terlihat tegang dan gemetar.
SSSSSS
Kicauan burung terdengar jelas dari luar kelas, matahari bersinar cerah dan angin berhembus lembut membuat suasana nyaman. Daun- daun berguguran dari pohonnya karena angin yang terus meniupi dedaunan yang mengering itu, seorang namja yang duduk di dekat jendela dengan headsheet di telinganya, alunan lagu- lagu yang menangkan dan membuat suasana hati menjadi baik. Tatapan jauh keluar melihat orang- orang berjalan- jalan dengan masing- masing aktivitasnya. Ada yang sedang berkumpul, mengerjakan tugas, bermain bola, membicarakan hal- hal yang menarik dan adapun orang yang sedang bertengkar, entah apa yang mereka ributkan. Namja itu selalu berdiam diri di kelas saat jam istirahat, karena dia hanya bisa memakan makanan yang dibawakan oleh asisten ayahnya. Makanan itu terhindar dari penyakit atau hal- hal berbahaya, orangtuanya yang sangat protect kepadanya membuat namja itu tidak dapat berbuat apa- apa. Selain itu. orangtuanya sangat memperhatikan kesehatan anaknya dan tidak ingin adanya pelayanan yang buruk kepada namja itu. Sikap yang perfectionis membuat dia terbiasa dengan keadaannya sendiri sejak kecil.
“Annyeong haseo.” Ucap seorang yeoja yang menepuknya pelan.
Namja itu berbalik dan melihat seorang yeoja yang duduk disampingnya dan menatapnya. Terlihat senyuman manis dari wajah yeoja itu. “Annyeong.” Jawab namja itu membalas senyuman yeoja itu.
“Ini untukmu, aku membawanya langsung dari rumah. Aku masih ingat makanan kesukaanmu saat kita kecil dulu, mungkin sampai sekarang kamu masih menyukai makanan ini.” Ujar yeoja itu sembari membuka kotak nasi.
Kotak nasi itu dipenuhi dengan makanan yang enak, mulai dari cumi bakar, udang saus, gulungan omlet, telur rebus dan nasi. Yeoja itu sengaja membuat nasi kotak itu untuk namja yang sudah lama dikenalnya, dia mengetahui aturan keluarga namja itu tentang makanan yang harus dimakannya, bersih dan steril dari penyakit, kuman atau hal- hal yang membahayakan keadaannya.
“Aku tahu kamu pasti tidak akan membeli makanan diluar sehingga aku sengaja membuatkan ini untukmu, apa kamu mau mencobanya?” Tanya Yeoja itu menunggu.
Namja itu membawa kotak nasi yang ada dihadapannya, dia membuka kotak nasi itu, masih terasa hangat masakan di dalam kotak nasi itu dan masih mengeluarkan asap yang mengepul. Namja itu mengambil sumpit yang sudah disediakan disamping kotak nasi itu, dia mulai memilih menu makanan yang ada didalamnya, satu persatu namja itu mencoba masakkan yang dibawa oleh yeoja itu.
“Bagaimana enak?” Tanya yeoja itu agak gugup.
Namja itu merasakan makanan yang sedang dikunyahnya, “Rasanya….tidak enak.” Sambil menyunggingkan bibirnya kearah kanan.
“Mwo? Benarkah itu tidak enak?” Wajah Yeoja itu terlihat kecewa.
“Hahaha. Pabo, baru saja aku bilang seperti itu kamu sudah percaya dengan ucapanku. Kamu memang sama seperti dulu, mudah sekali aku bohongi.”
“KYUHYUN- AH!” Teriak yeoja itu.
Yeoja itu memukul tangan kanan Kyuhyun dengan keras karena rasa kesal dengan kebohongannya.
“Ah… hentikan. Aku sudah merasa sakit.” Ucap namja itu sambil menghindari pukulan yeoja itu.
“YAK… kau selalu membuatku kesal, aku hampir saja kecewa dengan jawabanmu. Ini pertama kalinya aku belajar masak dan menyiapkannya sendiri, kalau rasanya tidak enak berarti percuma saja aku kursus memasak untuk membuat makanan ini.” Ujar Yeoja itu dan spontan menutup mulutnya.
“Kamu belajar memasak? Untuk membuat makanan ini? Wheo?” Tanya namja itu penasaran.
“Annio, aku hanya….. ah… karena kamu adalah kelinci percobaanku.” Ucap yeoja itu sumeringah dan salah tingkah.
Namja itu tertawa terbahak- bahak karena jawaban yang dilontarkan oleh yeoja itu, dia tidak dapat menahan tawanya walaupun didalam mulutnya masih penuh dengan makanan. Yeoja itu menatapnya dengan kecut dan kesal, dia ingin sekali menyumpal mulut namja itu adar berhenti tertawa.
‘Aku menyesal sudah membuat makanan untuknya, dia menyebalkan dan tidak berperasaan. Aku memang sengaja membuatkan makanan itu untuknya tetapi kenapa dia bodoh dan tidak bisa membaca pikiranku. KYUHYUN! Pabo, pabo, pabo, pabo. Dasar cowok menyebalkan dan tidak bisa diandalkan.’ Gerutu Yeoja itu di dalam hatinya.
Namja itu asik dengan makanan yang sedang dilahapnya dan tidak menghiraukan Yeoja  yang duduk disampingnya, isi kotak nasi itu perlahan habis dilahapnya. Walapun sebenarnya, Kyuhyun sudah memakan makanan yang dibawakan oleh pelayannya sebelum yeoja itu kembali ke kelas, dia tidak bisa menolak pemberian yeoja itu dan membuatnya kecewa.
“Lain kali aku akan membuatkanmu yang lebih baik lagi, aku senang kamu memakan masakanku meskipun aku tidak tahu apa kamu memang menyukainya atau tidak.” Jelas yeoja itu
“Gomawo, aku sudah merepotkanmu sampai- sampai seorang CHOI HYUNSOO yang tidak pernah pergi ke dapur untuk masak merelakan dirinya untuk memasak. Aku yakin kamu membuatnya karena aku, benarkan?” Ucap Namja itu menatap Hyunsoo dengan tajam.
“Annio, aku hanya iseng saja membuatnya. Aku juga membuat masakan yang sama untuk Sangmi dan Minra, ada didalam tasku.” Ucap Hyunsoo dan mengalihkan pandangannya kearah luar kelas.
“Jeongmal?”
“Ne.”
“Aku  merasa senang karena ada yang memperhatikanku.” Ucap namja itu sembari memberantakan rambut Hyunsoo.
“Ah…hentikan, aku tidak memperhatikanmu. Kamu membuat aku kesal saja Kyuhyun- ah, bisakah kamu tidak seperti itu.”Ucap Hyunsoo.
Yeoja itu berdiri dari tempat duduknya lalu pergi dan berlari keluar kelas, detak jantungnya sangat kencang seolah- olah akan berhenti dan keluar dari tempatnya. Mukanya memerah karena menahan rasa malu, walaupun dia bersikap tidak peduli tetapi dia bersikap seperti itu untuk menyembunyikan perasaannya.
‘Hatiku sangat tidak tentu, jantungku berdetak sangat cepat sekali. Aku benar- benar jatuh cinta kepadanya dan perasaan itu masih sama seperti dulu.’ Kata hati Hyunsoo sambil tertawa malu karena merasakan perasaannya sendiri.
Namja itu hanya tersenyum melihat tingkah laku Hyunsoo seperti anak kecil, berlari dengan wajah yang memerah. Dia terus melahap makanan yang ada dihadapannya, dan menikmati kembali pemandangan yang ada diluar jendela kelasnya.
Minra POV
Tiba- tiba terdengar teriakan dari arah kanan sambil melambaikan tangan dengan mimik muka yang gembira, suara teriakan itu sangat khas di telingaku. Aku menolehkan kepalaku dan melihat kearah suara teriakan itu berasal, aku hanya melambaikan tanganku untuk mengajak mereka mendekat.  Aku mematikan laptopku karena aku pikir itu akan mengangguku mengerjakan kegiatan lainnya.
“Annyeong, Minra- ah.” Sapa Hyunsoo yang terengah- engah karena sibuk berteriak.
“Park Junsoo? Kamu sudah disini? Pantas saja tadi kamu tidak ada di kelas.” Seru Park Minhyuk.
“Nde,  aku sudah sampai beberapa jam yang lalu, demi sahabatku ini.” Ucap Leeteuk sambil memeluk pundakku.
“Aissh… oppa, itu membuatku geli.”  Ucapku sambil membuang tangannya dari pundakku.
“Leeteuk-ssi  selalu mencari kempatan dalam kesempitan, kalian memang serasi menjadi sepasang kekasih.” Usul  Sangmi menggebu- gebu.
“SIRO.” Jawabku dan Leeteuk kompak.
“Sebenarnya kita akan berlatih atau tidak? Jika tidak lebih baik aku pulang dari pada buang- buang waktu seperti ini.” Ucap Kyuhyun bernada sinis.
Aku menatap namja itu dengan raut wajah yang kesal, sejak awal bertemu dengannya, aku tidak menyukainya. Itu sangat menyebalkan dan membuatku tidak pernah simpati dengan Kyuhyun. Keangkuhannya membuatku sangat membencinya, tidak hanya itu karena aku sangat membenci orang kaya yang sombong seperti Cho Kyuhyun.
“Baik kita mulai saja sekarang.” Usul Jung Yong Bin.
Pembagian peranpun dimulai, karena peran utama harus diperankan olehku dan Kyuhyun, mereka memutuskan untuk membagi beberapa pelan kecil yang ada didalamnya. Cerita ini adalah cerita Romeo and Juliet, semua orang diseluruh dunia pasti mengetahui cerita cinta romantis ini dan tragis ini. Kelompokku sudah mendapatkan peran yang sesuai dengan teks drama. Kami memulai latihan drama dengan belajar mengucapkan teks drama itu agar tidak terdengar rancu, mengetahui giliran dalam berperan, mengekspresikan teks yang dibacakan dan membuatnya menjadi adegan yang sesungguhnya. Kami terus mengulang dialog sampai kami paham dan mengerti.
Tiba- tiba saja Kyuhyun pergi begitu saja dari hadapan kami tanpa melihat kembali atau memikirkan ulang apa yang dia lakukan. Latihanpun terhenti dan semua orang terdiam begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun, mereka hanya bertatapan satu sama lain dengan isyarat mengajukan sebuah pertanyaan “Weo” namun, hanya terdengar suara- suara orang yang berlalu di sekitar taman yang membuat suasana tidak terlalu hening. Aku merasa kesal dan sepertinya aku ingin menerkam namja itu yang bertindak seenaknya dan meninggalkan latihan drama hari ini.
“Kenapa dengannya?” Seru Sangmi.
“Aku tidak tahu.” Jawab Kim Raesi
“Mungkin kita tunda saja latihan kita hari ini, kita fokuskan saja pada penataan ruangan dan soundtrack yang akan kita masukan di drama nanti.” Usul Park Minhyuk.
“Usul yang bagus, mungkin sekarang kita kerjakan terlebih dahulu itu lalu setelah suasana membaik kita lanjutkan kembali.” Ujarku.
AUTHOR POV
Yeoja itu mengarahkan matanya kesana kemari untuk melihat kemana perginya namja itu, dia memutuskan untuk pergi mencarinya meskipun yang lain sedang sibuk membicarakan konsep yang akan digunakan untuk pementasan nanti. Langkah kakinya yang cepat terlihat terburu- buru, ketukan kaki yang menginjak lantai semakin terdengar, bola matanya terus mencari dari ujung ke ujung, terus memandang keseluruhan sudut rumah sakit dan memandang teliti setiap namja yang memakai kaos merah yang memiliki kerah dan berbadan tegap dengan potongan rambut rapih namun tidak terkesan formal. Tanpa lelah yeoja itu terus mencari dan melewati kerumunan orang- orang yang ada di rumah sakit, dia berlari kesana kemari mencari namja itu yang menghilang begitu cepat. Napas yang mulai terengah- engah terus berhembus dari hidung yeoja itu, bulir- bulir keringat terus mengalir dan mulai membasahi dahinya, badannya dan pipinya. Sebuah kursi penunggu yang tidak terlalu ramai menjadi pilihan yeoja itu untuk beristirahat sejenak, namun, matanya masih tertuju dengan orang- orang yang berada disekitarnya.
“Apa dia pulang?” Keluh yeoja itu.
Hampir 15 menit dia mencari namja itu namun, tidak ada yang nampak dari pandangannya. Tepukan keras, saat yeoja itu menundukan wajahnya ke lantai dengan napas yang masih terengah- engah karena berlari- lari, tepukan itu membuatnya terkejut dan langsung membalikan badannya.
“Apa yang kamu lakukan?” Tanya seseorang menatapnya bingung.
“Maksudmu?” Ucap yeoja itu mulai merasa heran.
“Aku mengikutimu dan aku memanggilmu dari tadi.”
Yeoja itu berdiri dari kursinya dan menatapnya, dua bola matanya tertuju kepada seseorang yang sedang membawa cup kopi hangat yang baru dibelinya.
“Kenapa kamu pergi begitu saja tadi?” Tatapan bingung terpancar dari wajah yeoja itu.
“Apa kamu mencariku?”
“Nde.”
“Aku hanya ingin membeli coffe dan ada urusan yang harus aku selesaikan.”
“Mwo?”
“(Tersenyum dengan raut wajah yang hangat) sudah lupakan saja, kaza.” Jawabnya dengan nada tenang dan santai.
“Aku sangat khawatir kepadamu.” Bola matanya berkeliaran tanpa menatap tetap ke wajah namja itu.
“Aku tidak apa- apa, Hyunsoo- ssi.”
“Apa kita akan kembali?”
“Nde. Kaza.” Ucapnya sambil memegang pundak yeoja itu.
Langkah kakinya pergi perlahan dari hadapan yeoja itu, tanpa melihat dan mengulang kembali adegan yang membuat perasaan gadis itu tidak karuan karena tatapan mata dan mimik muka yang berbeda. Tidak jauh dari langkah namja itu, dia terus mengikutinya tanpa mendekatinya sedikitpun. Dia hanya memegang dadanya yang berdegup- degup, entah apa yang dia rasakan dan apa yang terjadi namun dia menghempaskan semua lamunannya dan membuang jauh selagi dia bisa.
“KYUHYUN- SSI!” Teriak Jung Yong Bin.
Orang- orang yang sedang sibuk disana berpaling kearah Jung Yong Bin yang berteriak keras sehingga mengganggu pengunjung lainnya. Jung Yong Bin menatap bingung dengan arah sekitarnya dan tersenyum lebar seperti anak kecil yang tertangkap basah karena menyembunyikan sesuatu, dan wajahnya memerah karena merasa malu. Kyuhyun melambaikan tangannya kearah teman- teman yang sedang mengumpul dan kembali tersenyum optimis.
“Dari mana kamu? Kenapa kamu pergi disaat genting seperti ini?” Bentak Sangmi kesal.
Kyuhyun hanya menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, “Apa yang harus aku lakukan?” Tanya Kyuhyun kepada Leeteuk yang sibuk dengan laptopnya.
“YAK! (mata Sangmi memutar dan tersenyum kecut melihat Kyuhyun yang tidak memperdulikannya).”
“Sudahlah tidak perlu menghiraukannya yang penting dia sudah ada disini.” Ucap Hyunsoo sambil mengelus bahu Sangmi yang menegang.
“Hah… benar- benar! Aku bisa- bisa gila terus bertemu dengan orang ini. Dimana kamu menemukan orang itu?” Ujar Sangmi dengan menatap lembut kearah Hyunsoo.
Latihanpun dilanjutkan kembali, mereka bersungguh- sungguh memerankan tokoh yang ada didrama itu dengan ekspresi yang tergambar dari karakter yang akan mereka perankan. Beberapa lagu telah diedit untuk soundtrack drama ini. Suasana hening saat permulaan latihan telah dimulai, teks demi teks dibaca oleh mereka dengan penjiwaan yang baik, tidak ada main- main lagi dalam latihan kali ini dan mereka terlihat serius untuk mengikuti alur ceritanya. Soundtrack lagupun diputar dengan volume yang sedang yaitu instrument dari Richard Clayderman yang berjudul Romeo and Julia, terdengar iringan lagu itu mengalun- ngalun, didukungnya suasana terik matahari yang hangat dan warna senja tergores secara acak dilangit yang begitu biru dan tidak ada suara yang membuat adegan drama ini menjadi kacau. Semua fokus dan tersentuh dengan adegan- adegan yang dilakukan oleh Leeteuk, Kyuhyun dan Minra. Tatapan serius dan rasa kekaguman terlihat dari mereka yang menyaksikan drama bagian terakhir ini.
“Julia, aku tidak dapat hidup tanpamu, bagaimana bisa kamu pergi begitu saja meninggalkan aku sendiri disini. Aku sangat mencintaimu dan aku tidak bisa jauh darimu, sekarang aku ingin bersamamu dan pergi denganmu. Hatiku begitu terluka melihatmu seperti ini, aku ….(Kyuhyun menghela nafas dan mulai mengeluarkan air mata) hanya ingin bersamamu, aku akan meminum racun ini untuk segera menemuimu dan berada disampingmu lagi.” Raut wajah namja itu terlihat begitu sedih, perlahan air mata menetes di pipinya dan penghayatan yang luar biasa.
Kim Raesi dan Hyunsoo menangis melihat kesungguhan mereka dalam berakting dan penghayatan yang sempurna seperti nyata, rasa saling menyayangi, memahami dan tidak bisa hidup bersama. Mata mereka berdua merah dan terisak- isak karena terus menangis karena terharu dengan cerita Romeo dan Julia.
“Penghayatan kalian benar- benar “GOOD”.”Ujar Jung Yong Bin sambil mengangkat jempolnya.
“Nde, aku setuju dan aku sendiri benar- benar terharu melihat kalian seperti itu.” Ucap Sangmi yang menepuk pundak Minra dan sesekali menghapus air matanya.
“Gomawo, aku senang melihat kalian tidak marah lagi kepadaku. Aku akan bersungguh- sungguh dan lebih maksimal dari ini.” Jawab Minra dengan tersenyum meskipun matanya terlihat bengkak dan hidungnya yang memerah karena adegan menangis.
“Gomawo, Kyuhyun- ssi.” Ucap Leeteuk menepuk pundak Kyuhyun.
“Ne.”
“Akhirnya selesai juga, lebih baik kita pulang dan membiarkan Minra- ssi istirahat. Hari senin, kita akan tampil dengan kostum dan rencana yang sudah kita atur sebelumnya. Aku yakin kita bisa.” Jelas  Sangmi bersemangat dan sangat optimis.
“Arraso.” Ujar Raesi.
Mereka membereskan peralatan dan barang- barang, hari sudah gelap dan matahari sudah tenggelam dengan indah. Merekapun berpamitan dengan Minra dan mengucapkan “Lekas sembuh.” Minra membawa beberapa barang yang dibawanya, perlahan Leeteuk mengambil tumpukan buku dan laptop yang ada ditangan Minra. “Gamsahamnida.” Minra terlihat sangat lelah dengan latihan hari ini, berlari- lari mengejar Kyuhyun untuk membujuknya kembali berlatih, namun, syukurlah Hyunsoo terlebih dahulu menemukan Kyuhyun sebelum namja itu pulang.
“Mianata.” Ucap Kyuhyun berlalu dari hadapan Minra.
Minra terkejut dan menatap belakang badan Kyuhyun yang semakin menjauh darinya. Apa dia benar- benar mendengar itu dengan benar? Atau hanya … angin? Atau apa? Minra masih terdiam dan mengingat semuanya yang begitu cepat. Minra langsung menghapus semuanya, dan beranjak pergi dari taman, udara mulai dingin dan terasa menusuk pada kulit putihnya.  
“Hari ini sangat lelah, benarkan?” Tanya Leeteuk.
“Nde, aku sangat lelah, rasanya badanku remuk sekali karena seharian ini aku tidak istirahat. Aku harus menyelesaikan karya tulis ilmiahku setelah ini.” Jawab Minra yang berjalan perlahan menuju kamarnya.
“Lebih baik kamu istirahat sekarang, besok aku akan datang kesini lebih awal dan membantumu menyelesaikannya.” Ujar Leeteuk menatap Minra dengan senyuman ramahnya.
“Annio, aku pasti akan merepeotkanmu lagi. Sudah banyak menyusahkan dan aku harus menyusahkanmu lagi, itu membuatku semakin tidak tahu diri.” Ucap Minra sambil menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa- apa, aku senang membantumu. Jangan berpikiran seperti itu, karena aku memang bersungguh- sungguh membantumu.” Ucap Leeteuk sambil mengelus rambut Minra.
“Aissh, kenapa selalu menyentuh rambutku? Apa rambutku bagus oppa?.” Ucap Minra menatapnya genit.
“Yak! Jangan terlalu percaya diri.” Ucap Leeteuk memukul kepala Minra lembut.
Rasa nyaman yang selalu dirasakan Minra selalu didapatkannya saat bersama Leeteuk membuat yeoja itu sangat menyukai keberadaan namja smart itu selalu berada disampingnya. Minra membaringkan badannya diranjang putih itu, badannya terasa remuk dan lelah sekali. Jendela kamarpun ditutup rapat oleh Leeteuk dan menyalakan penghangat ruangan karena udara didalam terasa dingin. Hari ini Leeteuk meminta izin kepada orangtuanya untuk menjaga Minra di rumah sakit, orangtuanya sangat menyukai Minra yang memiliki sopan santun yang tinggi dan keramahannya.
“Bagaimana bisa meminta izin untuk menjagaku?” Tanya Minra menatap Leeteuk yang sibuk mengupas buah apel.
“Kurom, orangtuaku sangat menyukaimu dan mereka sudah menganggapmu sebagai anaknya sendiri. Lagi pula kita sudah lama dekat dan selalu bermain bersama, belajar dan bercerita satu sama lain, bahkan orangtua kita sudah saling mengenal.” Jawaban ringan dari Leeteuk yang terus mengupas buah apel dan tidak menatap Minra sedikitpun.
“Arraso, Oppa pasti selalu jadi superman untukku. Dimana ada aku pasti oppa ingin bersamaku.” Usil Minra sambil tertawa. “HAHAHA.”
“MWO? (Leeteuk dengan paksa memasukan potongan apel ke mulut Minra) dasar kau selalu saja seperti ini, siapa yang ingin selalu bersamamu? Hahaha. PABO.”
Minra kewalahan dengan potongan apel yang memenuhi mulutnya, tak terdengar jelas jawaban dari Minra hanya suara ‘huahauau’.
“Sudah habiskan dulu, jangan banyak bicara.” Potong  Leeteuk terus memasukan potongan apel itu kemulut Minra.
Malam ini begitu hangat, meskipun udara diluar terasa dingin, terdengar angin yang berhembus kesana kemari dan daun- daun  bergulir bergantian. Leeteuk dan Minra asik bercerita panjang lebar, apapun yang mereka ingat dan keluar dalam mulut mereka, semuanya diceritakan baik itu hal tidak penting sekalipun. Leeteuk sibuk menceritakan kehidupannya saat sekolah duduk di Junior High School dan pengalaman apa saja yang dia dapatkan selama mengikuti lomba olimpiade Fisika di Jepang, perlahan mata yang berat dan terasa sangat mengantuk, membuat mata yeoja itu terpejam dan suara- suara cerita Leeteuk samar- samar mulai menghilang tak terdengar. Leeteuk terus saja bercerita panjang lebar dan tidak menoleh sedikitpun kearah Minra yang sudah tertidur pulas dengan mimpi- mimpinya. Seketika Leeteuk menyadarinya dan tersenyum melihat Minra yang sudah tertidur pulas, “Dasar gadis jahat, selalu seperti ini jika merasa tidak enak untuk menghentikan pembicaraan diantara kita meskipun dia sudah merasa lelah namun, dia selalu memaksakan diri untuk mendengarkannya. Pabo. Yeoja Pabo!”
Terdengar jelas suara yang masuk kedalam telinganya dengan kata- kata yang membuatnya terkejut….
“Saranghaeo….” Ucap Yeoja itu.
To be countinue……..
 The Last Part 6 (Romeo and Julia)
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, romance.
Tipe : Countinue.
Rating : 15
Cast  : Han Min Ra (oc), Cho Kyuhyun, Park Junsoo.
Support cast:  Park Sang Mi (oc), Choi Hyun soo (oc), Ibu Lee (oc), Park Minhyuk (oc), Kim raesi (oc), Sung Hyesun (oc). Park Soora (oc), Kim Sangseok (oc), Kim Soosun (oc). Shin Hakyo (oc).
Cover credit :The original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed.
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to them selves, do not take it out without permission.
Warning : This story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you.^^

Annyeong reader!! Ini ff bagian ke enam, semoga kalian suka ya sama ceritanya, banyak yang berperan disini tapi itu hanya beberapa peran pembantu. Hehehe. Iya kalian bakalan tahu ceritanya kalau kalian baca ff nya ya, semoga kalian suka. Jadi selamat menikmati ceritanya…. Aku yakin kalian suka , hehehe agak narsis sedikit gak apa- apa ya.  Author harap kalian suka. Sudut pandang disini campur Author POV sama pemainnya.  Ah… iya selamat membaca. ^^
Author POV
Sound sistem sudah terpasang dan alat pemutar musik sudah disiapkan sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Semua murid mempersiapkan kostum dan beberapa make up yang diperlukan, gaun- gaun indah dan elegan sudah dipakai oleh para yeoja sedangkan jas- jas berbau kerajaan bangsawan Eropa sudah dipakai oleh para namja. Semua property sudah tertata pada tempatnya, dekorasi yang sesuai dengan tema drama dan lampu- lampu menyorot kearah panggung. Tirai merah yang besar tertutup sebelum pementasan dimulai, semuanya sudah siap, dekorasi sudah terlihat seperti kerajaan Eropa. Semua murid bersiap- siap dibelakang panggung dan mempersiapkan segalanya, mereka menunggu intruksi dari Ibu Lee.
“Pagi, sepertinya kalian sudah siap untuk melakukan pertunjukan. Semoga hasil yang kalian berikan tidak mengecewakan. Pertama, ibu akan mengocok kertas ini dan kalian memilih salah satu kertas ini. Kedua, setiap kelompok yang sudah mengambil kertas ini, berdiri sesuai dengan nomor yang ada didalam kertas itu. Dan yang terakhir, persiapkan semuanya untuk menampilkan drama yang terbaik. Arraso?” Ujar Ibu Lee yang memegang toples yang berisikan gulungan kertas.
“Nde.” Teriak semua murid.
Perwakilan setiap kelompok satu persatu maju kedepan untuk mengambil gulungan kertas, kertas yang menentukan mereka untuk tampil. Suasana menjadi bimbang, cemas dan gugup, penampilan pertama menjadi pembuka dari drama ini. Satu- persatu perwakilan dari setiap kelompok sudah mengambil gulungan kertas yang memiliki warna berbeda- beda, dan setelah selesai mengambil gulungan kertas itu, mereka kembali kekelompok masing- masing.
“Silahkan buka.” Instruksi dari Ibu Lee.
Semua perwakilan kelompok membuka gulungan kertas itu dan memiliki harapan kepada nomor yang ada didalam kertas itu.
“Kita tampil ke 2, aku mengambil warna  merah.” Ucap namja itu menunjukan kertas itu kepada teman- temannya.
“Jeongmal?”
“Nde.”
“Haaah…. Aku merasa tenang sekarang.” Ucap Kim Raesi.
“Nde, sekarang kita lihat pertunjukannya dan mengambil beberapa gambaran umum untuk menambah pengetahuan kita tentang karakter yang akan kita tampilkan nanti.”Ujar Park Minhyuk.
“Aku sangat gugup.” Ucap Minra sembari mengepalkan kedua tangannya yang semakin dingin dan bergemetar.
Seorang namja menatapnya dengan penuh teliti, dia melihat tangan yeoja itu berkeringat dan terus bergetar. Mimik muka yang dipancarkan olehnya begitu tegang dan penuh rasa takut.
“Wae?” Tanya namja itu.
“Anni.” Jawab yeoja itu menatapnya tajam.
Tiba- tiba saja namja itu menarik kedua tangan yeoja yang ada dihadapannya, tangannya terasa bergemetar, sangat dingin. Yeoja itu tersentak terkejut dan kedua bola matanya melotot sempurna dan menatap namja yang tetap fokus pada tangannya.
“Yak… apa yang kamu lakukan?” Tanya yeoja itu menarik tangannya.
“Sudah diam, aku hanya ingin  membantumu.”Jawab namja itu sembari mengambil kembali tangan yeoja itu.
“Annio.” Ucap yeoja itu berusaha menarik tangannya.
Apa namja itu sudah gila? Apa yang dilakukannya? Membuat yeoja itu terus bertanya- tanya dengan sifat yang mengejutkan. Namja itu terus memegangi tangannya dan menatapnya tajam. Yeoja itu terlihat salah tingkah dengan keadaannya, terasa kaku dan aneh dengan keadaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Rasa malu yang dirasakan yeoja itu sungguh besar, wajahnya mulai memerah dan kaki kanannya tidak dapat diam, itu menandakan dirinya tidak merasa nyaman. Sesekali yeoja itu melihat teman- temannya yang sedang bersiap- siap, dia melihat kebelakang, samping dan depan untuk memastikan apakah ada yang melihat kearahnya yang duduk bersama namja itu. Wajahnya semakin memerah dan suhu badannya menjadi panas bahkan tangannya yang semula dingin seperti es mencair begitu saja bahkan terus mencair. Raut  wajah namja itu sedikitpun tidak menghiraukannya ataupun orang lain, dia hanya fokus kepada tangan yeoja itu. Tangan namja itu begitu erat memegang kedua tangan yeoja itu. Yeoja itu ingin sekali mengambil kedua tangannya lalu pergi dari hadapan namja itu tapi itu tidak bisa dilakukannya dan akhirnya dia menyerah. Seorang namja datang kearah mereka dan sibuk memberitahu semua anggota kelompoknya untuk bersiap- siap.
“Ayo sekarang kita siap- siap.” Ujar Leeteuk menepuk pundak yeoja itu.
“Ah … nde.”Jawab yeoja itu sembari menarik tangannya dari namja yang ada dihadapannya.
Leeteuk menatap yeoja itu yang duduk bersama seorang namja, tatapan matanya tertuju kepada tangan mereka yang beberapa detik lalu saling berpegangan. Raut wajahnya heran dan aneh melihat keakraban mereka yang tidak biasanya. Namun, namja itu tidak mengekspresikan apa- apa dan bersikap dingin seperti tidak ada yang terjadi. Perlahan namja itu beranjak dari tempat duduknya dan melakukan beberapa persiapan.
“Apa yang terjadi diantara mereka?” Gerutu Leeteuk mengerutkan keningnya.
Akhirnya giliran kelompok dua, mereka berdoa dan bersiap- siap untuk tampil diatas panggung. Mereka mulai masuk keatas panggung dan tirai merah itu terbuka, tepuk tangan dari penonton membuat mereka semakin optimis dan merasa gugup. Mereka mulai memperkenalkan diri masing- masing dan tokoh apa yang mereka perankan.
“Annyeonghaseo, naneun Han Minra berperan sebagai Juliet.”
“Naneun Cho Kyuhyun sebagai Romeo.”
“Naneun Park Junsoo sebagai Paris.”
“Naneun Choi Hyunsoo sebagai Rosaline.”
Semua anggota kelompok memperkenalkan diri mereka. Semua teman- teman satu kelas Han Minra, menunggu penampilannya karena hukuman dari Ibu Lee. Tidak ada suara yang terdengar karena semua siswa yang ada didalam Aula pertunjukan siap mendengarkan dan menyaksikan cerita Romeo dan Julia yang akan dibawakan oleh kelompoknya.
“Sepertinya mereka akan tetap menampilkan hal sama saat kemarin didepan kelas.” Ujar Sung Hyesun.
“Aku rasa seperti itu, tapi jika mereka berpenampilan bagus, mereka benar- benar bekerja keras.” Jawab Park Soora menatap sinis kearah Minra.
“Aku meragukan hal itu, Minra dirawat dirumah sakit dan al hasil pastinya Minra- ssi akan menghancurkan panggungnya. Aku rasa begitu.” Cetus Sung Hyesun.
“Aigo… mulut kalian tidak bisa diam dan menyaksikan saja. Sungguh berbisa.” Cetus Kim Sangseok bernada sinis.
Soundtrack mulai terdengar dan mengiringi permulaan awal cerita, Kim Soosun mulai membacakan narasi awal dari cerita Romeo dan Juliet. Dia berperan sebagai narator dalam drama ini.
Narrator: Cerita yang bersating di Verona, dimulai dengan suatu pertempuran yang terjadi di jalan antara keluarga Montague dengan Capulet yang sudah terjadi secara turun temurun dan termasuk musuh yang lama. Mereka selalu melakukan peperangan dan kerusuhan besar- besaran karena kedua keluarga itu termasuk keluarga penting di Verona. Namun peperangan yang sering terjadi diantara keluarga ini, sudah tercium oleh Pangeran Verona dan memutuskan dirinya untuk melakukan mediasi diantara kedua keluarga ini.
Mereka memulai pertunjukan itu dengan serius dan bersungguh- sungguh, semua orang menunggu hasil dari pertunjukan ini. Tidak ada yang berkutik dan semua penonton menatap dan memerhatikan setiap adegan demi adegan yang ada diatas panggung itu. Penampilanpun terus berjalan, pertengahan cerita sudah dimasuki oleh para pemeran.
Friar John yang diperankan oleh Park Minyuk pun pergi untuk menyampaikan pesan yang harus disampaikan kepada Romeo. Pada malam pernikahan Julia dan Paris yang dijodohkan oleh keluarga Capulet membuat pukulan yang keras untuknya, Julia sangat mencintai Romeo dan tidak ingin mengkhianati cinta mereka yang sudah terjalin sebagai sepasang suami istri. Untuk menghindari pernikahan itu, Julia meminum obat yang diberikan oleh Friar, racun yang membuatnya mati suri selama beberapa hari. Dia meminum semua racun itu dan langsung terjatuh kelantai, keluarganya sangat terkejut ketika melihat Julia sudah berbaring tidak sadarkan diri. Mereka menyangka Julia sudah mati dan membaringkan tubuh Julia di pemakaman keluarga Capulet. Namun, disisi lain sang pembawa pesan yang disuruh oleh Friar John tidak berhasil mencapai Romeo. Pada akhirnya Romeo mendapat informasi dari pelayannya Balthasar  bahwa Julia meninggal.
“Apa Julia tewas?” Teriak Romeo yang terkejut dengan berita kematian Julia.
“Benar tuan, Julia tewas karena meminum racun ketika dia akan menikah dengan Paris.” Ujar Balthasar.
Romeo terkejut dan hatinya merasa terluka, Romeo memutuskan untuk melihat keadaan Julia. Romeo membeli racun dari The apothecary untuk menyusul kematian Julia.
“Bisakah kamu memberikan aku racun?” Tanya Romeo dengan panik dan berputus asa.
“Baiklah.”Jawab The apothecary itu ragu.
Setelah mendapatkan racun yang diinginkannya, dia pergi ke kediaman Julia untuk memastikan keadaan yang sebenarnya terjadi. Sesampainya disana, dia bertemu dengan Paris, Paris sangat marah dan mengira Romeo sebagai vandal, Paris berencana akan menyerang Romeo.
“Apa yang terjadi dengan Julia?” Teriak Romeo yang terkejut melihat keadaan Julia yang dibaringkan di pemakaman keluarga.
“Kamu adalah vandal dari kematian Julia, karena kamulah dia mati. Aku akan membunuhmu sebagai gantinya.” Ucap Paris yang berdiri dibelakang Romeo.
Paris menyerang Romeo dengan gigihnya seperti hewan buas yang kelaparan yang ingin memangsa buruannya, Paris terus menyerang Romeo tanpa henti namun, Romeo tidak menerima begitu saja penyerangan yang dilakukan oleh Paris. Romeo membalas serangan yang dilakukan oleh Paris dan akhirnya Paris terbunuh oleh tangan Romeo. Romeo berlari dan melihat kembali keadaan Julia, Romeo tidak percaya bahwa Julia benar- benar sudah tiada.
“Apa yang kamu lakukan Julia? Aku sangat mencintaimu, kenapa kamu pergi meninggalkan aku?” Ucapnya lirih.
“Aku akan pergi menyusulmu Julia.” Lanjutnya kembali.
Perlahan wajah Romeo mendekati wajah Julia yang tertidur dengan tenang, “Apa yang akan kamu lakukan Kyuhyun- ssi?” Gumam Minra sembari memejamkan kedua bola matanya.
“Jangan berani- beraninya kamu menciumku.” Lanjut Minra.
“Hah! Siapa yang ingin menciummu. Ini hanya pura- pura saja. Aku tidak akan menciummu. Arraso!” Gumam Kyuhyun bernada ketus.
Semua penonton menjerit melihat adegan ini, mereka tidak menerima Kyuhyun mencium yeoja itu. “Andwe.” Teriak penonton. Semua seperti nyata, mereka melihat Kyuhyun mencium yeoja itu dan menangis didekat yeoja itu.
Romeo meminum racun yang telah dibelinya dari the apothecary, Romeo meminumnya tanpa sisa dan reaksi racun yang diminumnya begitu cepat sehingga membuat  Romeo kesakitan dan akhirnya racun itu mengambil nyawa Romeo. Romeo langsung terjatuh dan terkapar disamping tubuh Julia.
Kelopak mata Julia terbuka secara perlahan karena pengaruh obat yang membuatnya mati suri selama dua hari sudah hilang, Julia bangun dan terkejut ketika melihat Romeo yang sudah terkapar dan mulutnya mengeluarkan busa, Romeo telah pergi selama- lamanya, Julia menghampiri tubuh Romeo yang sudah terkujur kaku tanpa nyawa. Juliapun melihat mayat Paris yang bersimbah darah disekujur tubuhnya, raut wajah yang terpancar dari wajah Julia melukiskan keadaan yang bingung dengan apa yang terjadi saat dia tertidur. Julia mengangkat kepala Romeo, air mata terus mengalir karena cinta Julia yang begitu besar untuk Romeo dan keagungan cinta Julia yang sangat menyayangi Romeo.
“ANDWE…..kamu tidak boleh pergi Romeo. Aku tidak ingin kamu pergi, aku mohon kembalilah Romeo. Aku tidak bisa menjalani kehidupanku sendiri tanpamu, aku sangat mencintaimu Romeo, bangunlah, aku tidak mati, bangunlah, bangun.” Julia terus berteriak sembari menepuk- nepuk wajah Romeo agar terbangun, Julia terus menangis kesakitan.
“Aku tidak ingin berpisah denganmu Romeo, aku tidak ingin…” Julia mendekap Romeo begitu erat dan menangis sekeras- kerasnya meskipun dia menahan rasa sakit kehilangan Romeo orang yang sangat dia cintai.
“Yak, aku merasa sesak.” Gumam Kyuhyun.
“Diam saja!” Bisik Minra dengan kesal.
Terbesit pemikiran yang sama dengan Romeo yaitu mengakhiri hidupnya tanpa berpikir panjang, Julia mencari pisau untuk membunuh dirinya sendiri karena tidak sanggup berpisah dengan Romeo, orang yang dia kasihi selama hidupnya ini.
“Aku akan selalu bersamamu.” Julia memegang tangan Romeo dengan merintih kesakitan menahan luka besitan pisau yang melukai tubuhnya.
Tanpa Romeo, sesuatu hilang didalam dirinya bahkan itu membuat dirinya menjadi mati dan seketika denyut nadi Julia perlahan melemah, pisau itu telah melukainya dan membunuh dirinya. Akhirnya Juliapun tewas karena keinginannya untuk pergi bersama Romeo selama- lamanya. Kedua keluarga melihat Paris, Romeo dan Julia tewas dengan tragis.
“Apa yang sebenarnya terjadi disini?” Ucap Tuan Capulet dengan raut wajah tegang.
“Sepertinya sudah terjadi pertempuran yang membuat mereka seperti ini.” Susul Rosaline.
“Romeo, apa yang terjadi?” Teriak Ibu Romeo dengan menopang tubuhnya kedalam pangkuannya.
Friar Laurance yang mengetahui cerita dari kematian Romeo dan Julia lalu Friar laurance menceritakan kembali kisah Romeo dan Julia.
Minra POV
Pertunjukanpun selesai, tepuk tangan yang meriah dari semua penonton yang meyaksikan pertunjukan mereka. Aku langsung melepaskan tangan namja itu dan meninggalkannya tanpa melihat namja itu kembali. Semua anggota kelompok memberikan hormat kepada penonton. Tanggapan teman- teman kelas begitu beragam tentang pementasan kelompokku, tetapi banyak orang yang menyukai pertunjukan kelompokku terutama penghayatan yang diperankan olehku dan namja arogan itu.
“Benar- benar ‘WOW’, kamu berbeda dan sangat menjiwai peranmu. Penghayatan yang benar- benar  bagus seperti sungguhan kehilangan orang yang kamu sayangi.” Ujar Shin Hakyo.
“Gamsahamnida.” Jawabku tersipu malu.
“Sukses, kelompok kita sukses besar. Harus kita rayakan, betul tidak.” Usul Jung Yongbin terlihat senang.
“Mungkin kita rayakan setelah pemilihan pementasan drama akbar untuk kelulusan nanti.” Usul Kim Raesi.
“Aku setuju.” Ucap Hyunsoo menganggukan kepalanya.
Pementasan masih berlanjut dengan kelompok- kelompok yang sudah disusun dengan sistematis, penampilannya tidak kalah menarik dengan penampilan kelompokku. Setiap kelompok bersaing dengan semangat untuk mendapatkan tokoh diacara pementasan akbar nanti. Aku tidak terlalu ingin tampil di pementasan nanti karena aku sangat pesimis dengan penampilanku tadi, masih banyak orang yang berpenampilan lebih baik dariku. Itu benar- benar mustahil jika aku terpilih di pementasan itu.
“Sungguh tidak mungkin aku bisa masuk seleksi untuk tampil pementasan nanti, apalagi aku tidak memiliki bakat alami dalam menampilkan segala sesuatu.” Keluhku.
“Tenang saja Minra- ah, tadi kamu sangat bagusi. Aku bahkan tidak bisa melakukan itu jika aku memerankan Julia.” Ucap Sangmi sembari menepuk pundakku.
“Jeongmal? mana mungkin dia bisa masuk jika dia tidak bisa merasakan rasanya kehilangan seseorang.” Cetus Kyuhyun tiba- tiba.
“Maksudmu?” Tanyaku sambil membalikan badanku dan menatapnya tajam- tajam.
“Untuk memerankan suatu drama, kamu harus bersungguh- sungguh. Tapi kamu tidak dapat melakukan itu.” Ucapnya tajam.
“MWO?” Teriakku kesal.
“Melakukan adegan ciuman sesuai dengan naskah itupun kamu tidak dapat melakukannya. Apa itu seorang pemeran drama yang hebat?”
“Mwo?”
“Ne, itu sangat lucu untukku.”
“Yak… Cho Kyuhyun. Aku tidak ingin melakukan itu dengan orang yang tidak aku sukai. Arraso!”
“Ah… arraso!”
“Sudah. Bisakah kalian berteman dan mengenali satu sama lain.” Ucap Sangmi.
“Yak… Minra- ah, apa kamu tidak berciuman dengannya?” Bisik Sangmi dengan ragu.
“Kurom, apa dia berhak menciumku?” Jawabku tegas.
Seorang namja datang menghampiriku dan tersenyum hangat kepadaku, dia datang dan bergabung bersamaku dan kedua temanku. Dia terlihat tampan dengan pakaiannya “Pangeran”.
“Oppa.” Ucapku.
“Apa kamu merasa baik sekarang?” Tanyanya dengan seulas senyuman hangat.
“Nde.” Jawabku mengangguk lembut.
“Ini untukmu.”
Namja itu memberikanku botol mineral yang masih dingin.
“Gomawo.” Ucapku sembari tersenyum manis.
“Sungguh menggelikan.” Cetus Kyuhyun.
“Nde? Apa yang kamu katakan?” Ucapku menatapnya tajam.
“Ah… Kyuhyun- ssi. Apakah kamu ingin minum juga?” Ucap namja itu ramah.
“Anni. Aku tidak ingin minum.” Jawab Kyuhyun dingin.
“Kure. Aku pergi dulu, sampai jumpa lagi.” Ucap Namja itu tersenyum hangat.
“Nde.” Ucapku.
Dia bersikap aneh, tiba- tiba saja wajah namja itu mendekati wajahku, semuanya terlihat sangat jelas. Matanya yang kecil namun tetap terlihat indah, hidungnya yang mancung dan sangat tampan, bibirnya merah. Namja itu tersenyum begitu lembut dan manis, detak jantungku tiba- tiba saja berdegup kencang, debaran itu semakin cepat ketika dia tersenyum manis kearahku. Aku ingin memalingkan wajahku dari tatapannya namun, aku tidak bisa menghindari tatapan itu. Ada apa dengannya? Kenapa dia menatapku? Ini membuatku gila.
“Yak.. apa yang akan kamu lakukan?” Ucapku membentaknya.
Dia terus menataku dan tidak berpaling sedikitpun, itu membuat aku sangat takut dengan sikapnya yang tiba- tiba seperti ini. Kenapa dengannya? Apa dia akan memberikan kata- kata yang menyebalkan kepadaku? ah… ini membuatku gila, apa kepalanya terbentur? Menatapku begitu dekat. Minra jangan tergoda!
“Kyuhyun- ssi.” Ucapku sambil menepuk pudaknya dengan keras.
Dia langsung terbangun dan kembali sadar, lamunannya pecah begitu saja dan langsung melihat keadaan sekitarnya yang memandanginya dan dia menarik wajahnya menjauh dariku, dia mencoba memahami situasi yang dilakukannya.
“Yak…apa yang kamu lihat?” Bentakku sangat marah.
Namja itu langsung bertingkah aneh dan berpura- pura  memalingkan pandangannya, aku merasa aneh dengan sikapnya yang menatapku begitu dalam. Apa yang diinginkannya dariku? Apa dia ingin menciumku? Benarkah? Itu sangat gila jika dia akan melakukan itu kepadaku.
“Ah… apakah kamu ingin menciumku?” Tebakku menatapnya tajam.
Kyuhyun langsung tertawa terbahak- bahak mendengar pertanyaanku. Dia langsung menghentikan tawanya dan menatapku tajam. Telunjuknya langsung mengenai keningku dan menekannnya beberapa kali.
“Aku tidak gila sepertimu. Tidak perlu berpikiran jorok seperti itu.”
“Jorok? Benar- benar membuatku gila. Yak… lalu apa yang kamu lakukan tadi? Aku memanggilmu dari tadi tetapi kamu tidak mendengarkanku, aku tidak mengerti dengan tatapanmu.” Jelasku kesal.
“Lupakan saja.”  Jawab Kyuhyun sembari pergi dari hadapanku.
‘Jadi aku melamunkan yeoja itu? Kenapa bisa terjadi hal seperti itu bahkan aku sangat terbawa suasana, ingin sekali menatapnya terus dan terus. Ah… ini gila.’
“Dasar manusia yang aneh sekali.” Gumamku dengan nada pelan.
Pertunjukanpun selesai….
“Ibu sangat senang dengan kekompakan kalian dalam melaksanakan tugas yang telah ibu berikan, sungguh mengejutkan dengan kesungguhan kalian dalam menampilkan tokoh- tokoh dalam drama tersebut. Ibu ucapkan selamat untuk kalian.” Ucap Ibu Lee.
Suara gemuruh langsung terdengar dibelakang panggung, sorak sorai, bahagia, senang dan bangga terpancar dari wajah semua murid. Kesan Ibu Lee membawa dampak yang baik untuk semua murid, karena mereka tidak merasa sia- sia berlatih terus menerus untuk mendapatkan penilaian yang baik dari Ibu Lee.
“Baiklah, sekarang ibu akan umumkan siapa saja yang akan mengikuti pementasan drama akbar nanti, kegiatan ini selalu diadakan ketika tingkat 3 lulus dan masuk ke Universitas.” Seru Ibu Lee sambil membuka catatannya.
Ibu Lee membuka buku catatan dan menyebutkan tiga nama yang akan mengikuti pementasan drama akbar, “Sung Hyesun, Park Junsu dan Cho Kyuhyun, tiga nama itu akan mendapatkan pelatihan setelah jam sekolah berakhir.”
“Horeeeee… kelompok kita dapat dua perwakilan.” Teriak Sangmi.
“Kita rayakan ini, betul kan?” Susul Kim Raesi dengan bahagia.
“Betul sekali. Kita harus merayakan ini semua..” Ucapku.
“Aku terpilih, itu membuatku senang.” Ucap Sung Hyesun sombong.
Author POV
Terik matahari sangat tajam menyinari bumi hari ini, langit begitu biru tanpa goresan warna putih sedikitpun. Cuaca memang panas, bahkan tidak ada angin yang biasanya hilir mudik, hanya sesekali angin itu berhembus meniup di lorong- lorong kelas dan koridor. Semua murid saling membantu satu sama lain untuk membersihkan tempat pertunjukan ini. Musim gugur …
“Bagaimana kamu ini, bisakah kamu bekerja dengan benar?” Bentak Jung Yong Bin kepada seorang yeoja yang berada dihadapannya dengan wajah yang kesal.
“Mianata, aku tidak sengaja menjatuhkannya sehingga vas bunga ini pecah.” Suara yeoja itu memelas dan raut wajahnya terlihat menyesal.
“Sudahlah, biar aku bersihkan pecahan kaca ini.” Ucap seorang namja yang berparas tampan dan murah senyum.
“Tidak perlu Oppa, biarkan aku yang membereskannya.” Tolak yeoja itu sambil memunguti pecahan kaca yang berserakan dimana- mana.
“Biar aku saja.” Potong namja itu.
Semua orang memandang kearah mereka, pecahan kaca yang membuat bising mengagetkan semua orang yang sedang membersihkan tempat pementasana itu dan mereka langsung menatap yeoja itu. Namun, mereka hanya memandang tanpa bantuan dan kembali dengan urusan mereka sendiri.
Namja itu sangat baik hati kepada setiap orang yang membutuhkan bantuannya, tanpa rasa pamrih dia membantu dengan senang hati. Raut wajahnya yang lembut, badannya yang tinggi, parasnya begitu tampan, sikapnya yang baik, dan senyuman hangat selalu terpancar dari raut wajahnya dan itu semua membuat kaum hawa sangat menyukainya. Keunggulan yang dimiliki namja itu adalah senyuman dan tatapannya yang menyejukan.
Pecahan kaca dari vas bunga yang berserakan dilantai, mulai dipungutinya dengan teliti. Satu persatu pecahan itu diambil dan dimasukan kedalam kantong plastik berwarna hitam yang berukuran sedang, sungguh menyulitkan karena pecahan kaca itu menjadi beberapa ukuran sangat kecil.
“Kamu harus lebih hati- hati, bagaimana kalau pecahan vas bunga ini mengenai badanmu? Itu akan lebih berbahaya.” Kata namja itu menatap yeoja yang ada dihadapannya.
“Mianata, Gomawo, aku sudah merepotkanmu. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Gomawo oppa.” Keluh yeoja itu yang memakai hiasan pita rambut merah mewarnai rambut lurusnya.
“Tidak apa- apa, ini hanya kecelakaan kecil saja. Tidak perlu menyalahkan diri seperti itu. wajahmu sangat jelek ketika menahan tangis.” Canda Namja itu menatapnya dengan tersenyum senang.
“Bilang saja memang wajahku jelek.” Cetus yeoja itu.
“Ah… nde, aku setuju dengan hal itu.”
“Oppa!” Teriakku manja.
“Aku lebih menyukai wajahmu yang tersenyum karena itu membuat wajahmu sangat manis sekali.” Ucap namja itu.
“Perkataan yang bodoh.” Jawab Yeoja itu sembari tersenyum kecil.
Pecahan vas bunga itu berhasil dibersihkan, yeoja itu membawa tas plastik hitam itu keluar kelas untuk membuangnya ke tong sampah. Teman-  temannya masih sibuk merapihkan yang lainnya.
 Peralatan memotret telah dipasang dengan rapih dan sesuai dengan tempatnya, setiap lampu menyorot kepada seseorang yang sedang berdiri didepan layar putih. Dia menatap kamera dan bergaya sesuai dengan perintah dari penata gerak yang professional dihadapannya. Lampu blitz itu bersinar beberapa kali untuk mengambil gambar  yang bagus, sedangkan orang- orang yang ada disana sibuk mengatur cahaya lampu, tatanan rambut dan make up yang digunakan oleh model- model. Beberapa kali waktu break diteriakan, seorang penata rias datang dan membenahi rambut dan make upnya agar tidak menjadi kacau.
Drrrrttttrtt….drrtttdrtttt
Getaran ponsel terasa dari jaket hitam yang dipegang oleh asistennya yang berdiri didekat crew yang mondar mandir mengatur pemotretan. Asisten model itu membuka saku jaket hitam yang ada dilengannya dan melihat panggilan yang tertera dilayar ponselnya.
“Ada telephone.” Ucap Asistennya mendekati orang yang sedang duduk di dekat layar putih itu.
“Gomawo.” Jawabnya dengan senyum simpul kearah asistennya.
(Sangmi memanggil….) tulisan itu tertera dilayar ponselnya.
“Nde? ….Iya aku sedang break untuk beberapa menit, kamu pasti sedang istirahatkan?..Hari ini? jadwalku sangat padat sekali, setelah pemotretan ini aku harus menghadiri jumpa fans dari film baruku dan ada shooting iklan. Mungkin aku selesai pukul 10 malam nanti, memangnya ada apa?... Benarkah?”
“Iya benar, kalau begitu aku tutup telephonenya.” Ucap Sangmi.
“Baiklah, belajar dengan benar. Aku merindukanmu.”
“Heechul- ssi, aku juga merindukanmu.”
Telephonepun terputus dan hanya terdengar ‘tuuutt…tuuutt’, namja itu mengembalikan kembali ponselnya kepada asistennya.
SSSSSS
Hujan begitu deras terus mengguyur semua yang dia lihat, tanahpun seperti kehausan memakan butiran air hujan yang terus mengalir, dahan- dahan seperti kebanjiran air dan membersihkan debu ditubuhnya, mataharipun hari ini tak nampak seperti biasanya. Orang- orang yang beraktivitas diluar ruangan menghentikan kegiatannya karena hujan membuat mereka basah kuyup sehingga mereka memutuskan untuk meneduh dari hujan. Udara dingin membuat badan begitu mengigil, bahkan membuat gigi bergetar menahan dinginnya.
“Bagaimana aku bisa pulang jika hujan ini tidak pernah berhenti?” Gerutu seorang yeoja yang memakai jaket merah didepan koridor kelas.
“Apa aku harus berlari menerobos hujan? Tapi… seragam ini satu- satunya yang ku punya untuk besok sekolah. Jarak ke halte bus saja 200 meter dari sini.” Lanjutnya menatap langit yang sangat mendung.
Terdengar jelas teriakan yang mengarah dari belakangnya begitu keras.
“Minra- ssi!” suara namja yang tidak asing didengarnya.
Yeoja itu menoleh kearah suara itu berasal, dan terlihat lambaian tangan dengan senyuman khasnya yang manis. Dia berjalan perlahan menuju yeoja itu dengan langkah yang pasti, semakin dekat sampai dimana yeoja itu berdiri tegak dan menatap namja itu dengan tenang.
“Oppa, ada apa?” Tanya Yeoja itu.
“Apa kamu akan pulang?” Tanya namja itut.
“Nde, aku menunggu hujan reda setidaknya gerimis, kalau aku memaksakan pulang aku akan basah kuyup, seragam yang aku pakai ini adalah satu- satunya yang kupunya.” Jawabnya sambil menengadahkan kepalanya ke langit.
“Kure.” Namja itu menghela nafasnya.
Dia membuka tasnya dan mengambil barang yang ada di dalamnya, lalu dia mengeluarkan sebuah benda berwarna hitam dan membuka pelindungnya lalu menarik pegangannya sampai terbuka lebar. Yeoja itu tertawa terbahak- bahak. “HAHAHAHA.”
“Oppa, kamu membawa payung?” Tanya Minra dengan wajah yang heran.
“Annio, aku meminjamnya dari temanku, dia kebetulan menyimpan payung ini dilokernya.”Jawabnya tegas.
“Jeongmal?”
“Kurom… mana mungkin aku membawanya dari rumah?”
“Arraso!” Ucap Yeoja itu tersenyum mengalah.
“Kazza, aku ingin membawamu berteduh dipayung yang sama. Seperti cerita didrama- drama yang ada di televisi atau novel.” Ucap namja itu sambil menarik tangan Minra mendekat kearahnya.
“Mworaguyo? Maksudnya seperti pasangan so sweet yang ada didunia fiksi itu? Apa aku tidak salah mendengar?” Sindir Minra.
“Nde, itu sangat menyenangkan.” Jawabnya mencubit pipi yeoja manis itu.
“Itu menggelikan.” Ucap yeoja itu menatap sinis.
Lanjut yeoja itu, “Lalu bagaimana dengan latihan drama?”
“Aku sudah berlatih, karena Ibu Lee memiliki urusan yang lebih penting, latihan hari ini hanya sebentar. Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Ucap namja itu tersenyum tenang.
“Aissh, apa itu kata- kata yang jujur? Apa diam- diam pergi dari latihan?”
“Tentu tidak, aku berkata jujur dan aku tidak lari dari latihan. Mana mungkin aku seperti itu, aku akan bertanggung jawab apalagi aku memerankan tokoh yang penting dalam drama itu.” Serunya sedikit terkejut.
“Arraso.”
Namja itu menggandengnya dan mengajaknya untuk melangkah bersama menembus hujan yang mulai mengecil. Mereka menuruni anak tangga dan menerobos hujan yang terdengar diatas payung hitam itu, namja itu mencondongkan payungnya kearah badan yeoja itu. Langkah kaki terhenti dan yeoja itu menatapnya heran.
“Yak…Oppa!” Ucapnya sembari menatap aneh.
“Mwo? Kenapa dengan tatapanmu?” Ucap namja itu heran.
“Apa ini tidak berlebihan? menggandengku? Aku bukan nenek tua yang tidak bisa berjalan.” Protes yeoja itu menatap sinis.
“Aku tidak bilang seperti itu kepadamu, aku hanya takut kamu terpeleset lalu terjatuh, nanti aku yang akan malu jika itu terjadi nanti.” Ucapnya mengelak.
Yeoja itu mengangkat alis matanya dan menatap mata namja itu tajam- tajam. “Mwo? Oppa, apakah kamu ingin merasakan kepalan tanganku?” Ucap Yeoja itu mengepalkan tangannya dan memberikan ancaman kepada namja yang ada disampingnya.
“Kure, aku tidak akan menggandengmu, jadi lebih baik kamu yang menggandengku. Hahaha.”
“Oppa!” Teriak yeoja itu dengan keras.
Namja itu memaksanya untuk memegang, dia menarik tangan yeoja itu  agar menggandengnya dengan erat, dia membuat sebuah taktik untuk menjebak yeoja itu dan tidak menarik kembali tangannya, dia mencapit tangan yeoja itu yang menggandeng tangan kirinya dengan erat sekali. Di luar kelas- kelas, ada segelintir orang yang berdiri menunggu hujan reda ataupun hanya melihat butiran air hujan yang terus berjatuhan. Langkah kaki mereka perlahan berjalan kembali, gemericik air hujan terdengar ricuh diatas payung hitam yang tidak begitu besar untuk dipakai berdua. Tidak ada topik yang harus dibicarakan, kaki mereka berdua hanya berjalan dan terus berjalan. Yeoja yang menatap lurus kearah langkahnya dengan melihat air hujan yang mengotori sepatunya. Namun, ekspresi yang berbeda ada diraut wajah namja yang memiliki tinggi 180 cm dengan jaket merahnya memperlihatkan raut wajah yang senang dan bahagia. Sesekali dia menatap yeoja yang ada disampingnya, dia tidak mempedulikan orang- orang yang ada disekitarnya dan keadaan apa yang sedang terjadi. Dia hanya memikirkan tentang dirinya dan orang yang ada disampingnya.
Belaian angin meraba kulitku…
Mataku menutup dan perlahan kurebahkan kedua tanganku…
Ku hirup dalam- dalam udara segar yang berjalan disekitarku..
Dalam benakku hanya terllintas raut wajah seseorang yang begitu indah…
Jantungku sangat berdebar kencang dan aku mulai tersenyum…
Inikah yang kurasakan dan apakah benar apa yang kurasa?
“Apakah kamu mengerti tentang perasaanku?” Suara berat dan besar memecahkan keheningan.
“Mwo?” Ucap yeoja itu terkejut.
“Hahaha. Lupakanlah, anggap saja kamu tidak mendengar apa- apa dan aku hanya asal bicara saja.”
“Jeongmal?” Tanya yeoja itu sambil menatap namjai yang berada disebelahnya.
“Ah, kazza, kita percepat langkah kita nanti kamu akan ketinggalan bus.” Ucap namja itu mengalihkan pembicaraan.
Langkah mereka terlihat lebih cepat dan namja itu tidak membahas apapun lagi, namun perasaan yeoja itu sangat bingung dengan keadaannya dan pertanyaan dari sahabat dekatnya itu. Gerbang yang memiliki tinggi 4 meter itu mulai mereka tuju dengan warna hijau gelap dan lebih terlihat seperti gerbang penjara begitulah julukan dari semua siswa yang bersekolah disini. Hujan tak kunjung berhenti dan tidak menunjukan tanda- tanda akan berhenti, kaki mereka terus berjalan menuju halte bus yang tidak terlalu jauh. Halte bus itu sangat penuh dengan orang- orang yang menunggu bus dan redanya hujan, kedua hal itu dapat diasumsikan benar. Mereka ikut berdesak- desakan sampai bus itu tiba dan beberapa bus sudah menaikan sebagian penumpang dari halte, orang- orang yang berada dihalte itu kebanyakan memakai baju bebas, baju sekolah dan baju kerja karena jam pulang dan mungkin jam kerja untuk beberapa orang yang masuk dijadwal sore hari.
“Sampai sini saja, aku bisa pulang sendiri.” Ucap yeoja itu.
“Aku akan naik bus juga.” Jawabnya.
“Oppa, bukannya setiap pulang sekolah supir pribadimu akan menjemput kesekolah, bagaimana kalau mereka menjemputmu?”
Namja itu tersenyum “Tidak apa- apa, aku akan menanganinya nanti. Naik bus atau bersama mereka itu kan sama saja, aku akan sampai kerumahku dengan selamat. Betulkan?” Jawabnya menatap lembut.
“Kure, aku tidak akan bertanggung jawab dengan semua yang terjadi nanti, aku tidak akan membantumu.”
Tidak lama kemudian, bus yang mereka tunggu datang dan semua penumpang yang sudah menunggunya mulai berdiri untuk masuk kedalam bus. Seorang namja tiba- tiba menabrak badan seorang yeoja yang  berdiri didepannya dan tidak memberikan kata maaf atas perbuataannya, yeoja berseragam itu terjatuh dan duduk diatas lantai yang kotor.
“Ah… bajuku.” Keluh yeoja itu yang masih duduk terjatuh dilantai halte bus.
“MINRA- AH? Kamu baik- baik saja?” Tanya namja itu dengan panik.
“Nde, hanya sedikit sakit karena kakiku menahan ke lantai.” Jawabnya sembari membersihkan bajunya.
Tiba- tiba seorang namja yang tepat berada dihadapannya memberikan tangan kanannya untuk membantu yeoja itu berdiri dari lantai, dengan raut wajah yang tenang, dia membantu yeoja itu yang sedang bernasib malang. Tanpa mempedulikan keadaan yeoja itu, bus yang berhenti melanjutkan perjalanannya. Yeoja itu sibuk merapihkan rambutnya yang berantakan tanpa melihat siapa yang ada dihadapannya, dia langsung saja memegang tangan yang mengulur kearah dirinya. Tangan yeoja itu memegang erat namja yang mencoba membantunya dan dengan sekuat tenaga namja itu menarik tangan yeoja itu untuk bangun. Yeoja itu berdiri dan menatap namja yang ada dihadapanya, perlahan- lahan namja itu membuka jaket yang sedang dipakainya.
Namja itu memberikan jaket hitam yang ada ditangan kanannya. “Pakai ini.”
Yeoja itu terkejut menatap namja yang tidak asing lagi untuk dirinya.“Mwo?”
‘Ada apa ini? Apa ini hanya mimpiku saja?’
To be countinue……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar