Jumat, 23 Desember 2011

THE LAST  Part 4 (Always Together )
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, romance
Tipe : countinue
Rating : G
Cast  : Han Min Ra (oc), Park Junsu
Support cast: Choi Hyun Soo (oc), Park Sang Mi(oc), Kim Sang Seok (oc), Pak Park (oc)
Cover credit :the original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.
Warning : this story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you^^
Annyeong reader!! Ini ff pertama ku mian kalau masih jelek namanya juga masih belajar, mohon bantuannya ya ^^. Sebenarnya author dapet inspirasi dari pengalaman orang-orang yang author kenal…ff ni semuanya dari sudut pandang author oke jd gak ada POV dari pemainnya, dari pada banyak cing cong langsung aja ke cerita oke
Author POV
Seoul International High School adalah salah satu sekolah elit yang ada di Korea Selatan.  Fasilitas yang mewah dengan teknologi yang canggih menjadi jaminan. Sekolah yang ada di seoul ini sangat diminati oleh masyarakat Korea Selatan, beruntung jika orang yang mendapatkan beasiswa untuk masuk kesekolah elit ini. Yah… tidak lain adalah Han Minra, satu siswi yang beruntung mendapatkan beasiswa meskipun dia mengakui kalau dirinya tidak terlalu pintar namun dia memiliki prestasi non akademik yang patut diperhitungkan. Keberuntungan memang datang kepada orang yang bersungguh- sungguh mengerjakan suatu hal, begitulah menurut orang yang ingin sukses dimasa depan.
Minra POV
Terik matahari menyengat begitu saja, cuaca hari ini memang panas dan langit berwarna biru, tidak ada tanda- tanda gumpalan awan yang akan menyelimutinya. Teriakan terus terdengar ditelinga, “FIGHTING.”  Ah… aku lupa memperkenalkan salah satu orang yang tidak pernah jauh dariku, dia selalu ada bersamaku semenjak kejadian dua tahun yang lalu. Dia adalah sahabatku yang paling baik meskipun kadang keusilannya membuatku marah kepadanya tapi dia memang seperti itu humoris, ceria, dan menghibur. Aku juga sangat menyukai senyumannya yang manis, pemikirannya yang bijak dan dewasa membuat aku merasa nyaman didekatnya. Dia adalah orang yang duduk disebelahku saat ini.
“YAK… Park Junsu.” Teriak seseorang kepada namja berambut coklat itu.
Itulah nama aslinya namun dia lebih menyukai panggilan leeteuk, menurutnya leeteuk itu memiliki arti yang sangat bagus, leeteuk berarati special. Awalnya aku tidak menyukai panggilan itu karena tidak sesuai dengannya, tapi…setelah aku pikirkan dia memang special dan berbeda. Semenjak aku menyadari hal itu, mulutku secara otomatis memanggilnya dengan panggilan leeteuk oppa karena dia lebih tua dariku satu tahun. Oppa, panggilan akrabku kepadanya karena dia sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri dan bagian dari hari- hariku.
“Oppa, sepertinya dia marah kepadamu?” Tanyaku heran.
“Biarkan saja.” Jawabnya tetap tenang
“Waeyo?”
“Aku memakai sepatunya tanpa bilang kepadanya.”
“Aish oppa, sungguh memalukan  sekali itu.” Tatapku sambil mencibirnya.
“Annio.” Ujarnya tak peduli.
Aku menatapnya dengan kecut, namun dia tetap tidak menyadari. Dia terkadang menyebalkan sekali, tapi disisi lain dia membuatku nyaman, entah kenapa aku merasa seperti itu bila terus bersamanya.
“Minra- ah, aku ingin… mengajakmu main hari ini.” Tanyanya canggung.
“Main? Kemana?” Tanya kaget.
“Aku ingin mengajakmu ke taman hiburan?”
“HAHAHAHA. Aku sudah besar oppa, apakah aku terlihat seperti balita?”
“MWO? Aku tidak bilang seperti itu, hanya saja aku ingin kesana.” Ucapnya sambil menatapku sinis.
“Arraso. Aku akan pergi bersamamu.” Jawabku tersenyum lembut.
Sudah lama aku tidak pernah kesana, semenjak kejadian itu aku tidak ingin mengunjunginya lagi. Namun, aku harus melawan semuanya, jika seperti ini aku akan terus membenci dan tidak bisa menerima kenyataan yang sudah berlalu.  Aku tahu oppa Leeteuk sengaja mengajaku kesana, karena dia mengetahui semuanya dan dia ingin aku bisa mengobati rasa traumaku. Aku menatapnya dan terus memandanginya sambil tersenyum bangga memiliki sahabat yang sudah menjadi bagian hidupku.
Aku mengalihkann pandanganku dari wajahnya dan kembali menyaksikan pertandingan yang sedang berlangsung, tiba- tiba saja kapten dari reguku terjatuh, dia berusaha mengambil bola dari regu Sangmi. Dia tidak dapat berdiri dan terus memegang pergelangan kakinya.
“Kim Sang Seok, kamu baik- baik saja?” Tanya Pak Park Cemas.
“Nde.” Sambil menahan rasa perih.
Lee Myung Won dan Nam Dong Gyu yang berada di dekat Pak Park membantu Sangseok duduk di pinggir lapangan basket. Pertandinganpun berhenti, semua murid fokus melihat Sangseok.
“Kamu gantikan Sangseok bermain.” Tepuk Pak Park kepadaku.
“N- nde.” Aku menjawab dengan ragu.
‘Eotteoke? Apa aku bisa melakukannya? Tenang Minra, kamu bisa kalau kamu berusaha dan mencobanya terlebih dahulu. Rileks Minra pasti kamu bisa tentu bisa. Fighting!’ Kata hati Minra.
“Geunchana.” Ucap Leeteuk sambil tersenyum.
“Gomawo.” Jawabku menatapnya.
Aku mulai berjalan dan menyemangati diriku sendiri, aku tidak ingin mengacaukan semuanya. Aku harus berusaha, ini bukan ujian sekolah, aku hanya butuh rileks dan fokus kepada pertandingan ini. Keadaan yang tegang mulai reda dan pertandinganpun berlanjut, aku  masuk ke lapangan dan bergabung bersama timku dan aku memiliki tanggung jawab yang besar sebagai kapten tim seperti Kim Sang Seok. Terik matahari semakin menyengat membuat udara panas sekali, tidak ada angin yang bertiup untuk meredakan panas. Namun, aku berusaha tidak mempedulikan panas matahari yang membakar kulitku, aku harus membawa timku sebagai pemenang. Semua fokus kearah pertandingan yang semakin seru, kedudukan  kedua tim terus berkejaran, teriakan dan dukungan kepada kedua tim terus terdengar ditelingaku. Aku semakin nervous. Tinggal selangkah lagi Minra, aku pasti bisa, aku harap bola ini masuk dengan mudah, ini penentuan terakhir timku. Aku akan berusaha. Aku mulai melemparkan bola kedalam keranjang dan suasana begitu hening, semua mata yang ada dilapang basket tertuju kepadaku dan menunggu hasil dariku.
“Menaaannggggg.” Seru tim Minra.
Aku memasukan bola dengan mudah, aku memasukannya tanpa menyentuh lingkaran besi ranjang bola itu. Aku berhasil!!! Sahabatku, Hyunsoo berlari dengan gembira kearahku dan langsung memelukku. Dia terus memujiku dan terus berteriak ‘KITA MENANG.’
“Gomawo, gara- gara kamu tim kita menang.” Ucap Hyunsoo.
“Ah…annio, aku tidak melakukan apa- apa. Kalian juga ikut berusaha denganku, semuanya berkat kerja keras kita.” Ujarku.
“Minra- ssi, gamsahamnida.” Ucap Sangseok sambil tersenyum hangat kearahku.
Waktu pertandinganpun habis dan pemenangnya adalah timku, semua orang memberikan selamat dan ikut gembira denganku. Nafasku masih terengap- engap, begitupun dengan yang lainnya. Aku tidak pernah merasa sesehat ini. Sangmipun mengucapkan selamat kepada timku meskipun dia dan timnya kalah. Sangmi memelukku dan berteriak keras ditelingaku “CHUKAE”.
“Yak… apa yang kamu lakukan?” Bentakku.
“Aku memberikan selamat kepadamu.” Ucap Sangmi tersenyum senang.
“HAHAHAHA. Tidak perlu seperti itu.” Wajahku kembali datar.
“Chukae Minra- ah.” Ucap Leeteuk sedikit mengacak rambutku pelan.
Saatnya tim namja memulai pertandingan mereka dan bersiap- siap.
“Aku tidak menyangka, kamu bisa bermain basket sebaik itu. Apa kamu pernah bermain ini sebelumnya?” Tanya Sangseok kepadaku.
“Anni, aku hanya melihat dan mengikuti orang lain saja, walaupun sebenarnya aku merasa bingung dengan permainan itu tapi aku menyukainya.” Jawabku dengan seulas senyuman.
AUTHOR POV
Peluit kembali berbunyi, permainan tim namja sedang berlangsung. Tidak kalah seru dengan petandingan tim yeoja, mereka lebih bersemangat dan lebih baik dalam hal menyusun strateginya untuk menang melawan musuh.
“Namja itu menjadi kapten? Dia sangat tampan dan manis, aku baru menyadari hal itu. Aku rasa…aku mulai menyukainya, meskipun dia dingin dan tidak bersikap ramah tapi aku tertarik kepada namja itu. Tatapan matanya yang tajam dengan senyuman sinisnya membuat hatiku meleleh.” Ucap seorang yeoja berbinar- binar.
 “Ne, aku setuju, kepribadiannya yang dingin membuatnya lebih menarik dari yang lainnya. Kamu tahu tidak? Dia itu anak satu- satunya pemilik perusahaan terkenal di dunia, keluarganya sangat kaya. Aku ingin sekali menjadi pacarnya karena itu akan menjamin kehidupanku. Hahaha.” Ucap satu yeoja lainnya sambil memainkan ujung rambutnya.
Minra, Sangmi dan Hyunsoo melihat kearah kedua yeoja itu, tatapan yang aneh dan membuat Minra menahan tawanya sedangkan Hyunsoo menatap mereka dengan sinis karena mendengar ucapan kedua yeoja itu yang terus memuji namja itu. Minra langsung memalingkan pandangannya, dia hanya menggelengkan kepalanya  dan tersenyum.
“Mau- maunya dia jadi pacar namja itu.”Ucap Sangmi menyunggingkan bibirnya 3 cm ke samping kanan.
 “Aku kesal dengan omongan semua orang tentang dia, aku sangat mengenalnya.” Erang Hyunsoo.
“Aigo, ternyata kamu menyukai Kyuhyun, cowok dingin dan so itu?” Sindir Minra.
“Annio, bukan seperti itu.” Bela Hyunsoo.
“Jeongmal?” Usil Sangmi menyikut tangan Hyunsoo.
“Itu dulu, sekarang aku tidak menyukainya lagi.” Jelas Hyunsoo.
“Chakaman, apa kamu masih mengharapkannya?” Tebak Sangmi penasaran.
“Anni, kami hanya teman, aku juga menyadari hal itu. Kalian tahu sendiri, siapa orang yang paling aku sukai.” Ujarnya tenang.
“Apa dia pernah datang ke pertemuan keluarga?” Tanya Sangmi.
“Annio, dia baru satu kali datang keacara itu.”
“Ah….Pantas saja, aku tidak pernah melihatnya.” Tanya Sangmi.
“Dia tumbuh dengan baik dan banyak berubah.” Jelas Hyunsoo sambil menatap Kyuhyun yang sedang bermain basket.
“Jadi kalian memang saling mengenal, pantas saja tadi pagi kalian begitu akrab.” Ucap Minra sambil mengangguk lembut.
Bola basket itu melaju begitu kencang tepat kearah ketiga yeoja itu. Semua orang berteriak “AWAS”, mereka spontan melihat bola itu yang semakin mendekat dengan kecepatan 100 km/jam. Namun, nasib malang menimpa salah satu dari mereka, bola itu tepat mendarat kearah mukanya. Rasanya sakit sekali, bola basket yang keras dan besar itu langsung menghantam yeoja itu. Semua orang menatap kearahnya dan melihat apa yang terjadi kepadanya. Bola itu terjatuh begitu saja kelantai setelah menghantam begitu keras dan mendorongnya langsung kearah tembok kelas, kepala yeoja itu menghantam tembok lalu terdengar suara ‘BUG’. Yeoja itu langsung terjatuh ke lantai dan mengeluarkan banyak darah dari hidungnya. Murid- murid yang ada disekitar lapangan basket sangat terkejut, yeoja itu tidak bergerak sedikitpun. Dia tidak sadarkan diri, Pak Park langsung mengambil langkah seribu untuk melihat keadaan yeoja itu. Dia jatuh pingsan, tanpa berpikir panjang Pak Park mengangkatnya dan membawanya ke ruang kesehatan. Semua panik termasuk kedua sahabatnya yang melihat kejadian itu.
“Panggil ambulance!” Teriak Pak Park.
“Ada apa dengan hari ini, mulai dari Kim Sang Seok yang terluka parah karena terkilir sekarang satu siswi lagi yang jatuh pingsan dan mengeluarkan banyak darah dari hidungnya.” Keluh Pak Park sambil membawa yeoja itu.
Hyunsoo sangat cemas dan ketakutan dengan kejadian yang menimpa salah satu sahabatnya, Hyunsoo langsung mengambil ponselnya di loker dan menekan tombol- tombol angka untuk menelepon ambulance. Darah segar yang terus dikeluarkan dari hidung yeoja itu, badannya masih tergeletak tak sadarkan diri diatas ranjang berbalut kain biru yang rapi dan bersih. Memar diwajahnya mulai muncul membiru dan membuat wajahnya bengkak.
 Kedua sahabatnya sangat cemas dan menunggu datangnya ambulance yang tak terlihat sedikitpun. Sambil mondar mandir, Hyunsoo melihat kearah gerbang sekolah ambulance dan beberapa menit kemudian ambulancepun datang, petugas rumah sakit membawa yeoja itu dan memindahkannya kedalam ambulance. Pak Park ikut mendampinginya menuju rumah sakit untuk mengkonfrimasi kejadian yang terjadi kepada orangtua yeoja ini. Petugas langsung membawanya ke ruang ICU. Saat diperjalanan Pak Park sudah menelepon orangtua yeoja itu dan memberitahu kejadian yang menimpa anaknya. Mereka tiba secara bersamaan dan sama- sama menuju ruang ICU.
“Apa yang terjadi?” Tanya salah satu orangtua yeoja itu dengan wajah sangat cemas.
“Saya meminta maaf kepada anda, saya sudah lalai dan saya akan bertanggung jawab atas kejadian ini. Dia mengalami memar diwajah dan hidung yang terus mengeluarkan darah, saya belum tahu pasti apa yang terjadi dengan hidungnya. Selain itu kepala bagian belakang terbentur keras kearah tembok. Saat ini masih tidak sadarkan diri.” Jelas Pak Park menundukan kepalanya dengan rasa bersalah kepada orangtua yeoja itu.
“Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi setelah dokter memeriksanya.” Ujar ayah yeoja itu sangat optimis.
“ Saya berharap demikian, kita menunggu pemberitahuan dokter setelah memeriksanya. Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini.” Ucap Pak Park kembali membungkukan badannya.
Orangtua yeoja itu dan Pak Park duduk di kursi yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit, mereka menunggu hasil dari dokter. Mereka masih cemas dan menunggu kepastian tentang keadaan yeoja yang sedang diperiksa dan rasa tidak bersabarpun diderita oleh Ibu yeoja itu yang ingin mendengar penjelasan dokter bahwa anaknya baik- baik saja.
Dokterpun keluar dari ruang ICU…..
“Ada keluarga dari pasien Han Minra- ssi?” Tanya Dokter Kang.
“Nde, kami keluarganya, apa yang terjadi?” Ucap Tuan Han dan  beranjak dari kursi putih itu.
“Pasien mengalami patah tulang dibagian hidungnya dan tidak ada cedera dikepalanya ataupun adanya pendarahan. Namun, kami harus melihat kembali tiga hari kedepan apakah semuanya baik- baik saja.” Jelas Dokter Kang.
“Mwo? patah tulang hidung?” Ujar Nyonya Han sangat terkejut.
“Kami sudah mengatasinya, hanya memerlukan beberapa kali check up untuk memeriksa apa tulang hidungnya sudah kembali pulih. Sekarang pasien sedang istirahat karena obat bius yang kami berikan dan pasien harus dirawat selama tiga hari disini untuk melihat kembali kepalanya yang terbentur.” Ucap Dokter Kang.
“Baiklah. Saya mengerti.” Ucap Tuan Han.
Setelah pemeriksaan itu berlalu, Yeoja itu dibawa ke ruang rawat untuk istrahat, kedua orangtuanya langsung menemaniya. Pak Park menemui pihak administrasi rumah sakit untuk mengetahui biaya rumah sakit yang harus dibayar. Pihak sekolah akan membayar semua biaya rumah sakit.
“Bagaimana dengan biayanya?” Tanya Nyonya Lee dengan cemas.
“Tidak perlu memikirkan itu, kita berharap anak kita sembuh dan kembali ceria lagi. Aku tidak ingin melihatnya terluka lagi.” Jawab Tuan Han sambil merangkul istrinya.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, “Masuklah.” Pak Park datang dan menemui orangtua Minra. “Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini, seluruh biaya administrasi Han Minra- ssi sudah ditanggung oleh pihak sekolah.”
“Gamsahamnida.” Ucap Tuan Han sedikit membungkukkan badannya.
SSSSSS
Han Minra masih tidak sadarkan diri, kedua orangtuanya meninggalkan yeoja itu untuk mengambil beberapa pakaian ganti dan meminta ijin untuk cuti beberapa hari dari tempat mereka bekerja. Dua orang yeoja berpakaian putih melangkahkan kakinya sambil membawa beberapa kertas ditangan kanannya dengan papan coklat, pintu kamarpun digesernya dan mereka masuk begitu saja kedalam ruangan itu. Seorang yeoja yang memakai pakaian putih itu memeriksa denyut nadi dan tekanan darah pada pasien yang tertidur pulas, dan satu orang lagi memeriksa peralatan yang ada disana sudah sesuai dengan fungsinya atau tidak.Setelah beberapa menit memeriksa pasien , kedua yeoja itu meninggalkan ruangan dan membiarkan pasien istirahat dengan tenang.  Pintu kamarpun ditutup kembali, suasana hening dan telinga tidak mendengarkan apapun. Hanya detikan jam dinding dan angin yang tak terlihat namun, terdengar pelan disudut- sudut ruangan putih itu.
Dia mulai membuka kedua bola matanya, pertama- tama tatapannya masih buram dan tidak jelas. Tatapan matanya kembali normal dan efek obat bius masih terasa didalam tubuhnya. Suara ketukan pintu terdengar jelas dari luar. Minra hanya bisa mendengar dan menunggu seseorang masuk tanpa menjawab atau menyambutnya.
Tok tok tok
 “Kenapa tidak ada yang membuka pintunya?”
“Kita masuk saja.”
“Tidak apa- apa?”
Pintu kamarpun tergeser, langkah kaki mereka terdengar dilantai sembari memberikan salam, mereka masuk dan memberikan salam. Ternyata tidak ada siapa- siapa didalam ruangan, suasana sangat sepi, hanya terlihat seorang yeoja yang terbaring lemah diatas ranjang putih itu dengan infusan ditangannya.  Hyunsoo sangat terkejut dengan keadaan sahabatnya, sedangkan Sangmi langsung berlari menghampiri yeoja bertubuh mungill itu dengan mata yang berkaca- kaca sambil menahan air mata yang ingin dikeluarkannya. Entah perasaan sedih atau ini perasaan bahagia yang bercampur aduk dihati Sangmi.
“Annyeong.” Ucap Minra lemas.
“Aku sangat khawatir Minra- ssi, geunchana?” Ujar Sangmi panik sambil memeluk Minra.
“Sangmi- ah, aku baik- baik saja dan sekarang tubuhku merasa lebih baik,” Jawab Minra mengusap wajah Sangmi yang penuh air mata.
“Apa itu sangat sakit?” Tanya Hyunsoo menunjuk hidung Minra.
Minra hanya menatap Hyunsoo dan terlihat bingung, dia mengikuti telunjuk Hyunsoo dan tangan kanannya menyentuh hidungnya yang terbungkus oleh perban, dia baru tersadar dan mengingat semua kejadian yang terjadi di lapangan basket tadi. “Aw… ini sakit sekali.”
“Aku sangat penasaran siapa yang melakukan ini?” Ucap Hyunsoo sembari mengerucutkan bibirnya.
“Cure, aku ingin mengetahui siapa yang membuat Minra seperti ini. Meskipun aku sudah berteriak sekeras- kerasnya didalam kelas tetapi tidak ada yang menjawab.” Ujar Sangmi kesal.
Minra tertawa melihat Sangmi yang begitu menggebu- gebu, Han Minra sangat beruntung memiliki kedua sahabat yang sangat menyayanginya dan selalu ada untuknya. Mereka benar- benar sahabat yang sangat baik dan tidak ada habisnya Minra bersyukur kepada Tuhan atas keberuntungan yang didapatkannya. Tidak ada yang lebih menyenangkan jika selalu bersama kedua sahabatnya, tawa, canda, duka, tangisan akan terasa ringan dipundaknya. Mereka adalah kehidupannya dan selalu menjadi penyemangatnya.
Cuaca di sore hari ini semakin dingin, angin berhembus kencang dan daun- daun berguguran begitu saja, matahari mulai turun tanpa isyarat, perlahan turun dan mulai tertutup awan, cahaya berwarna orange memantul dengan indah. Semuanya terlihat begitu abstrak dan menenangkan hati dengan keindahannya. Seorang yeoja tersenyum indah diatas balkon kamar, dua bola matanya membesar dan menarik napas dalam- dalam lalu perlahan mengeluarkannya kembali. Dia duduk diatas kursi roda dan berdiam diri menanti tenggelamnya matahari di musim gugur. “Indah dan menyenangkan.” Udara terasa sangat sejuk bahkan pemandangan ini begitu menakjubkan, kursi- kursi taman yang tersusun rapi, bunga- bunga yang indah, air mancur yang ada di tengah taman, yeoja itu sangat menikmati harinya. Tatapannya menerawang jauh menatap semua memori yang muncul satu persatu didalam benaknya. Kenapa semua itu begitu jelas dalam lamunannya, hanya saja itu tetap membuatnya merasakan rindu yang sangat besar. Permainan selalu berputar- putar diatas pikirannya, tanpa dia inginkan namun pasti itu akan selalu datang kepadanya.
“Minra- ah….” Panggil seorang yeoja dengan lembut.
Yeoja itu menghapus semua lamunannya dan menoleh kearah suara itu. Tatapan hangat dengan seulas senyuman, dia pancarkan kepada sahabatnya yang masih setia menemaninya. Meskipun hari sudah semakin berlalu, tidak ada rasa sepi dan sedih berada disisi sahabat- sahabatnya tapi yeoja itu akan merasa sangat senang dan suasana akan selalu ramai walaupun hanya ada mereka bertiga. Begitulah kebiasaan yang sudah terjadi sejak dulu, hidup yang tidak membosankan.
“Mwo?” Jawab Minra dengan seulas senyuman yang mengembang.
“Apa yang sedang kamu pikirkan? Lebih baik kamu masuk kedalam, udara diluar sangat dingin.” Ujar yeoja berparas cantik itu.
“Nde.”
Hyunsoo membantu Minra masuk kedalam kamarnya, kursi roda itu didorongnya secara perlahan dan kembali menutup jendela kamar yang terbuka lebar.
“Minra- ah, seharusnya kamu tidak perlu cemas dengan hidungmu.” Ujar Hyunsoo menyindirnya.
“Mwo?” Ucap Minra terkejut.
“Apa kamu memikirkan hidungmu?” Sindir Sangmi tersenyum senang.
“Aku tidak mengkhawatirkan hidungku.” Jawab Minra menatap sinis.
“Arra…arra, aku hanya membayangkan kejadian tadi siang. Seharusnya Minra dapat menangkap dan mengambil bola itu dengan mudah atau menghindarinya dengan cepat.” Ucap Hyunsoo sembari membayangkan.
“Ah… benar sekali. Seharusnya dia dapat menangkapnya dan melemparkan sekeras tenaga kepada namja yang membuatnya kehilangan hidung.” Ucap Sangmi melanjutkan.
“Aku tidak kehilangan hidungku.” Jawab Minra manja.
“Aiss , ternyata tetap saja mengaharapkan hidung yang bagus. Aku yakin hidungmu sekarang menurun 5 cm atau mungkin hidungmu sudah menyusut.”
“Annio, itu tidak mungkin, ini hanya patah tulang saja.  Pemikiranmu terlalu berlebihan ya Hyunsoo- ssi.”
“Hahaha. Mian. Hanya saja aku yakin, hidungmu akan berubah.”
“Sincha?”
“Ne.”
“Annio..”
“HAHAHA. Wajahmu tidak perlu seperti itu, aku benar- benar ingin tertawa melihat wajahmu ketakuatan.”
“Jika aku tahu siapa yang melakukan ini, aku akan mengutuknya menjadi seekor kodok berbulu.”
“Hahaha, Sincha? Aku tidak pernah mendengar kodok  memiliki bulu.” Ucap Sangmi diikuti tawa yang terbahak- bahak.
“Benar, meskipun tidak ada tapi aku akan mengutuknya seperti itu.” Ucap Minra sangat yakin.
“Arraso…hahaha.”
Mereka bersenang- senang dan membiarkan semuanya berjalan begitu saja, hari semakin gelap, kedua sahabat Minra masih menemaninya. Mereka menunggu kedua orangtua Minra datang dan mengantikan mereka menjada Minra. Kedua sahabat Minra tidak ada habisnya menghibur dan membuatnya senang. Mereka terus  memanjakan Minra dan menceritakan hal- hal yang menarik kepadanya. Seketika saat mereka tertawa dengan parody yang mereka lakukan dengan gerakan- gerakan konyol, pemikiran yang terlintas begitu saja membuat Hyunsoo langsung tersentak dan terdiam. “ AIGOO…Lalu bagaimana dengan tugas drama yang disuruh oleh Ibu Lee?” Tanya Hyunsoo.
“Ah…cure, bagaimana aku bisa lupa dengan hal itu? apa  yang harus kita lakukan dengan hal itu, aku tidak bisa pergi ke sekolah dan berlatih bersama kalian.” Ucap Minra gelisah.
“Kita harus mencari solusi, aku yakin pasti ada cara apapun itu.” Tepis Sangmi memutar matanya dan mencari sebuah ide.
Mereka terdiam sejenak untuk mencari jalan keluar yang baik untuk Minra. Waktu terus berlalu, Hyunsoo masih sibuk mondar mandir dan memutar otaknya untuk menemukan sebuah ide yang brilliant. Suasana menjadi hening dan hanya terdengar bunyi detikan jam yang terus berjalan, satu menit berlalu, lima menit berlalu dan memasuki menit kesepuluh.
“Ah…aku menemukannya.” Teriak Hyunsoo dengan sigap.
“Bagaimana kita berlatih disini saja?” Usul Hyunsoo melanjutkan.
“Ah…cure, kita berlatih disini saja itu akan lebih efisien. Kita bisa menggunakan ruangan ini untuk berlatih selama 2 hari kedepan, tapi…” Ucapan Sangmi langsung terhenti.
“Tapi apa?” Tanya Minra dan mengerutkan dahinya.
“Kita akan mengganggu pasien yang lain disini, bagaimana kita mengatasi hal  itu?” Ucap Sangmi diikuti dengan helaan napasnya.
“Benar, mungkin akan sangat bising kalau kita berlatih disini.” Seru  Minra sembari menganggukan kepalanya.
Mereka kembali terdiam dan mencari cara yang lebih baik lagi. Semua keputusan harus dipertimbangkan dengan baik dan tidak menganggu kepentingan umum.
“Aku tahu!” Teriak Minra.
“Bagaimana kalau kita berlatih di taman rumah sakit saja? Itu tidak akan terlalu menganggu pasien, karena pasien yang datang ke taman tidak terlalu banyak. Bagaimana?” Usul Minra.
“Benar taman rumah sakit, pasti itu bisa digunakan karena berada diluar dan meminimalkan suara agar tidak terlalu bising.” Ucap Hyunsoo menganggukkan kepalanya dengan semangat.
“Iya aku juga setuju, jadi sekarang kita beritahu yang lainnya untuk berlatih disini. Semoga mereka mengerti dengan keadaan Minra. Benarkan Minra- ssi?” Ucap Kyra sembari mengelus- ngelus rambut Minra dengan senyuman jahilnya.
“Apa- apaan, aku bukan anak kecil Sangmi- ssi.” Ujar Minra menepis tangan Sangmi.
Sangmi terus mengacak- ngacak rambut Minra dan lebih menganggunya lagi, Minra sesekali kesal dan menatap sinis kearah Sangmi namun, mereka selalu tertawa dan itu sudah menjadi kebiasaan yang terjadi diantara mereka, Hyunsoo  hanya menatap mereka dengan hangat dan senyuman yang mengembang dengan indah. Seperti biasanya Sangmi akan melakukan hal yang membuat Minra kesal untuk menghiburnya disaat suasana tidak menyenangkan. Kejahilannya tidak akan ada habisnya untuk menyenangkan orang lain yang disayanginya. Kedekatan Sangmi dan Minra tidak perlu diragukan lagi, semenjak masuk senior high school, mereka selalu bersama- sama, berbagi satu sama lain dan menghibur dikala salah satu diantara mereka sedang sedih. Seperti istilah mengatakan sahabat adalah orang yang paling berharga, kasih sayang seorang sahabat itu lebih tulus dari seorang namja dan tidak akan pernah ada habisnya. Susah senang akan selalu bersama, saling menyemangati satu sama lain.
Sahabat itu adalah berlian …
Tak akan ada gantinya meskipun kita mencari…
Sama namun akan berbeda..
Kelembutan hati seorang sahabat itu adalah ikhlas..
Senyum dan semangat mereka membuat itu akan menjadi kuat
Sahabat adalah matahari yang selalu dibutuhkan oleh setiap orang..
‘Hidupku tidak akan pernah merasa sedih ataupun menderita. Sahabat, mereka sahabatku yang sangat berharga, dan mereka adalah bagian dari diriku. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka.’
SSSSSS
Sinar lampu- lampu taman menembus tirai putih itu, tajam dan menyentuh lembut lantai kamar yeoja itu. Tubuhnya terbaring nyenyak dengan selimut hangat yang masih menutupi tubuhnya.Kedua orangtua yeoja itu kembali pulang untuk mengambil beberapa pakaian, Kakak laki- laki dari yeoja itu tidak bisa menemaninya karena masih ada tugas- tugas kampus yang harus diselesaikannya. Maka, orangtua yeoja itu menitipkannya kepada dokter dan suster yang ada di rumah sakit. Pintu kamar yeoja itu sengaja tertutup rapat dan jendela kamar yeoja itu sudah tertutup dengan kain lebar berwarna putih. Udara ruangan yeoja itu dibuat menjadi hangat untuk membuat tubuhnya tidak merasa dingin, penghangat ruangan sudah terpasang dengan suhu yang normal dan nyaman. Yeoja itu membaringkan badannya diatas ranjang dan menatap langit- langit kamarnya, terlintas ada bayangan yang terlintas dan berputar begitu saja. Seperti menonton kejadiannya sendiri dengan memori otak yang terus diputar otomatis. Yeoja itu tersenyum sambil membayangkan kejadian 2 tahun yang lalu meskipun saat itu dia masih duduk dibangku tingkat 1 tetapi ingatan itu melekat didalam pikirannya bahkan sangat berkeliaran didalamnya.
Tiba- tiba saja terdengar pintu kamarnya tergeser perlahan dan yeoja itu terkejut dengan suara langkah seseorang yang mendorong pintu kamarnya. Pukul 23:00 tepat ditunjukan oleh jam dinding berwarna biru itu. Lamunannya langsung pecah begitu saja dan debaran jantungnya semakin kencang saat pintu itu mulai digeser kembali perlahan- lahan, yeoja itu terbangun dan bersandar dipunggung ranjang, rasa takutnya semakin menjadi- jadi, keringat dingin mulai keluar dan debaran jantung yang tak terkendali lagi.Keadaan rumah sakit sangat sepi dan ujung matanya melirik ponselnya yang ada diatas meja sebelah ranjangnya. Dia mencoba mengambil ponselnya dan meminra pertolongan jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, tiba- tiba saja dia terkejut ketika bayangan seseorang terpantul oleh lampu luar ruangan yang tergambar jelas dilantai. Yeoja itu membatu dan tidak bisa berbuat apa- apa, dia memutuskan untuk diam dan tidak bergerak sedikitpun, seseorang berdiri dipintu kamarnya. Rasa gemetar yang hebar melanda tubuhnya dan tangannya mulai mendingin, napaspun sudah terpenggal- penggal seperti lari marathon dilapangan bola. Yeoja itu menarik napas dan membuangnya secara perlahan untuk menenangkan dirinya dan berdoa semoga tidak ada hal yang buruk terjadi kepadanya.
Yeoja itu menunggu kedatangan seseorang yang sedang berdiri itu, sesekali yeoja itu menelan ludahnya dan mengepal tangannya. Dia ingin bersikap positif dan membuat tubuhnya rileks. Menunggu dan terus menunggu kemunculan seseorang yang sudah ada didepan ruangannya tetapi tidak kunjung datang dan yeoja itu semakin penasaran, namun, seketika pintu kamarnya kembali bergeser dan bayangan hitam dilantainya menghilang perlahan dengan pintu yang mulai tertutup tanpa ada satu orangpun yang masuk kedalam kamarnya hanya terdengar langkah kaki seseorang yang pergi. Rasa lega dan yeoja itu menarik dan menghelakan napas lega, “Syukurlah tidak ada yang masuk kedalam, aku benar- benar merasa takut.”
Namun, pintu kamarnya kembali bergeser dan yeoja itu kembali tersentak kaget. ‘Nugu ? aku tidak berharap ada hal buruk akan mengancamku atau orang yang akan berbuat jahat kepadaku. Aku berharap!’ Terdengar langkah kaki yang berjalan diatas lantai dan debaran jantungnya semakin cepat, dia menunggu kedatangan seseorang yang masuk kedalam ruangannya.
“Siapa disana?” Teriaknya.
“YAK…. SIAPA DISANA.! Teriaknya kembali.
To be countinue…..



Senin, 19 Desember 2011

THE LAST Part 3 (There are only a shadow)

THE LAST  Part 3 (There are only a shadow)
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, romance
Tipe : countinue
Rating : G
Cast  : Han Min Ra (oc), Cho Kyuhyun, Choi Siwon.
Support cast: Choi Hyun Soo (oc), Park Sang Mi (oc), Kim Sang Seok (oc), Park Haena (oc).
Cover credit :the original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.
Warning : this story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you^^
Yeoja itu menemukannya kembali dan dia terkejut dengan keadaannya sekarang, dia tidak pernah menyangka dapat bertemu dengan namja itu. Namun, yeoja itu mulai berpikir kenapa namja itu berada disini? Mata yeoja itu terus memandanginya dan menyipitkan sesekali untuk melihat lawan bicaranya. Tanpa disadarinya, namja itu memandanginya dengan tatapan dingin. Tidak ada gertakan dari yeoja itu dan mulai memalingkan pandangannya dari namja itu, tatapannya langsung tertuju kepada seorang namja yang tersenyum mendekatinya.
“Annyeonghaseo.” Sapanya.
Yeoja itu menengadahkan wajahnya untuk melihat seorang namja yang ada dihadapannya. Raut wajahnya berubah sumeringah dan senang, yeoja itu membalas senyuman ramah namja itu.
“Aku sudah menunggumu dari tadi, kenapa kamu baru muncul?” Tanya yeoja itu dengan ketus.
“Mianata, aku terlambat. Aku harus menyelesaikan beberapa tugasku.” Jelasnya dengan mimik wajah yang bersalah.
“Siwon-ssi, apakah kamu mengenal seseorang yang berdiri disana?” Tanya yeoja itu penasaran.
Siwon melihat kearah tangan yeoja yang menunjuk seorang tamu tidak jauh dari hadapannya. “Ah..ne, aku mengenalnya.” Ucapnya sementara. “Waeyo?”
“Ah… annio.” Jawab yeoja itu malu- malu.
“Dia satu sekolah denganku dan kami pernah satu club tenis. Apakah kamu mengenalinya?”  Tanya Siwon menunggu.
“Aku tidak terlalu ingat, tapi wajah itu tidak asing lagi dimataku.” Jelasnya mengerutkan dahinya.
Hyunsoo POV
Acara berjalan membosankan, acara dansa dan lagu- lagu klasik atau jaz lebih dominan dipertemuan keluarga ini. Meski banyak tamu yang datang, namun tidak banyak yang aku ketahui. Siwon- ssi yang sedang asik menemaniku harus beranjak pergi untuk menemui teman- temannya yang baru saja datang, aku merasa sangat bosan karena acara pertemuan ini tidak sesuai dengan seleraku. Ditambah lagi Sangmi- ssi tidak datang, aku hanya melihat kedua orangtuanya yang asik berbincang- bincang. Aku hanya bisa menghela nafas dan bersabar dengan acara ini, sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa, lengkap sudah penderitaanku sekarang, benar- benar membosankan. Terbesit untuk kembali pulang namun, kedua orang tuaku akan melarang dan menahanku untuk tetap tinggal disini. Aku memutuskan untuk sedikit lebih bersabar disini hingga acara ini selesai. Namja yang menjadi pusat perhatianku itu menghilang, dia tidak ada dalam pandanganku. Kemana dia? Apa dia pulang? Aku harus mencarinya karena aku harus menanyakan sesuatu kepadanya. Seseorang menepuk pundakku dengan lembut, ternyata laki- laki itu! Dia menatapku, aku memandangnya tanpa henti. Benar memang dia. Aku yakin itu, kenapa aku baru menyadarinya sekarang?
“Gelasmu!” Ucapnya.
‘Gelasku? Maksudnya? Aku tidak mengerti.’ Batinku.
Namja itu mengambil gelas yang ada ditanganku, ternyata wine itu sudah tumpah ke gaunku. Benar- benar ceroboh dan memalukan sekali, kesan yang buruk.
“Gamsahamnida.” Ucapku tersenyum malu.
Namja itu mengambil serbet putih yang tersedia diatas meja, dia mencoba membantuku dan semua orang yang ada disana memandangku karena kecerobohan yang sudah kulakukan. Sesange! Dorai! Aku tidak memperhatikan gelas yang ku pegang.
“Seharusnya kamu lebih hati- hati, sehingga gaunmu tidak kotor seperti ini.” Ucapnya sambil membersihkan gaunku.
“Gamsahamnida, aku sudah merepotkanmu.” Kataku sementara.
Lanjutku kembali. “Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?”
Namja itu mengehentikan tangannya dan menatapku yang ada dihadapannya. Tatapannya sangat tajam dan dia terlihat mengingat- ngingat wajahku.
“Aku tidak mengerti.” Ucapnya singkat.
“Shinca? Apakah kita pernah bertemu?”
“Mwo?” Namja itu heran dan hanya menatapku.
“Apa aku salah? Namaku Kim Hyunsoo.”
 “Kim Hyunsoo?” Ucapnya sementara.
Tiba- tiba saja terdengar suara seseorang memanggil namaku dengan nama seorang namja yang ada dihadapanku. Aku memalingkan pandanganku darinya dan melihat siapa yang sedang menatapku dan memanggilku. Ah… ternyata Appa, tapi kenapa dia mengenali namja itu? Aku beranjak dari kursi itu dan menghampiri Appa yang sudah menungguku, aku menyadari langkah kaki namja itu yang ada dibelakangku. Aku semakin penasaran kenapa appa mengenalinya? Semakin gila rasa penasaran itu.
“Duduklah bersama disini.”
“Nde.” Jawabku sembari membungkukan sedikit badanku diikuti dengan namja itu.
Aku tidak menyadari bahwa aku berada diantara rekan bisnis keluargaku, dan aku hanya bisa menundukan wajahku karena rasa malu dan cangggung yang menerkam diriku. Namja itu tetap tenang dan fokus, aku menoleh kearahnya dan melihat wajah namja itu. dia tidak apa- apa, kenapa begitu flat, dingin dan tenang. Kenapa bisa bersikap seperti itu? mungkin saja dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, tidak sepertiku.
“Ini anakku. Perkenalkan dirimu.” Ucap ayahku memandang wajahku.
Aku menganggukan kepalaku lembut dan berdiri dihadapan rekan- rekannya.
“Annyeong haseo, nama saya Kim Hyunsoo.” Ucapku sedikit membungkukan badanku.
Mereka tersenyum menatapku, tidak ada wajah sinis ataupun tatapan tidak suka. Tapi aku tiba- tiba mengingat sesuatu. Apa benar aku pernah bertemu dengan wajah itu sebelumnya? Aku kembali duduk dan menikmati hidangan yang ada dimeja. Lalu kenapa namja itu tidak meperkenalkan dirinya?
“Ternyata dia sudah besar sekarang tuan Kim, sangat cantik dan menawan.”
‘Apa yang dia katakan tentangku? Apa dia mengenalku?’
“Ah… nde, dia putriku yang sangat cantik.”
Aku hanya tersenyum dan menundukan wajahku.
“Gamsahamnida.” Ucapku lembut dengan seulas senyuman diwajahku.
“Ini adalah anakku, Cho Kyuhyun. Dia putraku, beberapa hari ini dia baru saja tiba di Seoul.”
‘CHO KYUHYUN?’
Namja itu menganggukan kepalanya lembut diikuti dengan badannya yang sedikit membungkuk. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah bertemu dengannya, dan sekarang aku bertemu dengannya lagi. Ternyata dia adalah anak dari rekan kerja ayahku sejak dulu, berarti dia adalah teman masa kecil yang pernah bermain denganku? Apa benar dia? Ah.. annio, aku menyimpulkan itu terburu- buru, tidak ada bukti bahwa dia teman masa kecilku yang sangat aku rindukan.
“Apa kamu masih mengingat Kyuhyun- ssi?” Tanya ayahku menunggu.
Aku langsung menatap ayahku dan memikirkan jawaban apa yang harus aku lontarkan kepadanya. Aku tidak bisa menjawab dengan pasti apakah aku masih mengenalnya atau tidak, aku ragu dengan jawabanku sendiri.
“Sepertinya dia sudah lupa, wajar saja mereka sudah terpisah selama 10 tahun.” Ucap seorang wanita cantik nan elegan berumur 40 tahun yang ada disamping namja itu.
‘MWO? Benar kah dia teman kecilku? Dia? Namja dingin dan tidak memiliki ekspresi wajah yang baik itu?’ Batinku.
“Mianata.” Jawabku sedikit tersenyum malu.
Namja itu tidak membantuku sama sekali, dia lebih asik sendiri dan tidak mempedulikan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahku dan ibunya. Seperti patung yang hanya terdiam saja dan tidak memberikan pendapat atau sepatah katapun.
“Kyuhyun- ssi, apakah kamu mengenali putriku?” Ucap ayahku.
“Annio.” Ucapnya dingin.
‘Mworaguyo? Dia tidak memiliki sopan santun yang baik, bahkah wajahnya tidak bisa sedikit lebih hangat. Benar- benar orang yang berbeda dengan orang yang aku kenal 10 tahun yang lalu.’
“Nde, arraso. Sepertinya kalian harus saling mengenal satu sama lain dan mengulang semuanya dari awal. Dulu kalian sangat akrab dan seperti saudara selalu bersama.”
“Benar, mereka sekarang sudah berbeda dan mulai tumbuh lebih matang.”
‘Apa yang sedang mereka bicarakan? Dia memang tak mengenaliku atau pura- pura tak mengenalku?’
Dengan rasa penasaran yang menyelimuti semua pikiranku, aku memutuskan untuk memulai dan mencari tahu sendiri. Apa dia memang tidak mengenaliku?
“Apakah kamu memang tidak mengingatku ketika kita berumur 10 tahun?” Gumamku dengan nada pelan.
“10 tahun?”Jawabnya heran.
“Ne, apakah kamu mengingatku?”
Namja itu mencoba untuk memutar semua memori didalam pikirannya ketika dia berumur 10 tahun dan mengenalku. Wajahnya masih terlihat bingung namun, dia mencoba mengingat apa yang terjadi 10 tahun yang lalu.
Aku memperlihatkan sebuah gantungan ponsel kepada namja itu. Dia melihatnya dan matanya seketika membesar dan seulas senyuman terpancar dari wajahnya yang dingin itu. Dia menatapku dan memandangku dengan seksama, sepertinya dia sudah mengenaliku dan menyadariku sekarang.
“Ah… nde, aku mengenalmu. Kim Hyunsoo- ssi.” Jawabnya senang.
“Apa kamu benar- benar namja yang memberikan gantungan ponsel ini?” Tanyaku ragu.
“Nde, aku memang memberikan ini kepadamu. Mianata.”
Kedua orang tuaku dan kedua orangtuanya menatap kami, mereka penasaran apa yang terjadi diantara aku dengannya.
“Ada apa?” Tanya Ibuku.
“Ah… eoma, aku sudah mengenalnya.”
“Shinca?” Jawab Ibu Kyuhyun.
“Nde, aku baru mengenalnya. Sekarang aku ingat, dia adalah teman kecilku.” Jawab Namja itu.
Aku mencoba mendekatkan diriku dengan Cho Kyuhyun, teman masa kecilku yang sangat dekat denganku bahkan bisa dibilang dia adalah malaikat yang selalu menjagaku. Ketika umurku 10 tahun, dia akan menemaniku dan bermain bersamaku. Dia sangat baik, hangat dan menyenangkan. Entah kenapa dia berubah sekarang, menjadi dingin, cuek dan pendiam.
“Apa kamu bisa berdansa?” Tanya Kyuhyun mengulurkan tangan kanannya.
“MWO?” Suaraku terdengar sangat terkejut.
“Kamu bisa berdansa?” Ucap Kyuhyun mengulang pertanyaannya.
Aku hanya mengangguk kepada namja itu, aku mulai bingung dengan tingkah Kyuhyun yang mengajakku berdansa. Aku hanya menatap wajahnya yang begitu dekat denganku dan dekapan tubuhnya sangat hangat namun, tetap saja wajahnya masih terlihat dingin sekali.
“Dulu kita pernah berdansa seperti ini, apakah kamu masih mengingatnya?” Ucapnya begitu saja.
Aku menganggukan kepalaku dengan lembut, dia menatapku sambil tersenyum. Sepertinya wajahku memerah dan suhu badanku sangat panas berada didekatnya. Eotteoke? Dia membuatku salah tingkah dan canggung. Aku tidak tahan dengan keadaan ini, badanku sangat panas, keringatpun mengalir begitu saja.
“Apa kamu merasa panas?” Tanya Kyuhyun memandangku.
“Ah… nde.” Jawabku.
Kyuhyun mengajakku keluar dari ruangan dan duduk didekat kolam, dia melihatku berkeringat, mungkin saja didalam benaknya, aku merasa panas karena suhu udara didalam ruangan itu. Kyuhyun mengerti apa yang sedang terjadi dengan tubuhku yang mulai kepanasan, udara malam ini cukup dingin dan angin berhembus perlahan menyapa setiap helaian rambutku yang disapunya. Aku berjalan mengikuti langkah kakinya, tempat indah yang ada disamping kolam renang dengan lilin- lilin yang menyala disekitarnya dan langit tampak cerah. Aku menjatuhkan diriku ke sebuah kursi yang ada disana, Kyuhyun mengikutiku dan duduk tepat berada disampingku.
“Apa kamu sudah merasa enakan?” Tanyanya datar.
“Nde.” Ucapku canggung.
Suasana hening dan canggung menghiasi pertemuan kedua kami, tiba- tiba saja Kyuhyun memulai pembiacaraan. “Aku tidak pernah menyangka kita akan bertemu seperti ini, saat disekolah aku tidak mengenalimu dengan baik dan tidak terbesit sedikitpun aku mengingat wajahmu didalam pikiranku.” Ucapnya sembari memandangi langit yang penuh dengan bintang.
Aku mengangguk lembut. “Apakah kamu masih menyukaiku seperti dulu?”
Kyuhyun terlihat terkejut dengan pertanyaan yang aku lontarkan, seperti pertanyaan yang menjebak, dia tidak bisa menjawab dan masih memikirkannya didalam hati. Tidak ada jawaban keluar dari mulutnya. Aku menepuk pundakku dan menatapku.
“Kenapa kamu tidak menjawabku?” Tanyaku kembali.
“Apa aku pernah menyukaimu? Hahaha.” Jawabnya sedikit dingin.
“Aiss.. kamu pernah mengirim sebuah email kepadaku dan kamu mengatakan bahwa kamu sangat menyukaiku dan akan menungguku. Apa kamu tetap tidak mengingatnya?”
“Annio.” Ucapnya dingin.
“Mwo? Kenapa kamu tidak mengingatnya? Apakah kamu memang sengaja melupakan itu?” Ucapku sedikit marah.
“HAHAHA. Aku memang tidak ingat. Apa kamu tidak berpikir bahwa itu sudah sangat lama?” Jawabnya tidak terlihat ragu.
“Sungguh menyebalkan.” Desisku kesal.
AUTHOR POV
Seorang namja yang sibuk mencari yeoja yang ditinggalkannya, dia merasa bingung karena yeoja itu tidak ada didalam ruangan. Langkah kakinya terus mencari yeoja itu sambil memastikan tidak melewatkan sedikitpun pandangannya dari tamu- tamu yang ada didalam ruangan. Balkon menjadi tujuannya, tidak disengaja, matanya langsung tertuju kepada yeoja itu yang tersenyum senang dan sedang asik berbicara dengan orang yang ada didekatnya. Namja itu menatap dengan rasa keheranan, kenapa dia berbicara dengan orang itu? apa mereka saling mengenal satu sama lain? Apa mereka baru saja saling mengenal? Namja itu terus bertanya- tanya dan memutuskan untuk menghampiri yeoja itu dan memastikannya sendiri.
“Sepertinya anak kita sudah sangat akrab?” Seru Nyonya Kim.
“Iya sayapun berpendapat sama dengan anda, sepertinya mereka sudah saling mengetahui satu sama lain. Karena mereka tidak pernah bertemu ketika kami pindah ke Paris.” Ujar Nyonya Cho.
“Iya anak kita sudah dewasa sekarang, saat anda pergi ke Paris usia mereka 10 tahun. Dulu kita masih melihat mereka bermain sepeda dan berenang bersama.” Tuan Lee menambahkan.
“Betul, sudah lama sekali masa- masa itu berlalu.” Kata Tuan Kim sambil menikmati secangkir kopi hangat.
“Bagaimana kalau kita menjodohkan mereka berdua?” Tanya Nyonya Cho terlihat senang.
“Benar, mereka sudah lama mengenal dan tentunya tidak akan terlalu sulit untuk menjalin hubungan yang lebih serius.” Nyonya Kim menambahkan.
“Namun, lebih baik kita melihat perkembangan mereka terlebih dahulu dan kita beri waktu untuk  mereka saling mengenal. Cukup lama mereka tidak bersama- sama, selain itu kita tunggu sampai mereka lulus dari universitas. ” Ucap Tuan Kim.
Namja itu menghentikan langkahnya dan sangat terkejut, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan itu, sungguh kabar yang menakjubkan dan membuat dirinya tidak dapat berkata apapun. Hatinya tersentak dan matanya melebar sempurna, PERJODOHAN? Apa yang terjadi dengan dirinya sekarang? Kenapa dia merasa kecewa dengan rencana kedua keluarga itu?. Perjodohan antara orang kaya menjadi sebuah tradisi untuk kepentingan bisnis mereka tanpa mempedulikan perasaan yang dimiliki oleh anak- anaknya. Mereka berpikir bahwa pernikahan itu akan mempererat hubungan kedua perusahaan.
Suasana malam sangat indah meskipun hati Hyunsoo sedikit kacau karena kejadian tadi siang namun,semua berubah ketika dirinya bertemu dengan namja itu. “Hah… waktu yang sangat lama kita tidak bertemu, aku mengira kamu sudah melupakanku. Sekarang kamu banyak berubah dan terlihat lebih cool dan handsome.” Ucap yeoja itu dengan nada suara yang lembut.
“Tentu, aku memang handsome and cool. Aku memang melupakanmu disana, aku bahkan tidak mengingat wajahmu lagi.” Ucap tajam keluar dari mulut namja itu.
“MWO? Benarkah? Apa kamu sejahat itu sekarang?” Erang yeoja itu.
“Benar, aku berkata jujur kepadamu.”
‘Dia membuatku kesal dan aku tidak bisa bersabar lagi kepadanya.’ Batin yeoja itu.
Tidak ada pembicaraan diantara mereka, yeoja itu memutuskan untuk berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada namja itu.
“Cheoneun…. Mianata Hyunso- ssi karena aku meninggalkanmu. Aku sangat merindukanmu, aku ingin tertawa bersamamu lagi. Aku sangat mencemaskan keadaanmu dan aku selalu menunggu teleponmu tapi kamu tidak pernah meneleponku.” Ucap namja itu begitu saja.
“A- apa? A- apa yang kamu katakan?” Tanya yeoja itu tak percaya.
“Aku berkata serius. Apa kamu tidak mendengarkanku?” Namja itu menoleh sinis.
“Mian. A- a- aku pernah menghubungimu tapi… aku tidak bisa berbicara denganmu dan aku putuskan untuk menutup teleponku.” Jawab Hyunsoo sambil tersenyum polos.
“Semenjak kamu menghilang dari kehidupanku, aku mulai melupakanmu disana.” Ucap namja itu terdengar lirih.
“Mianhae Kyuhyun- ssi, aku seharusnya tidak melakukan hal semacam itu kepadamu. Aku benar- benar minta maaf.” Kata yeoja itu menatap namja itu dengan segan.
“Tapi apa kita tetap friend?” Lanjut Hyunsoo sambil tersenyum kearah laki- laki yang duduk disampingnya.
“Tentu saja.” Jawab Kyuhyun.
Tiba saja namja yang memperhatikan mereka datang dan menghampiri mereka yang sedang asik berbincang- bincang, namja itu ingin sekali melihat orang yang sedang berbicara dengan yeoja itu. Seketika namja itu terkejut melihat seorang laki- laki yang tidak asing lagi dimatanya. Dia tidak berubah sedikitpun dan tetap menarik.
“Kyuhyun- ssi?” Ucap namja itu ragu.
Lanjut namja itu. “Kamu masih meningatku?”
Kyuhyun menoleh dan memandanginya, terlihat kerutan didahinya, dia mengingat namja yang ada dihadapannya. Memori pikirannya berputar secara otomatis dan memilih memori dimana namja itu berada.
“Ah…  ne aku ingat, Choi Siwon-ssi.” Jawab Kyuhyun.
“Ternyata kamu mengingatku”
“Ah…nde.”
“Apa kamu mengenal Kim Hyunsoo- ssi?”
“Nde. Waeyo?”
“Annio, aku teman Hyunsoo- ssi. Senang bisa bertemu denganmu lagi disini.”
Hyunsoo yang melihat kearaban yang terjadi diantara mereka, tidak ada rasa canggung satu sama lain. Mereka asik berbincang- bincang dan melupakan Hyunsoo, Hyunsoo merasa kesal kepada Siwon yang menganggu obrolannya dengan Kyuhyun karena ada hal yang ingin dia tanyakan kepada Kyuhyun. Gadis itu hanya mendengarkan cerita masa lalu yang pernah terjadi diantara mereka, cerita yang tidak akan ada habisnya. Siwon tersenyum melihat wajah Hyunsoo yang kesal dan merasa bosan dengan suasanya sendiri.
‘Aku tidak akan membuatmu menderita karena perjodohan itu, aku akan membuktikan kepadamu bahwa aku mencintaimu Hyunsoo- ah. Semuanya akan baik- baik saja, aku akan menolongmu.’ Kata hati Siwon.
Nan neol gidarilgeoya…
Saranghaeo… saranghaeo…
SSSSSSS
Matahari sudah muncul kembali dengan sinarnya yang hangat, angin menggoyangkan rumput- rumput yang hijau. Hari ini sepertinya cuaca akan panas, musim kemarau akan datang membawa sebuah kabar gembira dan kehangatan yang sangat mendalam. Burung- burung bernyanyi merdu dengan suara khasnya, embun- embun membasahi dedaunan yang tumbuh dimana- mana dan terlihat indah sekali, bulir- bulir embun itu terus disoroti oleh sinar matahari pagi, seperti berlian yang memancarkan cahayanya.
Seorang yeoja berjalan mengikuti naluri hatinya untuk sampai pada tujuannya, pakaiannya sangat rapi dan rambutnya dihiasi dengan pita putih agar terlihat lebih indah. Rambutnya berwarna coklat ikal dan bersinar indah dibawah terik matahari. Badannya terlihat seperti seorang model yang sempurna dengan sepatu hitam bertali putih dan kaos kaki putih hampir mengenai lututnya, kakinya terus berjalan dengan tas berwarna violet yang ada dibahu kanannya. Tapi sayang wajahnya terlihat muram dan sedih, yeoja itu masuk kedalam kelas dan duduk dibangku barisan ketiga dekat dengan jendela yang memperlihatkan taman sekolah dan lapangan basket. Tidak berlangsung lama dia duduk, seorang sahabatnya datang memakai sweater merah dan tas hitam yang diselempangnya.Dia menghampiri yeoja yang duduk dengan wajah kesal dan memegang ponsel merahnya. Tanpa sapa kepadanya, yeoja itu langsung memeluk sahabatnya dengan erat.
“Waeyo?”
“Minra- ah, aku sangat kesal hari ini.” Jawab yeoja itu memeluk erat sahabatnya.
“Sangmi- ah, apa yang terjadi?” Tanya Minra sambil mengelus- elus punggung Sangmi.
Gadis itu melepaskan pelukannya dan memulai bercerita, “Kemarin aku pergi bersama Heechul, aku tidak bisa berjalan bebas dengannya karena fans Heechul datang dan mengerumuninya, bahkan mereka terlalu agresif. Aku tidak menyukai cara mereka memperlakukan Heechul dan tidak menghargaiku, sampai- sampai aku ikut terdorong dan berdesak- desakan. Lihat memar- memarkan? (Sangmi menunjukan memar yang ada ditangannya)aku kesal, padahal kemarin satu tahunnya hubungan kita tetapi hancur gara- gara fans Heechul dan lebih parah lagi, saat kita sedang makan, tiba- tiba ponselnya berdering dan ternyata itu dari manajernya tapi aku pikir tidak akan ada masalah. Tapi aku salah, Heechul memutuskan untuk segera pergi menemui manajernya untuk mengikuti casting film dan dia pergi begitu saja meninggalkanku.” Ucap Sangmi geram dan ingin mengutuk Heechul.
 “Menurutku, memang wajar kamu merasa kesal dan marah karena itu manusiawi, tapi kamu harus mengerti posisi dia sekarang. Heechul bukan lagi siswa biasa, sekarang dia adalah artis yang sangat terkenal. Dalam berhubungan ini, fungsi saling memahami, mengerti dan menerima apa adanya itu sangat berlaku. Kalau kamu marah karena acara satu tahunan kamu hancur itu wajar, tetapi satu sisi dia sekarang sudah jadi Kim Heechul yang berbeda dan kamu harus memahami itu. Awalnya akan sulit tetapi jika kamu bisa menerima dia apa adanya itu semua bisa kamu atasi, nanti juga kamu bakalan terbiasa. Kalau kemarin kamu gagal, bisa kamu ganti dengan hari yang lain. Ya…meskipun itu tidak special lagi, tapi itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.” Penjelesan Minra sambil menepuk pundak Sangmi.
“Ah… ne, apa yang kamu katakan benar. Apa aku terlihat egois? Aku takut heechul marah  kepadaku?” Ucap Sangmi khawatir.
“Aku akan mengerti jika kamu menjelaskannya kepada Heechul, dia akan memahami dan memaafkanmu.”
“Arraso, tindakanku  kemarin sangat. Dia juga pasti merasa tidak nyaman dengan kejadian itu, tapi dia tidak bisa bilang apa- apa kepadaku.” Ucap Sangmi sedikit tenang.
“Benar, lebih baik sekarang kamu berpikir positif dulu. Akan lebih mudah kamu lewati, jika kamu sudah tenang dan emosi kamu sudah hilang.” Lanjut Minra.
“Gomawo Minra- ah, saranghae. Aku akan mencoba hal itu sekarang, aku akan meminta maaf kepadanya karena kejadian kemarin saat aku marah- marah dan menyuruhnya untuk memilih aku atau pekerjaannya.” Ucap Sangmi penuh semangat.
“Mungkin kamu harus lebih cepat berbicara kepadanya dari pada kamu menundanya karena itu akan lebih baik untuk hubunganmu dengannya.” Usul Minra sambil menepuk pundak Sangmi kembali.
“Tunggu, Minra, kenapa wajah kamu pucat? Apa kamu sakit?” Tanya Sangmi sambil memegang kedua pipi Minra.
“Annio, geunchana . Mungkin karena aku kurang istirahat dan bekerja keras seminggu ini.” Ucap Minra sambil menggigit bawah bibirnya.
“Jeongmal?” Tanya Sangmi sedikit ragu.
“Ah… ne. Jangan Khawatir.” Jawab Minra.
“Apa kamu kuat untuk belajar hari ini?” Raut wajah Sangmi memperlihatkan kecemasan terhadap Minra.
“Ne…aku kuat.” Minra tersenyum optimis.
“Fighting MINRA!” Teriak Sangmi.
“ Tunggu sebentar, kenapa bahasa kamu jadi pake aku, kamu bukan gue, lu lagi?” Tanya Minra kebingungan.
“Orangtuaku memaksa aku merubah cara bicaraku. Aku pikir bahasa yang aku pakai itu tidak masalah tapi itu membuat mereka merasa risih dengan bahasa yang aku gunakan.” Penjelasan Sangmi.
Orang- orang yang berdiri di depan kelas, baik itu yang sedang berkumpul atau sedang menghirup udara segar terkejut dan memalingkan pandangan mereka langsung tertuju kearah namja dan yeoja yang sedang berjalan, namun mereka tidak mempedulikan orang- orang yang melihatnya dan terus berjalan. Sorotan mata yang melihat mereka memiliki arti yang beragam, ada yang menatap iri, kesal, senang dan sebal tergantung orang mendefinisikan apa yang terjadi antara mereka berdua. Yeoja itu memang sangat terkenal disekolah karena kepintarannya dan selalu menduduki juara umum selama 2 tahun dan belum ada yang bisa mengalahkannya. Latar belakang keluarganya yang sukses dan baik,  membuat dia selalu dipandang orang yang memiliki karisma tersendiri. Banyak sekali kaum adam yang menyukainya dan mengejar- ngejarnya tapi sebaliknya dengan kaum hawa mereka lebih membencinya dan iri dengan kesempurnaan yang dimiliki wanita itu. Sedangkan namja itu memancarkan auranya yang sangat positif dan membuat kaum hawa menyukainya bahkan tergila- gila. Mereka berdua masuk kedalam kelas dan duduk tepat didepan bangku Minra dan Sangmi, mereka terlihat akrab sekali dan itu semua  berbeda dengan hari kemarin yang lebih memancarkan rasa tidak saling mengenal. Semua murid yang ada didalam kelas terlihat bingung, apa yang terjadi diantara mereka berdua? Gadis itu hanya tersenyum saat melihat tatapan teman- teman satu kelasnya yang sibuk memperhatikannya, begitupun dengan kedua sahabatnya yang saling bertatapan dengan wajah bingung dan kerutan dahi yang terlukis diwajah mereka. Namja itu menghampiri kedua sahabatnya yang menunggu penjelasan darinya.
“Sangmi- ah, Minra- ah.” Ucap Hyunsoo menyapa dengan tersenyum bahagia.
“Mwoya?” Bisik Minra sambil menaikan satu alisnya keatas.
“Nanti aku ceritakan, sekarang jangan dulu kamu tanyakan kepadaku.” Ucap Hyunsoo langsung memeluk pundak Minra.
Wajah laki- laki itu memang dingin sekali dan tidak pernah  tersenyum kepada orang lain namun, kali ini berbeda, dia tersenyum dan hangat kepada yeoja itu. Mereka berdua terus bersama- sama, sampai- sampai banyak orang yang mengatakan mereka memiliki hubungan khusus. Minra dan  Sangmi masih bingung apa yang sedang terjadi dengan Hyunsoo dan beberapa pertanyaan menumpuk begitu saja didalam pikiran mereka. Kemarin, mereka tidak saling mengenal tetapi sekarang begitu akrab sekali. Bel masukpun berbunyi begitu keras, semua murid masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran pertama hari ini.
Teks pesan singkat dikirim Hyunso kepada kedua sahabatnya.
To: Minra
Pasti kalian sangat bingung dengan apa yang terjadi antara aku dengannya, kalian tau tidak? Aku akan menceritakannya nanti. Aku begitu bahagia sekarang…
Sangmi dan Minra saling menatap.
“Bukankah orangtua Kyuhyun itu sangat kejam?” Minra berbisik ke telinga Sangmi yang ada disampinya dengan melihat layar ponselnya.
“Aku rasa mereka tidak akan menghadapi orangtua Kyuhyun. Mereka saling mengetahui asal usul satu sama lain dan orangtua mereka sudah mengenal sejak dulu.” Bisik Sangmi.
“Jeongmal? Ah… arraso.” Minra mengangguk dengan lembut.
Guru di depan kelas sedang menjelaskan mata pelajaran hari ini yaitu pelajaran Sastra Bahasa, suasana hening dan membosankan. Terik matahari di luar seenaknya saja masuk ke dalam kelas dan memancarkan cahayanya langsung menuju kearah meja yeoja itu. Semakin lama, sinar matahari itu membuat kepala yeoja itu panas dan mengganggu konsentrasinya, dia memangdang keluar jendela kelasnya dan melihat orang- orang yang sedang berlari dengan pakaian seragam olahraga. Sambil melamunkan kejadian pulang sekolah kemarin, yeoja itu yakin bahwa ada seseorang yang menolongnya dan membawanya ke rumah sakit tapi dokter berkata dia dibawa oleh seorang pekerja rumah sakit yang kebetulan lewat di sekolahnya.
‘Sebenarnya apa benar ada orang yang menolongku dan membawa aku ke rumah sakit? tapi aku yakin ada seseorang yang aku lihat sebelum aku pingsan kemarin. Meski samar- samar, tapi aku yakin itu bukan bayanganku saja.  Ah… entahlah membuat aku gila memikirkan itu, sejak kemarin aku tidak bisa tidur karena orang itu, harusku lupakan saja.’ Kata hati Minra.
Minra POV
Lamunanku pecah begitu saja, ketika seseorang menepuk pundakku begitu keras, dan menatapku dengan kedua bola mata yang akan keluar. Minra langsung membalikan kepalanya dan langsung bertanya “Mwo?” Tanya Minra dengan wajah kaget.
“Ibu Han menyuruhmu membacakan cerita di depan kelas, apa kamu tidak mendengarkannya?” Jawab Sangmi panik.
Aku mulai kebingungan dan merasa gugup, buku yang ada dihadapanku langsungku buka secara acak untuk menemukan halaman yang sedang dibahas oleh Ibu Han. Semua murid yang ada di dalam kelas menatap kearahku. Aku masih sibuk mencari halaman, Sangmi menatapku sambil tersenyum puas melihatku yang bertindak ceroboh. Namun, akhirnya Sangmi memutuskan untuk membantuku dan memberikan bukunya kepadaku sebelum Ibu Han mulai mengeluarkan mantra- mantranya kepadaku. “Gomawo.” Aku berdiri dari bangkuku dan berjalan maju ke depan kelas, aku berdiri dan menghadapkan tubuhku kepada teman- teman yang sudah menunggu.
“Ok, sekarang peran seorang namja (sambil melihat- lihat namja yang sedang duduk) baiklah, kamu silahkan maju kedepan.”Ibu Han menunjuk tepat kearah seorang namja yang duduk dengan santai.
“Me?” Ucap Namja itu mengerutkan dahinya dan telunjuk tangannya mengarah kepada dirinya sendiri.
“Nde, silahkan maju ke depan dan baca teks dialog itu.” Jawab Ibu Han dengan wajah tenang.
Wajahnya tidak berekspresi sedikitpun, hanya menatap datar dan dingin, namja itupun berdiri sambil memegang buku berwarna hijau ditangannya dan perlahan maju  ke depan kelas. Dia berdiri disampingku, mata sinisku langsung menusuknya dan membuang pandanganku dengan cepat dari namja itu.
‘Ah… orang ini, eotteoke?’ Gerutuku.
Aku dan najma itu mulai membacakan teks dialog itu, bergiliran satu sama lain sesuai dengan teks dialog yang ada. Kami berbicara sesuai dengan teks itu, namun, aku merasa ada yang aneh dengan dialog yang kami bawakan,  tidak  ada ekspresi, hanya wajah yang datar meskipun cerita yang ada disana sangat menarik dan menggambarkan suatu hubungan yang romantis tapi pembawaan kami mengahancurkan cerita ini menjadi tidak menarik. Aku menatap namja itu yang masih membaca dengan suara datarnya. ‘Apa yang dia baca? Mengenaskan sekali.’ Aku ingin tertawa melihatnya karena dialog yang berisikan permohonan menjadi dialog ancaman. Aku menahan tawaku dan fokus pada bagianku, aku mencoba mendalami karakter didalam dialog ini.
“Mwoya? Tidak ada keseriusan dalam membaca, apa kalian mengerti teks yang ada di buku ini dan cerita apa yang ada didalamnya?” Tanya Ibu Han bernada marah.
“Nde.” Jawabku sambil menundukan wajah.
“Kamu mengerti arti teks ini?” Tanya Ibu Han kepada namja itu.
“Nde.” Jawabnya dengan dingin.
“Baiklah, karena waktu kita sudah habis. Minggu depan saya akan melihat kalian ada di sini lagi dengan konsep yang lebih baik, kalian menambahkan beberapa orang untuk melengkapi dialog ini menjadi sebuah kelompok dan murid yang lainnya bentuk kelompok menjadi 5 kelompok, setiap orang harus memerankan satu tokoh di dialog ini. Orang yang memerankan tokohnya dengan baik, ibu akan memilihnya untuk tampil di teater drama dengan tema yang sama namun cerita akan lebih diperluas. Setiap kelas, ibu akan memilih 3 orang untuk ikut berpartisipasi dalam pementasan drama yang disaksikan oleh orang- orang, baik itu orangtua, guru- guru atau masyarakat umum. Silahkan kalian berdua duduk kembali dan ingat tugas yang ibu berikan, Arraso?” Ibu Han sangat bersemangat.
“Ne.” Seru murid- murid.
AUTHOR POV
Bel pergantian jampun berbunyi untuk mengganti pelajaran pertama ke pelajaran berikutnya. Suasana kembali ramai, setiap murid berdiskusi dan mencari kelompok untuk tugas yang diberikan Ibu Han. Mereka saling mencari kecocokan satu sama lain namun, yeoja itu hanya diam dan tidak peduli dengan drama itu,  berbeda dengan kedua sahabatnya yang sibuk kesana kemari mencari orang untuk melengkapi kelompoknya.Yeoja itu menatap seorang namja dan tersenyum kecut melihat telinga namja itu yang disumbat dengan headsheet sambil menyalakan musik dengan volume keras untuk menghindari pembicaraan tugas Ibu Han. Pelajaran kedua adalah olahraga, semua murid sibuk mengganti pakaian mereka. Ketiga gadis itu pergi ke toilet untuk mengganti pakaian mereka sebelum Pak Park meniup peluitnya dan mengusir mereka.
“Minra- ah, aku iri kepadamu.” Wajah Hyunsoo muram.
“Kenapa harus iri kepadaku?” Tanya Minra bingung.
“Aku ingin memerankan tokoh yeoja itu, cerita yang sangat kusukai.” Jawabnya bersemangat.
“ Kalau kamu mau, aku  benar- benar senang. Aku tidak ingin melakukan drama itu dihadapan kelas bersama namja itu.” Jawab Minra dengan nada yang kesal.
“Apa kamu membencinya?” Tanya Hyunsoo penasaran.
“Hyunsoo- ah, Minra itu trauma sama namja itu karena kejadian kemarin. Benarkan?” Sindir Sangmi sambil tersenyum dan menyikut tangan Minra yang berdiri di sampingnya.
Hyunsoo semakin tidak mengerti. “Apa yang terjadi kemarin?”
“Kemarin, Kyuhyun bikin Minra malu. Hahahaha. Sebenarnya itu memang kesalahan Minra sendiri yang bersikap konyol karena sifat pelupa yang dimilikinya.” Jelas Sangmi bahagia.
“Apa yang dilakukan Minra?” Ucap Hyunsoo semakin penasaran.
“Dia melupakan satu pasang sepatunya dan Kyuhyun memberitahunya sambil menahan tawa. Dengan dinginnya Kyuhyun menunjuk kaki Minra yang tidak memakai satu sepatu itu, padahal Minra berusaha bersikap dingin dan tenang dihadapannya. Benar kan?”Sangmi menatap Minra yang sibuk dengan pakaiannya.
“Sudahlah tidak perlu dibahas, aku memang kesal dan memang dia aja kurang kerjaan.” Jawab Minra.
“Ah…Arraso (Hyunsoo tertawa sambil membayangkan wajah Minra saat itu) ternyata seperti itu, tapi sebenarnya dia baik kok. Kalau kamu kenal sama dia, dia seorang namja yang lembut, penyayang, baik, dan romantis.” Sambil memegang pipinya.
Kedua sahabatnya mendekati Hyunsoo yang asik dengan lamunannya tentang Kyuhyun.
“Sebenarnya ada apa antara kamu dengan Kyuhyun?” Tanya Sangmi dan susulan tatapan tajam dari kedua sahabatnya.
“(Hyunsoo terkejut dan menundukan wajahnya) Annio. Aku…aku temannya saja, chingu… ya hanya chingu.  Seperti Sangmi dan Kyuhyun saat di Paris.” Hyunsoo mengalihkan pembicaraan.
“Annio, aku tidak memujinya karena dia itu memang menyebalkan dan apa yang kamu bilang tentang dia itu adalah bohong.” Jelas Sangmi dan raut wajahnya semakin penasaran.
Terdengar ketukan pintu yang sangat keras dari luar dan mengagetkan mereka.
Dug..dug…dug
“HEH…kalian lagi pada ngapain? Ngantri nih!” Teriakan seorang yeoja dari luar.
“Ne, kami keluar.” Jawab Minra.
Pintu toiletpun terbuka dan satu persatu keluar dari dalam toilet. Yeoja itu menatap kecut dan sinis kepada mereka bertiga, namun mereka tidak mempedulikan yeoja itu yang berdiri di depan pintu toilet bersama temannya. Mereka keluar dari toilet dan menyimpan pakaian mereka ke loker pribadi yang ada diluar kelas. Setelah menyimpan pakaian, ponsel ke dalam loker masing- masing, mereka langsung berlari ke lapangan untuk olahraga, semua murid sudah berkumpul untuk memulai pelajaran. Pak Park membagi murid- murid kedalam dua kelompok yaitu namja dan yeoja, nilai ujian praktek belum didapatkan oleh kelas mereka karena selalu terganggu dengan hari libur yang tepat pada saat pelajaran olahraga.
“Baiklah, setelah kalian membagi kelompok menjadi dua, kalian bersiap- siap untuk memulai pertandingan. Bapak akan menilai kekompakan kalian dan orang yang memasukan bola akan mendapatkan nilai plus dari bapak.” Terik Pak Park.
Namja terbagi menjadi dua dan berbaris sesuai kelompok masing- masing, begitu juga dengan yeoja. Penentuan kapten tim sesuai dengan keahliannya dan mengerti tentang permainan basket, kapten tim akan bertanggung jawab dengan timnya untuk berhasil dan menang. Keahilan olahraga yang buruk dan selalu membuat tim kacau karenanya, dia adalah HAN MINRA, Minra selalu disimpan di bangku cadangan seperti biasanya tapi Minra tidak pernah mengeluh dengan hal itu.
“Jika kalian sudah siap, kita akan mulai dari regu yeoja terlebih dahulu. Silahkan kalian masuk  ke lapangan, siapa kapten tim ini?” Pak Park menunjuk kearah tim satu.
“Saya.” Ucap Kim Sang Seok sambil mengangkat tangannya.
“Dan kelompok ini?” Tanya Pak Park kepada kelompok dua.
“Saya.” Jawab Park Haena.
“Ok sekarang kita mulai pertandingannya, setelah bunyi peluit, kalian mulai bermain dengan benar karena disini penentuan nilai kalian.”
Peluitpun berbunyi….
Tandanya permainanpun dimulai, Minra hanya melihat pertandingan di pinggir lapangan. Meskipun sebagai cadangan tapi menyenangkan bisa melihat kedua sahabatnya berebut bola tanpa aturan didalam lapangan. Kim Sang Seok adalah ketua dari kelompok Hyunsoo dan Park Haena adalah ketua dari kelompok Sangmi. Pertandingan dimulai, semua pemain terlihat bermain dengan sungguh- sungguh dan bersemangat. Minra terus berteriak “Fighting Hyunsoo- ah, fighting Sangmi- ah.”. Tanpa disadarinya seseorang datang menghampirinya dan duduk disebelahnya. Minra menatap orang itu, dia melebarkan bibirnya  dengan seulas senyuman ramah kearah orang itu. Orang yang sangat disukai oleh para yeoja karena keramahan dan sifatnya yang friendly. Dia sangat menyenangkan dan selalu menghidupkan suasana yang tidak nyaman menjadi bahagia, dia adalah orang yang tidak pernah sedih namun selalu menangis jika dia merasa bahagia.
“Annyeong, Minra- ssi.” Sapanya.
To be countinue……..