Senin, 19 Desember 2011

THE LAST Part 3 (There are only a shadow)

THE LAST  Part 3 (There are only a shadow)
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, romance
Tipe : countinue
Rating : G
Cast  : Han Min Ra (oc), Cho Kyuhyun, Choi Siwon.
Support cast: Choi Hyun Soo (oc), Park Sang Mi (oc), Kim Sang Seok (oc), Park Haena (oc).
Cover credit :the original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.
Warning : this story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you^^
Yeoja itu menemukannya kembali dan dia terkejut dengan keadaannya sekarang, dia tidak pernah menyangka dapat bertemu dengan namja itu. Namun, yeoja itu mulai berpikir kenapa namja itu berada disini? Mata yeoja itu terus memandanginya dan menyipitkan sesekali untuk melihat lawan bicaranya. Tanpa disadarinya, namja itu memandanginya dengan tatapan dingin. Tidak ada gertakan dari yeoja itu dan mulai memalingkan pandangannya dari namja itu, tatapannya langsung tertuju kepada seorang namja yang tersenyum mendekatinya.
“Annyeonghaseo.” Sapanya.
Yeoja itu menengadahkan wajahnya untuk melihat seorang namja yang ada dihadapannya. Raut wajahnya berubah sumeringah dan senang, yeoja itu membalas senyuman ramah namja itu.
“Aku sudah menunggumu dari tadi, kenapa kamu baru muncul?” Tanya yeoja itu dengan ketus.
“Mianata, aku terlambat. Aku harus menyelesaikan beberapa tugasku.” Jelasnya dengan mimik wajah yang bersalah.
“Siwon-ssi, apakah kamu mengenal seseorang yang berdiri disana?” Tanya yeoja itu penasaran.
Siwon melihat kearah tangan yeoja yang menunjuk seorang tamu tidak jauh dari hadapannya. “Ah..ne, aku mengenalnya.” Ucapnya sementara. “Waeyo?”
“Ah… annio.” Jawab yeoja itu malu- malu.
“Dia satu sekolah denganku dan kami pernah satu club tenis. Apakah kamu mengenalinya?”  Tanya Siwon menunggu.
“Aku tidak terlalu ingat, tapi wajah itu tidak asing lagi dimataku.” Jelasnya mengerutkan dahinya.
Hyunsoo POV
Acara berjalan membosankan, acara dansa dan lagu- lagu klasik atau jaz lebih dominan dipertemuan keluarga ini. Meski banyak tamu yang datang, namun tidak banyak yang aku ketahui. Siwon- ssi yang sedang asik menemaniku harus beranjak pergi untuk menemui teman- temannya yang baru saja datang, aku merasa sangat bosan karena acara pertemuan ini tidak sesuai dengan seleraku. Ditambah lagi Sangmi- ssi tidak datang, aku hanya melihat kedua orangtuanya yang asik berbincang- bincang. Aku hanya bisa menghela nafas dan bersabar dengan acara ini, sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa, lengkap sudah penderitaanku sekarang, benar- benar membosankan. Terbesit untuk kembali pulang namun, kedua orang tuaku akan melarang dan menahanku untuk tetap tinggal disini. Aku memutuskan untuk sedikit lebih bersabar disini hingga acara ini selesai. Namja yang menjadi pusat perhatianku itu menghilang, dia tidak ada dalam pandanganku. Kemana dia? Apa dia pulang? Aku harus mencarinya karena aku harus menanyakan sesuatu kepadanya. Seseorang menepuk pundakku dengan lembut, ternyata laki- laki itu! Dia menatapku, aku memandangnya tanpa henti. Benar memang dia. Aku yakin itu, kenapa aku baru menyadarinya sekarang?
“Gelasmu!” Ucapnya.
‘Gelasku? Maksudnya? Aku tidak mengerti.’ Batinku.
Namja itu mengambil gelas yang ada ditanganku, ternyata wine itu sudah tumpah ke gaunku. Benar- benar ceroboh dan memalukan sekali, kesan yang buruk.
“Gamsahamnida.” Ucapku tersenyum malu.
Namja itu mengambil serbet putih yang tersedia diatas meja, dia mencoba membantuku dan semua orang yang ada disana memandangku karena kecerobohan yang sudah kulakukan. Sesange! Dorai! Aku tidak memperhatikan gelas yang ku pegang.
“Seharusnya kamu lebih hati- hati, sehingga gaunmu tidak kotor seperti ini.” Ucapnya sambil membersihkan gaunku.
“Gamsahamnida, aku sudah merepotkanmu.” Kataku sementara.
Lanjutku kembali. “Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?”
Namja itu mengehentikan tangannya dan menatapku yang ada dihadapannya. Tatapannya sangat tajam dan dia terlihat mengingat- ngingat wajahku.
“Aku tidak mengerti.” Ucapnya singkat.
“Shinca? Apakah kita pernah bertemu?”
“Mwo?” Namja itu heran dan hanya menatapku.
“Apa aku salah? Namaku Kim Hyunsoo.”
 “Kim Hyunsoo?” Ucapnya sementara.
Tiba- tiba saja terdengar suara seseorang memanggil namaku dengan nama seorang namja yang ada dihadapanku. Aku memalingkan pandanganku darinya dan melihat siapa yang sedang menatapku dan memanggilku. Ah… ternyata Appa, tapi kenapa dia mengenali namja itu? Aku beranjak dari kursi itu dan menghampiri Appa yang sudah menungguku, aku menyadari langkah kaki namja itu yang ada dibelakangku. Aku semakin penasaran kenapa appa mengenalinya? Semakin gila rasa penasaran itu.
“Duduklah bersama disini.”
“Nde.” Jawabku sembari membungkukan sedikit badanku diikuti dengan namja itu.
Aku tidak menyadari bahwa aku berada diantara rekan bisnis keluargaku, dan aku hanya bisa menundukan wajahku karena rasa malu dan cangggung yang menerkam diriku. Namja itu tetap tenang dan fokus, aku menoleh kearahnya dan melihat wajah namja itu. dia tidak apa- apa, kenapa begitu flat, dingin dan tenang. Kenapa bisa bersikap seperti itu? mungkin saja dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, tidak sepertiku.
“Ini anakku. Perkenalkan dirimu.” Ucap ayahku memandang wajahku.
Aku menganggukan kepalaku lembut dan berdiri dihadapan rekan- rekannya.
“Annyeong haseo, nama saya Kim Hyunsoo.” Ucapku sedikit membungkukan badanku.
Mereka tersenyum menatapku, tidak ada wajah sinis ataupun tatapan tidak suka. Tapi aku tiba- tiba mengingat sesuatu. Apa benar aku pernah bertemu dengan wajah itu sebelumnya? Aku kembali duduk dan menikmati hidangan yang ada dimeja. Lalu kenapa namja itu tidak meperkenalkan dirinya?
“Ternyata dia sudah besar sekarang tuan Kim, sangat cantik dan menawan.”
‘Apa yang dia katakan tentangku? Apa dia mengenalku?’
“Ah… nde, dia putriku yang sangat cantik.”
Aku hanya tersenyum dan menundukan wajahku.
“Gamsahamnida.” Ucapku lembut dengan seulas senyuman diwajahku.
“Ini adalah anakku, Cho Kyuhyun. Dia putraku, beberapa hari ini dia baru saja tiba di Seoul.”
‘CHO KYUHYUN?’
Namja itu menganggukan kepalanya lembut diikuti dengan badannya yang sedikit membungkuk. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah bertemu dengannya, dan sekarang aku bertemu dengannya lagi. Ternyata dia adalah anak dari rekan kerja ayahku sejak dulu, berarti dia adalah teman masa kecil yang pernah bermain denganku? Apa benar dia? Ah.. annio, aku menyimpulkan itu terburu- buru, tidak ada bukti bahwa dia teman masa kecilku yang sangat aku rindukan.
“Apa kamu masih mengingat Kyuhyun- ssi?” Tanya ayahku menunggu.
Aku langsung menatap ayahku dan memikirkan jawaban apa yang harus aku lontarkan kepadanya. Aku tidak bisa menjawab dengan pasti apakah aku masih mengenalnya atau tidak, aku ragu dengan jawabanku sendiri.
“Sepertinya dia sudah lupa, wajar saja mereka sudah terpisah selama 10 tahun.” Ucap seorang wanita cantik nan elegan berumur 40 tahun yang ada disamping namja itu.
‘MWO? Benar kah dia teman kecilku? Dia? Namja dingin dan tidak memiliki ekspresi wajah yang baik itu?’ Batinku.
“Mianata.” Jawabku sedikit tersenyum malu.
Namja itu tidak membantuku sama sekali, dia lebih asik sendiri dan tidak mempedulikan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahku dan ibunya. Seperti patung yang hanya terdiam saja dan tidak memberikan pendapat atau sepatah katapun.
“Kyuhyun- ssi, apakah kamu mengenali putriku?” Ucap ayahku.
“Annio.” Ucapnya dingin.
‘Mworaguyo? Dia tidak memiliki sopan santun yang baik, bahkah wajahnya tidak bisa sedikit lebih hangat. Benar- benar orang yang berbeda dengan orang yang aku kenal 10 tahun yang lalu.’
“Nde, arraso. Sepertinya kalian harus saling mengenal satu sama lain dan mengulang semuanya dari awal. Dulu kalian sangat akrab dan seperti saudara selalu bersama.”
“Benar, mereka sekarang sudah berbeda dan mulai tumbuh lebih matang.”
‘Apa yang sedang mereka bicarakan? Dia memang tak mengenaliku atau pura- pura tak mengenalku?’
Dengan rasa penasaran yang menyelimuti semua pikiranku, aku memutuskan untuk memulai dan mencari tahu sendiri. Apa dia memang tidak mengenaliku?
“Apakah kamu memang tidak mengingatku ketika kita berumur 10 tahun?” Gumamku dengan nada pelan.
“10 tahun?”Jawabnya heran.
“Ne, apakah kamu mengingatku?”
Namja itu mencoba untuk memutar semua memori didalam pikirannya ketika dia berumur 10 tahun dan mengenalku. Wajahnya masih terlihat bingung namun, dia mencoba mengingat apa yang terjadi 10 tahun yang lalu.
Aku memperlihatkan sebuah gantungan ponsel kepada namja itu. Dia melihatnya dan matanya seketika membesar dan seulas senyuman terpancar dari wajahnya yang dingin itu. Dia menatapku dan memandangku dengan seksama, sepertinya dia sudah mengenaliku dan menyadariku sekarang.
“Ah… nde, aku mengenalmu. Kim Hyunsoo- ssi.” Jawabnya senang.
“Apa kamu benar- benar namja yang memberikan gantungan ponsel ini?” Tanyaku ragu.
“Nde, aku memang memberikan ini kepadamu. Mianata.”
Kedua orang tuaku dan kedua orangtuanya menatap kami, mereka penasaran apa yang terjadi diantara aku dengannya.
“Ada apa?” Tanya Ibuku.
“Ah… eoma, aku sudah mengenalnya.”
“Shinca?” Jawab Ibu Kyuhyun.
“Nde, aku baru mengenalnya. Sekarang aku ingat, dia adalah teman kecilku.” Jawab Namja itu.
Aku mencoba mendekatkan diriku dengan Cho Kyuhyun, teman masa kecilku yang sangat dekat denganku bahkan bisa dibilang dia adalah malaikat yang selalu menjagaku. Ketika umurku 10 tahun, dia akan menemaniku dan bermain bersamaku. Dia sangat baik, hangat dan menyenangkan. Entah kenapa dia berubah sekarang, menjadi dingin, cuek dan pendiam.
“Apa kamu bisa berdansa?” Tanya Kyuhyun mengulurkan tangan kanannya.
“MWO?” Suaraku terdengar sangat terkejut.
“Kamu bisa berdansa?” Ucap Kyuhyun mengulang pertanyaannya.
Aku hanya mengangguk kepada namja itu, aku mulai bingung dengan tingkah Kyuhyun yang mengajakku berdansa. Aku hanya menatap wajahnya yang begitu dekat denganku dan dekapan tubuhnya sangat hangat namun, tetap saja wajahnya masih terlihat dingin sekali.
“Dulu kita pernah berdansa seperti ini, apakah kamu masih mengingatnya?” Ucapnya begitu saja.
Aku menganggukan kepalaku dengan lembut, dia menatapku sambil tersenyum. Sepertinya wajahku memerah dan suhu badanku sangat panas berada didekatnya. Eotteoke? Dia membuatku salah tingkah dan canggung. Aku tidak tahan dengan keadaan ini, badanku sangat panas, keringatpun mengalir begitu saja.
“Apa kamu merasa panas?” Tanya Kyuhyun memandangku.
“Ah… nde.” Jawabku.
Kyuhyun mengajakku keluar dari ruangan dan duduk didekat kolam, dia melihatku berkeringat, mungkin saja didalam benaknya, aku merasa panas karena suhu udara didalam ruangan itu. Kyuhyun mengerti apa yang sedang terjadi dengan tubuhku yang mulai kepanasan, udara malam ini cukup dingin dan angin berhembus perlahan menyapa setiap helaian rambutku yang disapunya. Aku berjalan mengikuti langkah kakinya, tempat indah yang ada disamping kolam renang dengan lilin- lilin yang menyala disekitarnya dan langit tampak cerah. Aku menjatuhkan diriku ke sebuah kursi yang ada disana, Kyuhyun mengikutiku dan duduk tepat berada disampingku.
“Apa kamu sudah merasa enakan?” Tanyanya datar.
“Nde.” Ucapku canggung.
Suasana hening dan canggung menghiasi pertemuan kedua kami, tiba- tiba saja Kyuhyun memulai pembiacaraan. “Aku tidak pernah menyangka kita akan bertemu seperti ini, saat disekolah aku tidak mengenalimu dengan baik dan tidak terbesit sedikitpun aku mengingat wajahmu didalam pikiranku.” Ucapnya sembari memandangi langit yang penuh dengan bintang.
Aku mengangguk lembut. “Apakah kamu masih menyukaiku seperti dulu?”
Kyuhyun terlihat terkejut dengan pertanyaan yang aku lontarkan, seperti pertanyaan yang menjebak, dia tidak bisa menjawab dan masih memikirkannya didalam hati. Tidak ada jawaban keluar dari mulutnya. Aku menepuk pundakku dan menatapku.
“Kenapa kamu tidak menjawabku?” Tanyaku kembali.
“Apa aku pernah menyukaimu? Hahaha.” Jawabnya sedikit dingin.
“Aiss.. kamu pernah mengirim sebuah email kepadaku dan kamu mengatakan bahwa kamu sangat menyukaiku dan akan menungguku. Apa kamu tetap tidak mengingatnya?”
“Annio.” Ucapnya dingin.
“Mwo? Kenapa kamu tidak mengingatnya? Apakah kamu memang sengaja melupakan itu?” Ucapku sedikit marah.
“HAHAHA. Aku memang tidak ingat. Apa kamu tidak berpikir bahwa itu sudah sangat lama?” Jawabnya tidak terlihat ragu.
“Sungguh menyebalkan.” Desisku kesal.
AUTHOR POV
Seorang namja yang sibuk mencari yeoja yang ditinggalkannya, dia merasa bingung karena yeoja itu tidak ada didalam ruangan. Langkah kakinya terus mencari yeoja itu sambil memastikan tidak melewatkan sedikitpun pandangannya dari tamu- tamu yang ada didalam ruangan. Balkon menjadi tujuannya, tidak disengaja, matanya langsung tertuju kepada yeoja itu yang tersenyum senang dan sedang asik berbicara dengan orang yang ada didekatnya. Namja itu menatap dengan rasa keheranan, kenapa dia berbicara dengan orang itu? apa mereka saling mengenal satu sama lain? Apa mereka baru saja saling mengenal? Namja itu terus bertanya- tanya dan memutuskan untuk menghampiri yeoja itu dan memastikannya sendiri.
“Sepertinya anak kita sudah sangat akrab?” Seru Nyonya Kim.
“Iya sayapun berpendapat sama dengan anda, sepertinya mereka sudah saling mengetahui satu sama lain. Karena mereka tidak pernah bertemu ketika kami pindah ke Paris.” Ujar Nyonya Cho.
“Iya anak kita sudah dewasa sekarang, saat anda pergi ke Paris usia mereka 10 tahun. Dulu kita masih melihat mereka bermain sepeda dan berenang bersama.” Tuan Lee menambahkan.
“Betul, sudah lama sekali masa- masa itu berlalu.” Kata Tuan Kim sambil menikmati secangkir kopi hangat.
“Bagaimana kalau kita menjodohkan mereka berdua?” Tanya Nyonya Cho terlihat senang.
“Benar, mereka sudah lama mengenal dan tentunya tidak akan terlalu sulit untuk menjalin hubungan yang lebih serius.” Nyonya Kim menambahkan.
“Namun, lebih baik kita melihat perkembangan mereka terlebih dahulu dan kita beri waktu untuk  mereka saling mengenal. Cukup lama mereka tidak bersama- sama, selain itu kita tunggu sampai mereka lulus dari universitas. ” Ucap Tuan Kim.
Namja itu menghentikan langkahnya dan sangat terkejut, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan itu, sungguh kabar yang menakjubkan dan membuat dirinya tidak dapat berkata apapun. Hatinya tersentak dan matanya melebar sempurna, PERJODOHAN? Apa yang terjadi dengan dirinya sekarang? Kenapa dia merasa kecewa dengan rencana kedua keluarga itu?. Perjodohan antara orang kaya menjadi sebuah tradisi untuk kepentingan bisnis mereka tanpa mempedulikan perasaan yang dimiliki oleh anak- anaknya. Mereka berpikir bahwa pernikahan itu akan mempererat hubungan kedua perusahaan.
Suasana malam sangat indah meskipun hati Hyunsoo sedikit kacau karena kejadian tadi siang namun,semua berubah ketika dirinya bertemu dengan namja itu. “Hah… waktu yang sangat lama kita tidak bertemu, aku mengira kamu sudah melupakanku. Sekarang kamu banyak berubah dan terlihat lebih cool dan handsome.” Ucap yeoja itu dengan nada suara yang lembut.
“Tentu, aku memang handsome and cool. Aku memang melupakanmu disana, aku bahkan tidak mengingat wajahmu lagi.” Ucap tajam keluar dari mulut namja itu.
“MWO? Benarkah? Apa kamu sejahat itu sekarang?” Erang yeoja itu.
“Benar, aku berkata jujur kepadamu.”
‘Dia membuatku kesal dan aku tidak bisa bersabar lagi kepadanya.’ Batin yeoja itu.
Tidak ada pembicaraan diantara mereka, yeoja itu memutuskan untuk berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada namja itu.
“Cheoneun…. Mianata Hyunso- ssi karena aku meninggalkanmu. Aku sangat merindukanmu, aku ingin tertawa bersamamu lagi. Aku sangat mencemaskan keadaanmu dan aku selalu menunggu teleponmu tapi kamu tidak pernah meneleponku.” Ucap namja itu begitu saja.
“A- apa? A- apa yang kamu katakan?” Tanya yeoja itu tak percaya.
“Aku berkata serius. Apa kamu tidak mendengarkanku?” Namja itu menoleh sinis.
“Mian. A- a- aku pernah menghubungimu tapi… aku tidak bisa berbicara denganmu dan aku putuskan untuk menutup teleponku.” Jawab Hyunsoo sambil tersenyum polos.
“Semenjak kamu menghilang dari kehidupanku, aku mulai melupakanmu disana.” Ucap namja itu terdengar lirih.
“Mianhae Kyuhyun- ssi, aku seharusnya tidak melakukan hal semacam itu kepadamu. Aku benar- benar minta maaf.” Kata yeoja itu menatap namja itu dengan segan.
“Tapi apa kita tetap friend?” Lanjut Hyunsoo sambil tersenyum kearah laki- laki yang duduk disampingnya.
“Tentu saja.” Jawab Kyuhyun.
Tiba saja namja yang memperhatikan mereka datang dan menghampiri mereka yang sedang asik berbincang- bincang, namja itu ingin sekali melihat orang yang sedang berbicara dengan yeoja itu. Seketika namja itu terkejut melihat seorang laki- laki yang tidak asing lagi dimatanya. Dia tidak berubah sedikitpun dan tetap menarik.
“Kyuhyun- ssi?” Ucap namja itu ragu.
Lanjut namja itu. “Kamu masih meningatku?”
Kyuhyun menoleh dan memandanginya, terlihat kerutan didahinya, dia mengingat namja yang ada dihadapannya. Memori pikirannya berputar secara otomatis dan memilih memori dimana namja itu berada.
“Ah…  ne aku ingat, Choi Siwon-ssi.” Jawab Kyuhyun.
“Ternyata kamu mengingatku”
“Ah…nde.”
“Apa kamu mengenal Kim Hyunsoo- ssi?”
“Nde. Waeyo?”
“Annio, aku teman Hyunsoo- ssi. Senang bisa bertemu denganmu lagi disini.”
Hyunsoo yang melihat kearaban yang terjadi diantara mereka, tidak ada rasa canggung satu sama lain. Mereka asik berbincang- bincang dan melupakan Hyunsoo, Hyunsoo merasa kesal kepada Siwon yang menganggu obrolannya dengan Kyuhyun karena ada hal yang ingin dia tanyakan kepada Kyuhyun. Gadis itu hanya mendengarkan cerita masa lalu yang pernah terjadi diantara mereka, cerita yang tidak akan ada habisnya. Siwon tersenyum melihat wajah Hyunsoo yang kesal dan merasa bosan dengan suasanya sendiri.
‘Aku tidak akan membuatmu menderita karena perjodohan itu, aku akan membuktikan kepadamu bahwa aku mencintaimu Hyunsoo- ah. Semuanya akan baik- baik saja, aku akan menolongmu.’ Kata hati Siwon.
Nan neol gidarilgeoya…
Saranghaeo… saranghaeo…
SSSSSSS
Matahari sudah muncul kembali dengan sinarnya yang hangat, angin menggoyangkan rumput- rumput yang hijau. Hari ini sepertinya cuaca akan panas, musim kemarau akan datang membawa sebuah kabar gembira dan kehangatan yang sangat mendalam. Burung- burung bernyanyi merdu dengan suara khasnya, embun- embun membasahi dedaunan yang tumbuh dimana- mana dan terlihat indah sekali, bulir- bulir embun itu terus disoroti oleh sinar matahari pagi, seperti berlian yang memancarkan cahayanya.
Seorang yeoja berjalan mengikuti naluri hatinya untuk sampai pada tujuannya, pakaiannya sangat rapi dan rambutnya dihiasi dengan pita putih agar terlihat lebih indah. Rambutnya berwarna coklat ikal dan bersinar indah dibawah terik matahari. Badannya terlihat seperti seorang model yang sempurna dengan sepatu hitam bertali putih dan kaos kaki putih hampir mengenai lututnya, kakinya terus berjalan dengan tas berwarna violet yang ada dibahu kanannya. Tapi sayang wajahnya terlihat muram dan sedih, yeoja itu masuk kedalam kelas dan duduk dibangku barisan ketiga dekat dengan jendela yang memperlihatkan taman sekolah dan lapangan basket. Tidak berlangsung lama dia duduk, seorang sahabatnya datang memakai sweater merah dan tas hitam yang diselempangnya.Dia menghampiri yeoja yang duduk dengan wajah kesal dan memegang ponsel merahnya. Tanpa sapa kepadanya, yeoja itu langsung memeluk sahabatnya dengan erat.
“Waeyo?”
“Minra- ah, aku sangat kesal hari ini.” Jawab yeoja itu memeluk erat sahabatnya.
“Sangmi- ah, apa yang terjadi?” Tanya Minra sambil mengelus- elus punggung Sangmi.
Gadis itu melepaskan pelukannya dan memulai bercerita, “Kemarin aku pergi bersama Heechul, aku tidak bisa berjalan bebas dengannya karena fans Heechul datang dan mengerumuninya, bahkan mereka terlalu agresif. Aku tidak menyukai cara mereka memperlakukan Heechul dan tidak menghargaiku, sampai- sampai aku ikut terdorong dan berdesak- desakan. Lihat memar- memarkan? (Sangmi menunjukan memar yang ada ditangannya)aku kesal, padahal kemarin satu tahunnya hubungan kita tetapi hancur gara- gara fans Heechul dan lebih parah lagi, saat kita sedang makan, tiba- tiba ponselnya berdering dan ternyata itu dari manajernya tapi aku pikir tidak akan ada masalah. Tapi aku salah, Heechul memutuskan untuk segera pergi menemui manajernya untuk mengikuti casting film dan dia pergi begitu saja meninggalkanku.” Ucap Sangmi geram dan ingin mengutuk Heechul.
 “Menurutku, memang wajar kamu merasa kesal dan marah karena itu manusiawi, tapi kamu harus mengerti posisi dia sekarang. Heechul bukan lagi siswa biasa, sekarang dia adalah artis yang sangat terkenal. Dalam berhubungan ini, fungsi saling memahami, mengerti dan menerima apa adanya itu sangat berlaku. Kalau kamu marah karena acara satu tahunan kamu hancur itu wajar, tetapi satu sisi dia sekarang sudah jadi Kim Heechul yang berbeda dan kamu harus memahami itu. Awalnya akan sulit tetapi jika kamu bisa menerima dia apa adanya itu semua bisa kamu atasi, nanti juga kamu bakalan terbiasa. Kalau kemarin kamu gagal, bisa kamu ganti dengan hari yang lain. Ya…meskipun itu tidak special lagi, tapi itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.” Penjelesan Minra sambil menepuk pundak Sangmi.
“Ah… ne, apa yang kamu katakan benar. Apa aku terlihat egois? Aku takut heechul marah  kepadaku?” Ucap Sangmi khawatir.
“Aku akan mengerti jika kamu menjelaskannya kepada Heechul, dia akan memahami dan memaafkanmu.”
“Arraso, tindakanku  kemarin sangat. Dia juga pasti merasa tidak nyaman dengan kejadian itu, tapi dia tidak bisa bilang apa- apa kepadaku.” Ucap Sangmi sedikit tenang.
“Benar, lebih baik sekarang kamu berpikir positif dulu. Akan lebih mudah kamu lewati, jika kamu sudah tenang dan emosi kamu sudah hilang.” Lanjut Minra.
“Gomawo Minra- ah, saranghae. Aku akan mencoba hal itu sekarang, aku akan meminta maaf kepadanya karena kejadian kemarin saat aku marah- marah dan menyuruhnya untuk memilih aku atau pekerjaannya.” Ucap Sangmi penuh semangat.
“Mungkin kamu harus lebih cepat berbicara kepadanya dari pada kamu menundanya karena itu akan lebih baik untuk hubunganmu dengannya.” Usul Minra sambil menepuk pundak Sangmi kembali.
“Tunggu, Minra, kenapa wajah kamu pucat? Apa kamu sakit?” Tanya Sangmi sambil memegang kedua pipi Minra.
“Annio, geunchana . Mungkin karena aku kurang istirahat dan bekerja keras seminggu ini.” Ucap Minra sambil menggigit bawah bibirnya.
“Jeongmal?” Tanya Sangmi sedikit ragu.
“Ah… ne. Jangan Khawatir.” Jawab Minra.
“Apa kamu kuat untuk belajar hari ini?” Raut wajah Sangmi memperlihatkan kecemasan terhadap Minra.
“Ne…aku kuat.” Minra tersenyum optimis.
“Fighting MINRA!” Teriak Sangmi.
“ Tunggu sebentar, kenapa bahasa kamu jadi pake aku, kamu bukan gue, lu lagi?” Tanya Minra kebingungan.
“Orangtuaku memaksa aku merubah cara bicaraku. Aku pikir bahasa yang aku pakai itu tidak masalah tapi itu membuat mereka merasa risih dengan bahasa yang aku gunakan.” Penjelasan Sangmi.
Orang- orang yang berdiri di depan kelas, baik itu yang sedang berkumpul atau sedang menghirup udara segar terkejut dan memalingkan pandangan mereka langsung tertuju kearah namja dan yeoja yang sedang berjalan, namun mereka tidak mempedulikan orang- orang yang melihatnya dan terus berjalan. Sorotan mata yang melihat mereka memiliki arti yang beragam, ada yang menatap iri, kesal, senang dan sebal tergantung orang mendefinisikan apa yang terjadi antara mereka berdua. Yeoja itu memang sangat terkenal disekolah karena kepintarannya dan selalu menduduki juara umum selama 2 tahun dan belum ada yang bisa mengalahkannya. Latar belakang keluarganya yang sukses dan baik,  membuat dia selalu dipandang orang yang memiliki karisma tersendiri. Banyak sekali kaum adam yang menyukainya dan mengejar- ngejarnya tapi sebaliknya dengan kaum hawa mereka lebih membencinya dan iri dengan kesempurnaan yang dimiliki wanita itu. Sedangkan namja itu memancarkan auranya yang sangat positif dan membuat kaum hawa menyukainya bahkan tergila- gila. Mereka berdua masuk kedalam kelas dan duduk tepat didepan bangku Minra dan Sangmi, mereka terlihat akrab sekali dan itu semua  berbeda dengan hari kemarin yang lebih memancarkan rasa tidak saling mengenal. Semua murid yang ada didalam kelas terlihat bingung, apa yang terjadi diantara mereka berdua? Gadis itu hanya tersenyum saat melihat tatapan teman- teman satu kelasnya yang sibuk memperhatikannya, begitupun dengan kedua sahabatnya yang saling bertatapan dengan wajah bingung dan kerutan dahi yang terlukis diwajah mereka. Namja itu menghampiri kedua sahabatnya yang menunggu penjelasan darinya.
“Sangmi- ah, Minra- ah.” Ucap Hyunsoo menyapa dengan tersenyum bahagia.
“Mwoya?” Bisik Minra sambil menaikan satu alisnya keatas.
“Nanti aku ceritakan, sekarang jangan dulu kamu tanyakan kepadaku.” Ucap Hyunsoo langsung memeluk pundak Minra.
Wajah laki- laki itu memang dingin sekali dan tidak pernah  tersenyum kepada orang lain namun, kali ini berbeda, dia tersenyum dan hangat kepada yeoja itu. Mereka berdua terus bersama- sama, sampai- sampai banyak orang yang mengatakan mereka memiliki hubungan khusus. Minra dan  Sangmi masih bingung apa yang sedang terjadi dengan Hyunsoo dan beberapa pertanyaan menumpuk begitu saja didalam pikiran mereka. Kemarin, mereka tidak saling mengenal tetapi sekarang begitu akrab sekali. Bel masukpun berbunyi begitu keras, semua murid masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran pertama hari ini.
Teks pesan singkat dikirim Hyunso kepada kedua sahabatnya.
To: Minra
Pasti kalian sangat bingung dengan apa yang terjadi antara aku dengannya, kalian tau tidak? Aku akan menceritakannya nanti. Aku begitu bahagia sekarang…
Sangmi dan Minra saling menatap.
“Bukankah orangtua Kyuhyun itu sangat kejam?” Minra berbisik ke telinga Sangmi yang ada disampinya dengan melihat layar ponselnya.
“Aku rasa mereka tidak akan menghadapi orangtua Kyuhyun. Mereka saling mengetahui asal usul satu sama lain dan orangtua mereka sudah mengenal sejak dulu.” Bisik Sangmi.
“Jeongmal? Ah… arraso.” Minra mengangguk dengan lembut.
Guru di depan kelas sedang menjelaskan mata pelajaran hari ini yaitu pelajaran Sastra Bahasa, suasana hening dan membosankan. Terik matahari di luar seenaknya saja masuk ke dalam kelas dan memancarkan cahayanya langsung menuju kearah meja yeoja itu. Semakin lama, sinar matahari itu membuat kepala yeoja itu panas dan mengganggu konsentrasinya, dia memangdang keluar jendela kelasnya dan melihat orang- orang yang sedang berlari dengan pakaian seragam olahraga. Sambil melamunkan kejadian pulang sekolah kemarin, yeoja itu yakin bahwa ada seseorang yang menolongnya dan membawanya ke rumah sakit tapi dokter berkata dia dibawa oleh seorang pekerja rumah sakit yang kebetulan lewat di sekolahnya.
‘Sebenarnya apa benar ada orang yang menolongku dan membawa aku ke rumah sakit? tapi aku yakin ada seseorang yang aku lihat sebelum aku pingsan kemarin. Meski samar- samar, tapi aku yakin itu bukan bayanganku saja.  Ah… entahlah membuat aku gila memikirkan itu, sejak kemarin aku tidak bisa tidur karena orang itu, harusku lupakan saja.’ Kata hati Minra.
Minra POV
Lamunanku pecah begitu saja, ketika seseorang menepuk pundakku begitu keras, dan menatapku dengan kedua bola mata yang akan keluar. Minra langsung membalikan kepalanya dan langsung bertanya “Mwo?” Tanya Minra dengan wajah kaget.
“Ibu Han menyuruhmu membacakan cerita di depan kelas, apa kamu tidak mendengarkannya?” Jawab Sangmi panik.
Aku mulai kebingungan dan merasa gugup, buku yang ada dihadapanku langsungku buka secara acak untuk menemukan halaman yang sedang dibahas oleh Ibu Han. Semua murid yang ada di dalam kelas menatap kearahku. Aku masih sibuk mencari halaman, Sangmi menatapku sambil tersenyum puas melihatku yang bertindak ceroboh. Namun, akhirnya Sangmi memutuskan untuk membantuku dan memberikan bukunya kepadaku sebelum Ibu Han mulai mengeluarkan mantra- mantranya kepadaku. “Gomawo.” Aku berdiri dari bangkuku dan berjalan maju ke depan kelas, aku berdiri dan menghadapkan tubuhku kepada teman- teman yang sudah menunggu.
“Ok, sekarang peran seorang namja (sambil melihat- lihat namja yang sedang duduk) baiklah, kamu silahkan maju kedepan.”Ibu Han menunjuk tepat kearah seorang namja yang duduk dengan santai.
“Me?” Ucap Namja itu mengerutkan dahinya dan telunjuk tangannya mengarah kepada dirinya sendiri.
“Nde, silahkan maju ke depan dan baca teks dialog itu.” Jawab Ibu Han dengan wajah tenang.
Wajahnya tidak berekspresi sedikitpun, hanya menatap datar dan dingin, namja itupun berdiri sambil memegang buku berwarna hijau ditangannya dan perlahan maju  ke depan kelas. Dia berdiri disampingku, mata sinisku langsung menusuknya dan membuang pandanganku dengan cepat dari namja itu.
‘Ah… orang ini, eotteoke?’ Gerutuku.
Aku dan najma itu mulai membacakan teks dialog itu, bergiliran satu sama lain sesuai dengan teks dialog yang ada. Kami berbicara sesuai dengan teks itu, namun, aku merasa ada yang aneh dengan dialog yang kami bawakan,  tidak  ada ekspresi, hanya wajah yang datar meskipun cerita yang ada disana sangat menarik dan menggambarkan suatu hubungan yang romantis tapi pembawaan kami mengahancurkan cerita ini menjadi tidak menarik. Aku menatap namja itu yang masih membaca dengan suara datarnya. ‘Apa yang dia baca? Mengenaskan sekali.’ Aku ingin tertawa melihatnya karena dialog yang berisikan permohonan menjadi dialog ancaman. Aku menahan tawaku dan fokus pada bagianku, aku mencoba mendalami karakter didalam dialog ini.
“Mwoya? Tidak ada keseriusan dalam membaca, apa kalian mengerti teks yang ada di buku ini dan cerita apa yang ada didalamnya?” Tanya Ibu Han bernada marah.
“Nde.” Jawabku sambil menundukan wajah.
“Kamu mengerti arti teks ini?” Tanya Ibu Han kepada namja itu.
“Nde.” Jawabnya dengan dingin.
“Baiklah, karena waktu kita sudah habis. Minggu depan saya akan melihat kalian ada di sini lagi dengan konsep yang lebih baik, kalian menambahkan beberapa orang untuk melengkapi dialog ini menjadi sebuah kelompok dan murid yang lainnya bentuk kelompok menjadi 5 kelompok, setiap orang harus memerankan satu tokoh di dialog ini. Orang yang memerankan tokohnya dengan baik, ibu akan memilihnya untuk tampil di teater drama dengan tema yang sama namun cerita akan lebih diperluas. Setiap kelas, ibu akan memilih 3 orang untuk ikut berpartisipasi dalam pementasan drama yang disaksikan oleh orang- orang, baik itu orangtua, guru- guru atau masyarakat umum. Silahkan kalian berdua duduk kembali dan ingat tugas yang ibu berikan, Arraso?” Ibu Han sangat bersemangat.
“Ne.” Seru murid- murid.
AUTHOR POV
Bel pergantian jampun berbunyi untuk mengganti pelajaran pertama ke pelajaran berikutnya. Suasana kembali ramai, setiap murid berdiskusi dan mencari kelompok untuk tugas yang diberikan Ibu Han. Mereka saling mencari kecocokan satu sama lain namun, yeoja itu hanya diam dan tidak peduli dengan drama itu,  berbeda dengan kedua sahabatnya yang sibuk kesana kemari mencari orang untuk melengkapi kelompoknya.Yeoja itu menatap seorang namja dan tersenyum kecut melihat telinga namja itu yang disumbat dengan headsheet sambil menyalakan musik dengan volume keras untuk menghindari pembicaraan tugas Ibu Han. Pelajaran kedua adalah olahraga, semua murid sibuk mengganti pakaian mereka. Ketiga gadis itu pergi ke toilet untuk mengganti pakaian mereka sebelum Pak Park meniup peluitnya dan mengusir mereka.
“Minra- ah, aku iri kepadamu.” Wajah Hyunsoo muram.
“Kenapa harus iri kepadaku?” Tanya Minra bingung.
“Aku ingin memerankan tokoh yeoja itu, cerita yang sangat kusukai.” Jawabnya bersemangat.
“ Kalau kamu mau, aku  benar- benar senang. Aku tidak ingin melakukan drama itu dihadapan kelas bersama namja itu.” Jawab Minra dengan nada yang kesal.
“Apa kamu membencinya?” Tanya Hyunsoo penasaran.
“Hyunsoo- ah, Minra itu trauma sama namja itu karena kejadian kemarin. Benarkan?” Sindir Sangmi sambil tersenyum dan menyikut tangan Minra yang berdiri di sampingnya.
Hyunsoo semakin tidak mengerti. “Apa yang terjadi kemarin?”
“Kemarin, Kyuhyun bikin Minra malu. Hahahaha. Sebenarnya itu memang kesalahan Minra sendiri yang bersikap konyol karena sifat pelupa yang dimilikinya.” Jelas Sangmi bahagia.
“Apa yang dilakukan Minra?” Ucap Hyunsoo semakin penasaran.
“Dia melupakan satu pasang sepatunya dan Kyuhyun memberitahunya sambil menahan tawa. Dengan dinginnya Kyuhyun menunjuk kaki Minra yang tidak memakai satu sepatu itu, padahal Minra berusaha bersikap dingin dan tenang dihadapannya. Benar kan?”Sangmi menatap Minra yang sibuk dengan pakaiannya.
“Sudahlah tidak perlu dibahas, aku memang kesal dan memang dia aja kurang kerjaan.” Jawab Minra.
“Ah…Arraso (Hyunsoo tertawa sambil membayangkan wajah Minra saat itu) ternyata seperti itu, tapi sebenarnya dia baik kok. Kalau kamu kenal sama dia, dia seorang namja yang lembut, penyayang, baik, dan romantis.” Sambil memegang pipinya.
Kedua sahabatnya mendekati Hyunsoo yang asik dengan lamunannya tentang Kyuhyun.
“Sebenarnya ada apa antara kamu dengan Kyuhyun?” Tanya Sangmi dan susulan tatapan tajam dari kedua sahabatnya.
“(Hyunsoo terkejut dan menundukan wajahnya) Annio. Aku…aku temannya saja, chingu… ya hanya chingu.  Seperti Sangmi dan Kyuhyun saat di Paris.” Hyunsoo mengalihkan pembicaraan.
“Annio, aku tidak memujinya karena dia itu memang menyebalkan dan apa yang kamu bilang tentang dia itu adalah bohong.” Jelas Sangmi dan raut wajahnya semakin penasaran.
Terdengar ketukan pintu yang sangat keras dari luar dan mengagetkan mereka.
Dug..dug…dug
“HEH…kalian lagi pada ngapain? Ngantri nih!” Teriakan seorang yeoja dari luar.
“Ne, kami keluar.” Jawab Minra.
Pintu toiletpun terbuka dan satu persatu keluar dari dalam toilet. Yeoja itu menatap kecut dan sinis kepada mereka bertiga, namun mereka tidak mempedulikan yeoja itu yang berdiri di depan pintu toilet bersama temannya. Mereka keluar dari toilet dan menyimpan pakaian mereka ke loker pribadi yang ada diluar kelas. Setelah menyimpan pakaian, ponsel ke dalam loker masing- masing, mereka langsung berlari ke lapangan untuk olahraga, semua murid sudah berkumpul untuk memulai pelajaran. Pak Park membagi murid- murid kedalam dua kelompok yaitu namja dan yeoja, nilai ujian praktek belum didapatkan oleh kelas mereka karena selalu terganggu dengan hari libur yang tepat pada saat pelajaran olahraga.
“Baiklah, setelah kalian membagi kelompok menjadi dua, kalian bersiap- siap untuk memulai pertandingan. Bapak akan menilai kekompakan kalian dan orang yang memasukan bola akan mendapatkan nilai plus dari bapak.” Terik Pak Park.
Namja terbagi menjadi dua dan berbaris sesuai kelompok masing- masing, begitu juga dengan yeoja. Penentuan kapten tim sesuai dengan keahliannya dan mengerti tentang permainan basket, kapten tim akan bertanggung jawab dengan timnya untuk berhasil dan menang. Keahilan olahraga yang buruk dan selalu membuat tim kacau karenanya, dia adalah HAN MINRA, Minra selalu disimpan di bangku cadangan seperti biasanya tapi Minra tidak pernah mengeluh dengan hal itu.
“Jika kalian sudah siap, kita akan mulai dari regu yeoja terlebih dahulu. Silahkan kalian masuk  ke lapangan, siapa kapten tim ini?” Pak Park menunjuk kearah tim satu.
“Saya.” Ucap Kim Sang Seok sambil mengangkat tangannya.
“Dan kelompok ini?” Tanya Pak Park kepada kelompok dua.
“Saya.” Jawab Park Haena.
“Ok sekarang kita mulai pertandingannya, setelah bunyi peluit, kalian mulai bermain dengan benar karena disini penentuan nilai kalian.”
Peluitpun berbunyi….
Tandanya permainanpun dimulai, Minra hanya melihat pertandingan di pinggir lapangan. Meskipun sebagai cadangan tapi menyenangkan bisa melihat kedua sahabatnya berebut bola tanpa aturan didalam lapangan. Kim Sang Seok adalah ketua dari kelompok Hyunsoo dan Park Haena adalah ketua dari kelompok Sangmi. Pertandingan dimulai, semua pemain terlihat bermain dengan sungguh- sungguh dan bersemangat. Minra terus berteriak “Fighting Hyunsoo- ah, fighting Sangmi- ah.”. Tanpa disadarinya seseorang datang menghampirinya dan duduk disebelahnya. Minra menatap orang itu, dia melebarkan bibirnya  dengan seulas senyuman ramah kearah orang itu. Orang yang sangat disukai oleh para yeoja karena keramahan dan sifatnya yang friendly. Dia sangat menyenangkan dan selalu menghidupkan suasana yang tidak nyaman menjadi bahagia, dia adalah orang yang tidak pernah sedih namun selalu menangis jika dia merasa bahagia.
“Annyeong, Minra- ssi.” Sapanya.
To be countinue……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar