Senin, 19 Desember 2011

The Last Part 2 (My Destiny?)

The Last Part 2 (My Destiny?)
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, Romance
Tipe : Countinue
Rating : G
Cast  : Han Min Ra (oc), Cho Kyuhyun
Support cast: Choi Hyun Soo (oc), Park Sang MI (oc), Kim Heechul
Cover credit : The original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.
Warning : this story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you^^

Terdengar hembusan napas yang berat, hal yang menakutkan sudah dilewati . Seminggu sekali akan terus merasa seperti ini, selama masih menjalankan kewajiban sebagai seorang murid. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menjalaninya dan melewati semuanya dengan semangat. Keadaan terasa begitu lambat ketika melewati hal yang tidak disukai.
“Akhirnya aku bisa bernapas lega karena pelajaran berakhir, meskipun nanti akan bertemu dengannya lagi dan lagi. Aku tidak mengerti dengan pemikiran guru  itu, menakutkan.” Keluh Hyunshoo.
“Ah…nde, wajah kita terlihat sangat kusut dan pelajaran matematika serasa neraka. Padahal pelajaran ini sangat penting untuk kita, tapi bagaimanapun itu, kita harus mengikuti mata pelajaran ini sampai lulus nanti.” Lanjut Sangmi terlihat putus asa dan menjatuhkan kepalanya diatas meja.
“Kalau kita berusaha dan yakin, pasti kita bisa ngelaluin itu semua dan itu akan terasa lebih mudah. Betul kan?”  Ucap Minra menyemangati kedua sahabatnya.
“Hyunso- ah, namja itu keliatannya tidak terlalu ramah dan sifatnya begitu dingin seperti tidak bersahabat. Lihat saja dia, tidak bergaul dengan yang lain lebih mementingkan i-padnya.” Bisik Sangmi kepada Hyunsoo.
“Aku juga bingung sebenarnya orang seperti apa dia, bahkan dia tidak tidak mengajakku berbicara. Selama pelajaran, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun, sepertinya dia alergi terhadap wanita. Hahaha.” Sindir Hyunsoo menahan tawanya.
Mereka tertawa mendengar  sindiran Hyunsoo kepada siswa baru itu. Mereka terus membicarakannya tanpa henti, tapi laki- laki itu tidak merespon obrolan mereka walaupun dia mendengar semua pembicaran ketiga yeoja yang ada dibelakangnya. Namja itu hanya tersenyum mendengarkan pembicaraan tentang dirinya.
Guru yang mengisi pelajaran selanjutnya masuk sesuai jadwal yang telah ditentukan, semua murid mengikuti pelajaran dengan baik. Pelajaran hari ini yaitu menyusun sebuah karya tulis ilmiah, guru yang ada didepan kelas menjelaskan bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik.
“Annyeong, ibu mendapatkan selembaran penting tentang perlombaan Karya Tulis Ilmiah tingkat 3 untuk senior high school. Ibu sudah memasang brosur itu di mading sekolah, disana tertulis persyaratan yang harus kalian ikuti dan siswa yang akan mengikuti perlombaan tersebut dapat menghubungi ibu di ruang guru. Batas waktu dua minggu dan ibu akan menunggu hasil karya kalian di kantor, siapa yang akan mengikuti perlombaan itu harus membawa persyaratan yang  sudah ditentukan. Kalian mengerti?” Ibu Jung menjelaskan dengan logat Busannya.
“Baik bu.” Seru semua murid.
“Baiklah kita mulai pelajarannya hari ini, kalian buka buku paket halaman 156. Kita akan membahas tentang penyusunan karya tulis ilmiah yang benar.”
Pelajaranpun berlangsung dengan baik, tidak ada keributan dan semua murid mengikutinya dengan serius. Tanpa terasa bel istirahatpun berbunyi, Minra dan kedua sahabatnya sangat senang mendengar bel sekolah itu berbunyi sambil mengelus- elus perut yang sudah meraung- raung.
Kim Heechul adalah kekasih Sangmi, kebiasaan yang tidak pernah berubah semenjak tingkat 1 yaitu, Heechul selalu datang ke kelas dan mengajak Sangmi makan bersama.
“Sangmi- ah, kazza.”
“Ne, Yunsoo- ah, Minra- ah. Kita makan.” Ucap Sangmi memeluk pundak Minra.
“Hari ini, aku ada janji dengan Yoo Byung Hyun. Dia bilang ada hal yang ingin dia bicarakan denganku.” Ujar Yunsoo.
“Apa yang ingin dia katakan? Apa dia akan menjadikanmu pacarnya? Tapi... sepertinya aku ragu tentang hal itu. Hahaha.” Canda Minra.
Sangmi tiba- tiba tertawa ketika melihat Hyunsoo menunduk pesimis, Yoo Byung Hyun adalah namja yang disukainya sejak Junior High School tingkat 2 sampai sekarang. Yoo Byung Hyun, teman baik Hyunsoo, Hyunsoo sangat menyukai Yoo Byung Hyun yang baik dan ramah.
“Aku pegi dulu.” Kata Hyunsoo berjalan keluar kelas.
“Nde.” Teriak Sangmi.
Yeoja itu melangkah penuh percaya diri sambil  memperlihatkan wajah yang sangat berbinar- binar. Diapun menghilang dikerumunan orang- orang yang ada diluar kelas.
“Sangmi- ah, kamu duluan aja. Aku harus menyalin tulisan dipapan itu kedalam catatanku, nanti aku akan menyusulmu.” Ujar Minra yang sibuk dengan pulpen dan bukunya.
“Arraso, gue tunggu lu disana.” Jawab Sangmi.
Sangmi dan Heechul pergi terlebih dahulu ke kanti sedangkan Minra masih sibuk menyelesaikan catatannya. Kelaspun mulai sepi karena semua murid sudah keluar untuk membeli beberapa makanan. Hanya Minra yang masih asik dengan kegiatannya di dalam kelas.
Tiba- tiba seseorang masuk ke dalam kelas dan duduk di depan yeoja yang sibuk mencatat, yeoja itu mengacuhkannya. Ternyata dia tidak sendirian, beberapa orang yang berbadan tegap berada disampingnya dengan membawakan hidangan diatas meja putih yang didorong oleh para pelayannya. Makanan itu terlihat sangat istimewa dan bukan sembarang makanan, makanan yang jarang disantap oleh segelintiran orang, yeoja itu menatap heran dan aneh, orang itu terlalu berlebihan.
“Apa yang harus saya bawa lagi tuan?” Seru suara seorang pelayan.
“Sudah cukup. Kalian tunggu diluar saja, setelah saya selesai makan kalian akan aku panggil kembali.” Ujar nya dengan suara tegas dan duduk seperti seorang bangsawan.
‘Sombong sekali dia, ini kan sekolah bukan hotel. Bahkan ini sangat memalukan untuk seusianya, sampai- sampai siswa dari kelas lainpun ingin melihat kedalam kelas. Sungguh terlalu berlebihan dia.’ Batin Minra.
Perlahan dia memakan makanan yang disajikan oleh pelayannya, bahkan dengan tenang walaupun keadaan diluar sangat bising dan tidak nyaman. Sampai- sampai gorden kelaspun ditutup begitu rapat untuk menghilangkan rasa tidak nyaman manusia aneh itu. Yeoja itu tidak meghiraukan apa yang dilakukannya dan melanjutkan catatannya, perutnya terus berbunyi dan harum masakan yang sedang disantap oleh namja itu sangat menusuk hidungnya dan membuat perutnya semakin meraung- raung.
“Apa itu tidak berlebihan?” Gadis itu memecahkan suasana yang hening didalam kelas, suaranya terdengar memantul (gema).
Namja itu menghiraukan pertanyaan gadis yang menemaninya didalam kelas, meskipun dia mendengar tetapi dia lebih memilih untuk menghabiskan makanannya. Dalam waktu 10 menit, dia sudah menghabiskan makanannya, sendok dan garpu diletakan sesuai dengan aturannya.
“Aku sudah selesai.” Suaranya terdengar sedikit keras.
Seorang pelayan masuk dan membawa meja putih itu dan beberapa orang lagi membuka gorden kelas untuk membuatnya kembali normal seperti biasa. Benar- benar seperti pelayan hotel mahal, semua pelayannya kembali keluar kelas.
“Apa itu tidak kekanak- kanakan?” Tanya Minra kembali.
“Aku sudah terbiasa.” Jawab namja itu singkat.
“Tetapi itu tidak wajar, bahkan sangat tidak wajar karena itu membuat sebagian orang terganggu, termasuk aku.” Ujar Minra dengan santai.
“Aku merasa wajar saja, karena itu sudah terbiasa untukku. Hanya kamu saja yang merasa terganggu!” Jawaban dingin dan tegas.
“Oh iya? Sungguh pemikiran egois, bahkan sangat egois. Berlakulah normal karena ini sekolah, jika kamu melakukan  hal seperti itu seharusnya kamu menyewa sebuah ruangan VVIP saja agar tidak mengganggu orang lain.” Suara yeoja itu masih relatif tenang.
“Ini adalah sekolah kalangan atas, apa kamu tidak mengetahui itu? Hal seperti  itu bukan hal yang aneh disini. Orang- orang yang bersekolah disini adalah orang yang berkelas, kamu tidak perlu berbicara seperti itu disekolah ini.”
“Tidak semua.” Jelas Minra tegas.

Minra POV
Namja itu mengacuhkanku kembali, dia lebih menyukai musik yang didengarkannya daripada suaraku yang terus menceramahinya. Aku berhenti menulis dan melihat wajah namja itu dari arah samping, begitu tenang. Terdengar suara nyanyian yang keluar dari bibirnya, suaranya terdengar jelas ditelingaku, menakjubkan dan membuat bulu kudukku merinding. Lagu yang sangat kusukai, dia membuatku terus menatapnya dan tidak dapat mengalihkannya. Lembut sekali suaranya, pertama kalinya aku mendengar suara sebagus ini.
All I want to do is find a way back into love..
I can’t make it through without a way back into love…
And it I open my heart again…
I guess I’m hoping you’ll be there for me in the end…
*Way Back Into Love*
‘Suaranya sangat indah sekali, wajahnya yang tenang tidak terlalu buruk untuknya. Dia terlihat sangat lembut, aku tidak berpikir tentang masa lalunya yang sangat menyebalkan karena saat dia seperti ini seakan- akan dia laki- laki biasa saja.’ Kata hatiku.
I can’t understand
Really, what did you during this love year?
That’s how this year is passing by?
Tiba- tiba lamunanku pecah begitu saja, laki- laki itu membalikan wajahnya kearahku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Untuk berpalingpun itu tidak akan mungkin karena aku masih memandangnya.
“Mwo?” Tanya laki- laki itu bersuara ketus.
“Ah… annio.” Jawabku dengan rasa malu dan sangat terkejut.
Aku memalingkan pandanganku keluar jendela, dia masih saja menatapku. Dia membalikan badannya dan berdiri dihadapanku, badannya sedikit condong kearahku dan wajahnya begitu dekat denganku. ‘Eotteoke?’
“Apa yang sedang kamu lihat?” Wajah laki- laki itu tak berekspresi sedikitpun.
“Annio, ak… aku hanya mendengarkan lagu yang kamu nyanyikan saja.” Ucapku tersenyum malas.
“Oh.. begitu!” Jawab laki- laki itu membalikan wajahnya kembali.
‘Begitu menyebalkan sekali orang itu, bahkan dia juga tidak mengenalku tetapi dia sudah bersikap seperti itu. Benar laki- laki yang menyebalkan dan sepertinya rasa kagumku langsung menghilang tanpa sisa.’ Gerutuku dalam hati.
Dibelakangnya, aku langsung menjulurkan lidah sebagai tanda penghinaanku kepadanya. Aku langsung menelan kembali pujian yang dikeluarkan dari hatiku karena semua itu tidak sesuai dengan sifat yang dimilikinya. Aku beranjak dari kursi dan pergi menuju kantin untuk menemui kedua sahabatku.
“Heh.. kamu?” Teriak laki- laki itu begitu keras.
“Mwo?” Jawabku sinis. Aku berhenti dan membalikan tubuhku untuk memandang laki- laki itu.
“Sepatu kamu! Apa kamu memakai satu sepatu ketika berangkat sekolah?” Teriak Murid baru itu sambil menahan tawanya.
“Bukan urusanmu.” Jawabku.
Aku mengambil satu sepatu lainnya, akibat kecerobohanku dan sifat pelupaku, aku mempermalukan diriku sendiri dihadapannya. Dengan terburu- buru, aku memakai sepatuku dan ingin sekali cepat keluar kelas karena rasa malu yang aku rasakan sekarang. Penampilan yang cuek dan cool dihadapan laki- laki itu malah terlihat konyol dan menjadi bahan tawaannya.
Author POV
Sangmi dan Heechul menunggu kehadiran Minra yang tak kunjung datang, mereka sudah memesan beberapa makanan. Semua mata tertuju kepada Kim Heechul, murid- murid disana berbisik, melihat, dan memperhatikannya, namun Heechul tidak mempedulikan hal itu. Tetapi disisi lain Sangmilah yang terlihat terganggu, sesekali dia menutup wajahnya dengan tisu.
“Annyeong, Mianhae kalian sudah menungguku lama. Aku baru selesai mencatat dan memakai sepatuku.” Mimik muka Minra terlihat tidak baik.
“Mwo? Sepatu kamu kenapa?” Tanya Heechul heran.
“Aku lupa memakai sepatu yang aku lepas sebelumnya, karena kakiku merasa gerah dan gatal, saat aku keluar dari kelas ada seseorang yang memberitahuku bahwa aku tidak memakai sepatu dikaki kiriku. Aku begitu malu dan aku harus menaruh mukaku dimana sekarang!” Jelas Minra sambil merengek malu dan menundukan wajahnya kemeja.
Sangmi dan Heechul langsung tertawa melihat kelakukan Minra yang ceroboh dan konyol, mereka membayangkan kejadian yang menimpa Minra saat orang itu memberitahunya. Gadis itu memang terkenal ceeroboh, konyol dan memiliki rasa percaya yang tinggi (optimis).
“Gue pasti langsung jatuh pingsan dan pura- pura sakit, supaya orang yang memberitahuku tidak akan memperolok dan menyebarkan itu kepada orang lain.” Ucap Sangmi masih puas mentertawakan Minra.
“Ah….ANNIO! Bagaimana ini? Aku malu sekali.” Wajah Minra begitu kusut dan menghentakan kakinya beberapa kali kelantai karena rasa malu yang masih dirasakannya.
“Anggap saja tidak ada yang terjadi tadi, pura- pura kamu tidak mengalami hal itu.” Usul Heechul menahan tawanya.
“Ah… ne, aku beranggapan bahwa tidak ada kejadian seperti itu. Benar itu yang harus aku lakukan, tapi… tetap saja malu.” Ucap Minra yang menjatuhkan lagi kepalanya kemeja.
“Dihindari sekeras apapun itu dan beranggapan itu tidak terjadi, tetep aja lu inget apalagi orang yang memberitahumu.” Ujar Sangmi.
“Sudah lebih baik kamu pesan makan saja dulu, sebelum bel masuk berbunyi dan untuk sekarang anggap saja tidak ada apa- apa.” Usul Heechul menatap Minra.
“Arraso.” Jawab Minra lemas.
Minra mulai memesan makanan untuk mengisi perutnya yang sudah meraung- raung kelaparan. Kebiasaannya dari dulu, ketika dia merasa drop, kesal, malu, dan sedih, dia akan melampiaskannya kepada makanan, karena itu akan membuatnya lupa tentang kejadian yang mengganggu hatinya. Tanpa rasa malu, Minra melahap semua makanan yang sudah dipesannya bahkan tiga jenis makanan berat berada dihadapannya dan langsung dilahapnya begitu saja.
“Lu ini, makan biasa aja dong, jangan seperti orang kesurupan gitu.” Teriak Sangmi yang mengambil satu piring pesanan gadis yang sedang frustasi itu.
“Sudahlah, aku sangat lapar mungkin setelah aku makan semua rasa maluku akan hilang.” Jawab Minra kembali mengambil piringnya dan melanjutkan makan.
“Dasar perut karet.” Ucap Sangmi.
“Sangmi- ah, aku duluan ke kelas, aku harus mengganti pakaianku dengan pakaian olahraga.” Ujar Heechul.
“Nde, bye.” Jawab Sangmi tersenyum.
Heechulpun pergi dari hadapan Sangmi dan Minra dan menghilang diantara kerumunan orang- orang yang ada di kantin.
“Memang siapa yang bikin lu kaya gini? Buat muka lu berantakan kaya gitu, memangnya orang seperti apa yang bikin hidup lu ‘ancur’?” Ucap Sangmi penasaran.
“Dia adalah murid yang baru masuk ke kelas kita, dia sangat sombong dan menyebalkan. Memangnya dia pikir bisa seenaknya mempermalukan seorang Han Min Ra, tapi aku memang malu.” Jelas Minra yang optimis kembali cemberut.
“(Tawa Sangmi) lu ini ya, selalu membuat laki- laki ilang feel sama lu. Apa yang lu lakukan selalu aja bodoh, padahalkan Kyuhyun itu laki- laki yang “WAW”. Lu tahu enggak, dia dulu satu sekolahan sama gue di Paris. Dia sangat jenius dan pandai dalam segala bidang, bahkan orangtuanyapun sangat terkenal di Paris. Ketika aku disana sebuah televisi mengumumkan orang terkaya di Paris adalah orangtuanya. Semua sifat orangtuanya hampir sama dengan sifat yang dimiliki oleh Kyuhyun namun, kedua orangtuanya lebih parah lagi dari Kyuhyun.” Jelas Sangmi dengan serius.
“Pantas saja dia begitu karena orangtuanya saja seperti itu, bagaimana bisa dia baik dan friendly. Pepatah mengatakan buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Iya semacam itulah pepatahnya, aku juga tidak terlalu mengerti.” Ujar Minra sambil melahap makanannya.
“Benar sekali, memang sih dia memiliki sifat seperti itu namun, guru- guru selalu memandang dia brilliant karena kejeniusannya, tapi sayangnya dia tidak pernah bersikap lembut kepada lawan jenisnya, dulu aku pernah mendengar satu cerita tentangnya dan membuat semua orang  mengatakan kejadian itu sangat tragis.” Jelas Sangmi.
“Cerita apa itu?” Tanya Minra penasaran.
“Dulu ada seorang yeoja yang mengejar- ngejar Kyuhyun, dia sangat mencintai Kyuhyun tapi sayangnya Kyuhyun tidak pernah merespon gadis itu sedikitpun.” Ucap Sangmi sementara.
Lanjutnya. “Karena perbedaan antara status sosial mereka, dan Kyuhyun lebih memilih meninggalkan gadis itu tanpa pembelaan ketika orangtuanya mengancurkan kehidupan yeoja itu. Mungkin lu ngertikan maksud gue?” Jelasnya menatap Minra dengan tajam.
“Ne aku mengerti, suli sekali berurusan dengan hal semacam itu. Dia seharusnya tidak bertindak begitu, meskipun dia tidak mencintai yeoja itu tapi setidaknya dia membela yeoja itu dari kedua orangtuanya yang 'jahat'. Aku benar- benar benci mendengar alasan tentang status sosial yang berbeda. Dimata Tuhan kita itu sama!” Ucap Minra menggebu- gebu. Tanpa terduga dia tersendak karena makanan yang masih dikunyahnya.
“(Sangmi tertawa melihat Minra) nih minum, makanya jangan terlalu over, kerasa tuh jadinya.” Sindir Sangmi menepuk- nepuk punggung Minra.
“Ah, sakit sekali ini. Rasanya napas saja susah.” Ucap Minra menahan rasa sakit.
“Tapi pendapatmu memang benar, menghindar itu lebih baik dari pada merusak masa depan kita sendiri, lu tau apa yang terjadi sama cewek itu?” Lanjut Sangmi.
“Mwo?”
“Dia bunuh diri karena putus asa dengan kehidupannya yang hancur. Semenjak itu tidak ada yang mau mendekati Kyuhyun lagi, untuk menjadi seorang temanpun mereka takut dan orang- orang yang menyukainya lebih baik menyimpan perasaan mereka dari pada mengutarakannya.” Sangmi melanjutkan kembali penjelasannya.
“Kehidupannya begitu tidak menggembirakan, menurutku memang tidak pantas dia disukai, sifatnya aja kaya gitu. Sudahlah kita tidak perlu membahasnya, lebih baik kita kembali ke kelas, makananku juga sudah habis sekarang malah tersisa rasa- rasa perih karena tersendak tadi.” Ujar Minra.
Mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya, sementara itu Hyunsoo sudah ada di dalam kelas dan menunggu ke datangan mereka. Angin hangat terasa hilir mudik dengan lembut di koridor sekolah, Hyunsoo menarik kedua tangan sahabatnya yang baru sampai ke kelas.
“Kalian tahu, Byung Hyun bilang apa sama aku?” Raut wajah Hyunsoo memucat.
“Mwo? Ekspresi kamu tidak menyenangkan.”  Tanya Minra menatapnya dengan bingung.
“Dia bilang, kita harus menjauh satu sama lain karena perbedaan diantara kita. Dia tidak ingin berharap kepadaku dan memulai denganku, dia memutuskan untuk mengakhiri pertemannya denganku. Itu yang dia katakan kepadaku.” Suaranya terdengar berat dan menahan air matanya.
“Apa yang dia lakukan? Itu sikap yang konyol dan tidak logis aja, kalau memang kalian saling menyukai kenapa mempermasalahkan status sosial kalian! Seharusnya dia bisa menghadapi masalah itu bersama- sama.” Ucap Sangmi kesal.
“Jika kamu ingin menangis, menangislah, aku yakin itu akan membuat hati kamu lebih baik. Jangan ditahan Hyunsoo- ah.” Ucap Minra memeluk pundak sahabatnya.
Yeoja itu memeluk Minra begitu erat dan menangis dipundaknya, melepaskan rasa sakitnya. Perasaannya kepada Byung Hyung berakhir begitu saja tanpa ada permulaan, cerita yang berakhir karena perbedaan yang tidak bisa dihilangkan dan latar belakang keluarga yang berbeda. Namun, keegoisan setiap orang itu berbeda dan itu akan mempersulit suatu keadaan yang mudah menjadi susah.
Bel masukpun berbunyi, Hyunsoo segera menghapus air matanya. Matanya terlihat bengkak dan tidak nyaman dilihat. Meskipun teman- teman menatapnya dengan rasa penasaran, tetapi Hyunsoo mencoba bersikap biasa saja. Kelas sudah penuh seperti biasanya, mereka masuk tanpa mempedulikan orang- orang yang melihat, ada orang yang berbisik dan bertanya- tanya apa yang terjadi dengn Hyunsoo. Hyunsoo meminta bantuan  Sangmi untuk duduk dengan murid baru itu sampai pelajaran selesai,  keadaannya yang seperti ini membuat Hyunsoo tidak nyaman. Semua siswa mengikuti pelajaran dengan baik dan mendengarkannya dengan seksama. Pelajaran Fisikalah pembuka pertama setelah jam  istirahat selesai, waktupun tidak terasa karena keseriusan belajar dengan rumus- rumus yang tertulis dipapan tulis.
Tanpa terasa bel pulangpun berbunyi, semua murid keluar dari kelas , seperti biasa salah satu diantara mereka sudah ada yang menunggu untuk pulang bersama, siapa lagi kalau bukan Kim Heechul yang sedang menunggunya di luar kelas.
“Seperti biasa gue pulang duluan.” Ucap Sangmi yang sibuk membereskan bukunya.
“Arraso, hati- hati dijalan.” Jawab Minra.
“Lalu, apa kamu pulang sendiri?” Tanya Minra kepada Hyunsoo yang masih duduk dan asik dengan lamunannya.
“Aku pulang bersama Siwon sekarang, karena hari ini ada pertemuan keluarga besar teman- teman ayahku.” Jawab Hyunsoo dengan lemas dan tidak bersemangat.
“Arraso, aku pulang duluan.” Kata Minra.
Minra melangkahkan kakinya perlahan menuju gerbang sekolah, pandangannya mulai kabur dan terasa berputar- putar. Tubuhnya terasa lemas dan tidak memiliki tenaga, Minrapun oleng dan terjatuh, namun dalam benaknya berkata ‘Tapi aku tidak merasa sakit.’ Dalam tatapannya yang kabur ada seseorang yang menahannya agar tidak terjatuh ke tanah namun setelah itu Minra memejamkan matanya dan tidak mengetahui apa- apa lagi. Orang itu langsung membawa Minra ke rumah sakit karena keadaannya yang tidak sadarkan diri. Dia membawa Minra kedalam mobilnya, sesampainya di rumah sakit Minra dibawa ke ruang rawat dan orang yang menolong Minrapun pergi dan berlalu.
Hidup itu seperti debu…
Disaat terhempas maka semuanya akan menghilang
Terkadang hidup seperti sebuah mimpi
Peralatan medis langsung terpasang pada tubuh Minra, mungkin karena terlalu lelah dia jatuh pingsan. Orangtua Minra sudah menunggunya sekitar 2 jam yang lalu tapi Minra belum juga sadarkan diri, orangtuanya sangat khawatir dengan keadaan Minra. Minra merupakan anak terakhir, dia memiliki seorang kakak laki- laki. Ayah dan ibunya bekerja sebagai staf kantor di perusahaan ternama. Keluarganya termasuk keluarga yang sederhana namun harmonis, tidak ada hari tanpa bersama- sama meskipun memiliki kesibukan masing- masing tetapi selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul.
Beberapa jampun berlalu, perlahan mata yeoja itu terbuka, pandangannya buram namun, perlahan penglihatannya kembali jelas. Minra melihat kedua orangtuanya yang begitu khawatir dengan keadaannya. Ibunya menangis cemas dan duduk disamping gadis itu sambil memegang tangan kanannya.
“Appa… Eoma.” Panggil Minra lemas.
“Minra, kamu tidak apa- apa? Apa yang terjadi sampai- sampai kamu jatuh pingsan?” Tanya Ibunya dengan cemas.
“Tidak apa- apa eoma, jangan khawatir mungkin karena terlalu lelah beraktivitas. Mianata, aku sudah membuat Appa dan Eoma khawatir.” Ucap Minra dengan lemas dan tersenyum kearah kedua orangtuanya.
         Pertemuan keluarga besar dari pengusaha terkaya berkumpul di sebuah gedung yang sangat megah. Wartawan televisi dan koranpun memenuhi undangan sebagai tamu dipertemuan keluarga itu. Acara pertemuan itu sangat special, setiap orang yang datang harus menunjukan golden card untuk menikmati pesta itu, dalam penampilanpun akan membedakan orang yang memiliki uang dan tidak. Pakaian serba elegan dan semuanya terlihat mahal, makanan yang mereka sajikan dimeja hidangan adalah makanan khas korea dan luar negeri, design ruanganpun begitu menarik dan indah. Susunan kursi dan meja yang nyaman berbalut kain berwarna ungu dengan lampu- lampu hias yang menyinari, alunan lagu- lagu klasik, jaz dan dansa silih berganti terdengar. Keluarga ternama diseluruh dunia hadir disini, baik itu dalam maupun luar negeri, perusahaan- perusahaan besar yang sudah ternama dan sukses adalah investor yang sangat mempengaruhi pergerakan saham yang diperjualbelikan. Pemilik perusahaan yang paling terkenal didunia bisnis itu terlihat tegap, memiliki kharisma besar dengan badannya yang tinggi dan berwawasan luas, itu terlihat dari cara dia berbicara dengan rekan- rekan sesama pengusaha dan pakaian yang dikenakannya. Sedangkan wanita bergaun perak elegan yang berdiri disampingnya , dia adalah istri dari pemilik perusahaan terkenal itu. Gaya penampilannya benar- benar berkelas dan memiliki selera yang tinggi. “Lee Byunhae.”
 Seorang yeoja bergaun merah dengan rancangan pribadi keluarganya dan perhiasan yang menghiasi leher, telinga, dan tangannya membuatnya sangat menawan, serta make up yang sederhana sangat serasi dengan gayanya. Dia sangat  cantik, yeoja itu menghampiri seseorang yang sedang duduk menikmati hidangan diatas mejanya. Acara ini memiliki tujuan khusus bagi keluarga pengusaha- pengusaha kaya yang ingin menjadikan kekerabatan kedalam sebuah keluarga besar. Yeoja itu berusaha menikmati semuanya dan tidak bisa mundur lagi, matanya terus berlari mencari seseorang yang dikenalnya. Tiba- tiba saja matanya langsung berhenti kepada seseorang yang berdiri dengan santai dan senyuman hangat selalu terpancar dari wajahnya yang tampan. Wajah itu sangat menarik mata yeoja itu dan tidak dapat beralih kemanapun, ingin sekali menghampiri namja itu namun, dia tetap terpaku duduk dan memandangnya.
“Seseorang yang membuatku tidak bisa mengalihkan tatapanku.” Gumam yeoja itu.
Kemana namja itu? tidak ada dipandangan yeoja itu. Apa mungkin dia menghilang dan itu tidak nyata? Yeoja itu mencari kemana namja yang menarik perhatiannya hilang dari pandangannya.
“Annyeonghaseo.” Seseorang menyapa yeoja itu.
To be countinue…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar