Jumat, 23 Desember 2011

THE LAST  Part 4 (Always Together )
Author : Purple Fishy
Genre : Friendship, romance
Tipe : countinue
Rating : G
Cast  : Han Min Ra (oc), Park Junsu
Support cast: Choi Hyun Soo (oc), Park Sang Mi(oc), Kim Sang Seok (oc), Pak Park (oc)
Cover credit :the original photo doesn’t belong to me, but I edited it as needed
Disclaimer : I only own the plot, the characters are all belong to themselves, do not take it out without permission.
Warning : this story is 100% my imagination, if you like this story please coment but not bashing or plagiat. Thank you^^
Annyeong reader!! Ini ff pertama ku mian kalau masih jelek namanya juga masih belajar, mohon bantuannya ya ^^. Sebenarnya author dapet inspirasi dari pengalaman orang-orang yang author kenal…ff ni semuanya dari sudut pandang author oke jd gak ada POV dari pemainnya, dari pada banyak cing cong langsung aja ke cerita oke
Author POV
Seoul International High School adalah salah satu sekolah elit yang ada di Korea Selatan.  Fasilitas yang mewah dengan teknologi yang canggih menjadi jaminan. Sekolah yang ada di seoul ini sangat diminati oleh masyarakat Korea Selatan, beruntung jika orang yang mendapatkan beasiswa untuk masuk kesekolah elit ini. Yah… tidak lain adalah Han Minra, satu siswi yang beruntung mendapatkan beasiswa meskipun dia mengakui kalau dirinya tidak terlalu pintar namun dia memiliki prestasi non akademik yang patut diperhitungkan. Keberuntungan memang datang kepada orang yang bersungguh- sungguh mengerjakan suatu hal, begitulah menurut orang yang ingin sukses dimasa depan.
Minra POV
Terik matahari menyengat begitu saja, cuaca hari ini memang panas dan langit berwarna biru, tidak ada tanda- tanda gumpalan awan yang akan menyelimutinya. Teriakan terus terdengar ditelinga, “FIGHTING.”  Ah… aku lupa memperkenalkan salah satu orang yang tidak pernah jauh dariku, dia selalu ada bersamaku semenjak kejadian dua tahun yang lalu. Dia adalah sahabatku yang paling baik meskipun kadang keusilannya membuatku marah kepadanya tapi dia memang seperti itu humoris, ceria, dan menghibur. Aku juga sangat menyukai senyumannya yang manis, pemikirannya yang bijak dan dewasa membuat aku merasa nyaman didekatnya. Dia adalah orang yang duduk disebelahku saat ini.
“YAK… Park Junsu.” Teriak seseorang kepada namja berambut coklat itu.
Itulah nama aslinya namun dia lebih menyukai panggilan leeteuk, menurutnya leeteuk itu memiliki arti yang sangat bagus, leeteuk berarati special. Awalnya aku tidak menyukai panggilan itu karena tidak sesuai dengannya, tapi…setelah aku pikirkan dia memang special dan berbeda. Semenjak aku menyadari hal itu, mulutku secara otomatis memanggilnya dengan panggilan leeteuk oppa karena dia lebih tua dariku satu tahun. Oppa, panggilan akrabku kepadanya karena dia sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri dan bagian dari hari- hariku.
“Oppa, sepertinya dia marah kepadamu?” Tanyaku heran.
“Biarkan saja.” Jawabnya tetap tenang
“Waeyo?”
“Aku memakai sepatunya tanpa bilang kepadanya.”
“Aish oppa, sungguh memalukan  sekali itu.” Tatapku sambil mencibirnya.
“Annio.” Ujarnya tak peduli.
Aku menatapnya dengan kecut, namun dia tetap tidak menyadari. Dia terkadang menyebalkan sekali, tapi disisi lain dia membuatku nyaman, entah kenapa aku merasa seperti itu bila terus bersamanya.
“Minra- ah, aku ingin… mengajakmu main hari ini.” Tanyanya canggung.
“Main? Kemana?” Tanya kaget.
“Aku ingin mengajakmu ke taman hiburan?”
“HAHAHAHA. Aku sudah besar oppa, apakah aku terlihat seperti balita?”
“MWO? Aku tidak bilang seperti itu, hanya saja aku ingin kesana.” Ucapnya sambil menatapku sinis.
“Arraso. Aku akan pergi bersamamu.” Jawabku tersenyum lembut.
Sudah lama aku tidak pernah kesana, semenjak kejadian itu aku tidak ingin mengunjunginya lagi. Namun, aku harus melawan semuanya, jika seperti ini aku akan terus membenci dan tidak bisa menerima kenyataan yang sudah berlalu.  Aku tahu oppa Leeteuk sengaja mengajaku kesana, karena dia mengetahui semuanya dan dia ingin aku bisa mengobati rasa traumaku. Aku menatapnya dan terus memandanginya sambil tersenyum bangga memiliki sahabat yang sudah menjadi bagian hidupku.
Aku mengalihkann pandanganku dari wajahnya dan kembali menyaksikan pertandingan yang sedang berlangsung, tiba- tiba saja kapten dari reguku terjatuh, dia berusaha mengambil bola dari regu Sangmi. Dia tidak dapat berdiri dan terus memegang pergelangan kakinya.
“Kim Sang Seok, kamu baik- baik saja?” Tanya Pak Park Cemas.
“Nde.” Sambil menahan rasa perih.
Lee Myung Won dan Nam Dong Gyu yang berada di dekat Pak Park membantu Sangseok duduk di pinggir lapangan basket. Pertandinganpun berhenti, semua murid fokus melihat Sangseok.
“Kamu gantikan Sangseok bermain.” Tepuk Pak Park kepadaku.
“N- nde.” Aku menjawab dengan ragu.
‘Eotteoke? Apa aku bisa melakukannya? Tenang Minra, kamu bisa kalau kamu berusaha dan mencobanya terlebih dahulu. Rileks Minra pasti kamu bisa tentu bisa. Fighting!’ Kata hati Minra.
“Geunchana.” Ucap Leeteuk sambil tersenyum.
“Gomawo.” Jawabku menatapnya.
Aku mulai berjalan dan menyemangati diriku sendiri, aku tidak ingin mengacaukan semuanya. Aku harus berusaha, ini bukan ujian sekolah, aku hanya butuh rileks dan fokus kepada pertandingan ini. Keadaan yang tegang mulai reda dan pertandinganpun berlanjut, aku  masuk ke lapangan dan bergabung bersama timku dan aku memiliki tanggung jawab yang besar sebagai kapten tim seperti Kim Sang Seok. Terik matahari semakin menyengat membuat udara panas sekali, tidak ada angin yang bertiup untuk meredakan panas. Namun, aku berusaha tidak mempedulikan panas matahari yang membakar kulitku, aku harus membawa timku sebagai pemenang. Semua fokus kearah pertandingan yang semakin seru, kedudukan  kedua tim terus berkejaran, teriakan dan dukungan kepada kedua tim terus terdengar ditelingaku. Aku semakin nervous. Tinggal selangkah lagi Minra, aku pasti bisa, aku harap bola ini masuk dengan mudah, ini penentuan terakhir timku. Aku akan berusaha. Aku mulai melemparkan bola kedalam keranjang dan suasana begitu hening, semua mata yang ada dilapang basket tertuju kepadaku dan menunggu hasil dariku.
“Menaaannggggg.” Seru tim Minra.
Aku memasukan bola dengan mudah, aku memasukannya tanpa menyentuh lingkaran besi ranjang bola itu. Aku berhasil!!! Sahabatku, Hyunsoo berlari dengan gembira kearahku dan langsung memelukku. Dia terus memujiku dan terus berteriak ‘KITA MENANG.’
“Gomawo, gara- gara kamu tim kita menang.” Ucap Hyunsoo.
“Ah…annio, aku tidak melakukan apa- apa. Kalian juga ikut berusaha denganku, semuanya berkat kerja keras kita.” Ujarku.
“Minra- ssi, gamsahamnida.” Ucap Sangseok sambil tersenyum hangat kearahku.
Waktu pertandinganpun habis dan pemenangnya adalah timku, semua orang memberikan selamat dan ikut gembira denganku. Nafasku masih terengap- engap, begitupun dengan yang lainnya. Aku tidak pernah merasa sesehat ini. Sangmipun mengucapkan selamat kepada timku meskipun dia dan timnya kalah. Sangmi memelukku dan berteriak keras ditelingaku “CHUKAE”.
“Yak… apa yang kamu lakukan?” Bentakku.
“Aku memberikan selamat kepadamu.” Ucap Sangmi tersenyum senang.
“HAHAHAHA. Tidak perlu seperti itu.” Wajahku kembali datar.
“Chukae Minra- ah.” Ucap Leeteuk sedikit mengacak rambutku pelan.
Saatnya tim namja memulai pertandingan mereka dan bersiap- siap.
“Aku tidak menyangka, kamu bisa bermain basket sebaik itu. Apa kamu pernah bermain ini sebelumnya?” Tanya Sangseok kepadaku.
“Anni, aku hanya melihat dan mengikuti orang lain saja, walaupun sebenarnya aku merasa bingung dengan permainan itu tapi aku menyukainya.” Jawabku dengan seulas senyuman.
AUTHOR POV
Peluit kembali berbunyi, permainan tim namja sedang berlangsung. Tidak kalah seru dengan petandingan tim yeoja, mereka lebih bersemangat dan lebih baik dalam hal menyusun strateginya untuk menang melawan musuh.
“Namja itu menjadi kapten? Dia sangat tampan dan manis, aku baru menyadari hal itu. Aku rasa…aku mulai menyukainya, meskipun dia dingin dan tidak bersikap ramah tapi aku tertarik kepada namja itu. Tatapan matanya yang tajam dengan senyuman sinisnya membuat hatiku meleleh.” Ucap seorang yeoja berbinar- binar.
 “Ne, aku setuju, kepribadiannya yang dingin membuatnya lebih menarik dari yang lainnya. Kamu tahu tidak? Dia itu anak satu- satunya pemilik perusahaan terkenal di dunia, keluarganya sangat kaya. Aku ingin sekali menjadi pacarnya karena itu akan menjamin kehidupanku. Hahaha.” Ucap satu yeoja lainnya sambil memainkan ujung rambutnya.
Minra, Sangmi dan Hyunsoo melihat kearah kedua yeoja itu, tatapan yang aneh dan membuat Minra menahan tawanya sedangkan Hyunsoo menatap mereka dengan sinis karena mendengar ucapan kedua yeoja itu yang terus memuji namja itu. Minra langsung memalingkan pandangannya, dia hanya menggelengkan kepalanya  dan tersenyum.
“Mau- maunya dia jadi pacar namja itu.”Ucap Sangmi menyunggingkan bibirnya 3 cm ke samping kanan.
 “Aku kesal dengan omongan semua orang tentang dia, aku sangat mengenalnya.” Erang Hyunsoo.
“Aigo, ternyata kamu menyukai Kyuhyun, cowok dingin dan so itu?” Sindir Minra.
“Annio, bukan seperti itu.” Bela Hyunsoo.
“Jeongmal?” Usil Sangmi menyikut tangan Hyunsoo.
“Itu dulu, sekarang aku tidak menyukainya lagi.” Jelas Hyunsoo.
“Chakaman, apa kamu masih mengharapkannya?” Tebak Sangmi penasaran.
“Anni, kami hanya teman, aku juga menyadari hal itu. Kalian tahu sendiri, siapa orang yang paling aku sukai.” Ujarnya tenang.
“Apa dia pernah datang ke pertemuan keluarga?” Tanya Sangmi.
“Annio, dia baru satu kali datang keacara itu.”
“Ah….Pantas saja, aku tidak pernah melihatnya.” Tanya Sangmi.
“Dia tumbuh dengan baik dan banyak berubah.” Jelas Hyunsoo sambil menatap Kyuhyun yang sedang bermain basket.
“Jadi kalian memang saling mengenal, pantas saja tadi pagi kalian begitu akrab.” Ucap Minra sambil mengangguk lembut.
Bola basket itu melaju begitu kencang tepat kearah ketiga yeoja itu. Semua orang berteriak “AWAS”, mereka spontan melihat bola itu yang semakin mendekat dengan kecepatan 100 km/jam. Namun, nasib malang menimpa salah satu dari mereka, bola itu tepat mendarat kearah mukanya. Rasanya sakit sekali, bola basket yang keras dan besar itu langsung menghantam yeoja itu. Semua orang menatap kearahnya dan melihat apa yang terjadi kepadanya. Bola itu terjatuh begitu saja kelantai setelah menghantam begitu keras dan mendorongnya langsung kearah tembok kelas, kepala yeoja itu menghantam tembok lalu terdengar suara ‘BUG’. Yeoja itu langsung terjatuh ke lantai dan mengeluarkan banyak darah dari hidungnya. Murid- murid yang ada disekitar lapangan basket sangat terkejut, yeoja itu tidak bergerak sedikitpun. Dia tidak sadarkan diri, Pak Park langsung mengambil langkah seribu untuk melihat keadaan yeoja itu. Dia jatuh pingsan, tanpa berpikir panjang Pak Park mengangkatnya dan membawanya ke ruang kesehatan. Semua panik termasuk kedua sahabatnya yang melihat kejadian itu.
“Panggil ambulance!” Teriak Pak Park.
“Ada apa dengan hari ini, mulai dari Kim Sang Seok yang terluka parah karena terkilir sekarang satu siswi lagi yang jatuh pingsan dan mengeluarkan banyak darah dari hidungnya.” Keluh Pak Park sambil membawa yeoja itu.
Hyunsoo sangat cemas dan ketakutan dengan kejadian yang menimpa salah satu sahabatnya, Hyunsoo langsung mengambil ponselnya di loker dan menekan tombol- tombol angka untuk menelepon ambulance. Darah segar yang terus dikeluarkan dari hidung yeoja itu, badannya masih tergeletak tak sadarkan diri diatas ranjang berbalut kain biru yang rapi dan bersih. Memar diwajahnya mulai muncul membiru dan membuat wajahnya bengkak.
 Kedua sahabatnya sangat cemas dan menunggu datangnya ambulance yang tak terlihat sedikitpun. Sambil mondar mandir, Hyunsoo melihat kearah gerbang sekolah ambulance dan beberapa menit kemudian ambulancepun datang, petugas rumah sakit membawa yeoja itu dan memindahkannya kedalam ambulance. Pak Park ikut mendampinginya menuju rumah sakit untuk mengkonfrimasi kejadian yang terjadi kepada orangtua yeoja ini. Petugas langsung membawanya ke ruang ICU. Saat diperjalanan Pak Park sudah menelepon orangtua yeoja itu dan memberitahu kejadian yang menimpa anaknya. Mereka tiba secara bersamaan dan sama- sama menuju ruang ICU.
“Apa yang terjadi?” Tanya salah satu orangtua yeoja itu dengan wajah sangat cemas.
“Saya meminta maaf kepada anda, saya sudah lalai dan saya akan bertanggung jawab atas kejadian ini. Dia mengalami memar diwajah dan hidung yang terus mengeluarkan darah, saya belum tahu pasti apa yang terjadi dengan hidungnya. Selain itu kepala bagian belakang terbentur keras kearah tembok. Saat ini masih tidak sadarkan diri.” Jelas Pak Park menundukan kepalanya dengan rasa bersalah kepada orangtua yeoja itu.
“Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi setelah dokter memeriksanya.” Ujar ayah yeoja itu sangat optimis.
“ Saya berharap demikian, kita menunggu pemberitahuan dokter setelah memeriksanya. Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini.” Ucap Pak Park kembali membungkukan badannya.
Orangtua yeoja itu dan Pak Park duduk di kursi yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit, mereka menunggu hasil dari dokter. Mereka masih cemas dan menunggu kepastian tentang keadaan yeoja yang sedang diperiksa dan rasa tidak bersabarpun diderita oleh Ibu yeoja itu yang ingin mendengar penjelasan dokter bahwa anaknya baik- baik saja.
Dokterpun keluar dari ruang ICU…..
“Ada keluarga dari pasien Han Minra- ssi?” Tanya Dokter Kang.
“Nde, kami keluarganya, apa yang terjadi?” Ucap Tuan Han dan  beranjak dari kursi putih itu.
“Pasien mengalami patah tulang dibagian hidungnya dan tidak ada cedera dikepalanya ataupun adanya pendarahan. Namun, kami harus melihat kembali tiga hari kedepan apakah semuanya baik- baik saja.” Jelas Dokter Kang.
“Mwo? patah tulang hidung?” Ujar Nyonya Han sangat terkejut.
“Kami sudah mengatasinya, hanya memerlukan beberapa kali check up untuk memeriksa apa tulang hidungnya sudah kembali pulih. Sekarang pasien sedang istirahat karena obat bius yang kami berikan dan pasien harus dirawat selama tiga hari disini untuk melihat kembali kepalanya yang terbentur.” Ucap Dokter Kang.
“Baiklah. Saya mengerti.” Ucap Tuan Han.
Setelah pemeriksaan itu berlalu, Yeoja itu dibawa ke ruang rawat untuk istrahat, kedua orangtuanya langsung menemaniya. Pak Park menemui pihak administrasi rumah sakit untuk mengetahui biaya rumah sakit yang harus dibayar. Pihak sekolah akan membayar semua biaya rumah sakit.
“Bagaimana dengan biayanya?” Tanya Nyonya Lee dengan cemas.
“Tidak perlu memikirkan itu, kita berharap anak kita sembuh dan kembali ceria lagi. Aku tidak ingin melihatnya terluka lagi.” Jawab Tuan Han sambil merangkul istrinya.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, “Masuklah.” Pak Park datang dan menemui orangtua Minra. “Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini, seluruh biaya administrasi Han Minra- ssi sudah ditanggung oleh pihak sekolah.”
“Gamsahamnida.” Ucap Tuan Han sedikit membungkukkan badannya.
SSSSSS
Han Minra masih tidak sadarkan diri, kedua orangtuanya meninggalkan yeoja itu untuk mengambil beberapa pakaian ganti dan meminta ijin untuk cuti beberapa hari dari tempat mereka bekerja. Dua orang yeoja berpakaian putih melangkahkan kakinya sambil membawa beberapa kertas ditangan kanannya dengan papan coklat, pintu kamarpun digesernya dan mereka masuk begitu saja kedalam ruangan itu. Seorang yeoja yang memakai pakaian putih itu memeriksa denyut nadi dan tekanan darah pada pasien yang tertidur pulas, dan satu orang lagi memeriksa peralatan yang ada disana sudah sesuai dengan fungsinya atau tidak.Setelah beberapa menit memeriksa pasien , kedua yeoja itu meninggalkan ruangan dan membiarkan pasien istirahat dengan tenang.  Pintu kamarpun ditutup kembali, suasana hening dan telinga tidak mendengarkan apapun. Hanya detikan jam dinding dan angin yang tak terlihat namun, terdengar pelan disudut- sudut ruangan putih itu.
Dia mulai membuka kedua bola matanya, pertama- tama tatapannya masih buram dan tidak jelas. Tatapan matanya kembali normal dan efek obat bius masih terasa didalam tubuhnya. Suara ketukan pintu terdengar jelas dari luar. Minra hanya bisa mendengar dan menunggu seseorang masuk tanpa menjawab atau menyambutnya.
Tok tok tok
 “Kenapa tidak ada yang membuka pintunya?”
“Kita masuk saja.”
“Tidak apa- apa?”
Pintu kamarpun tergeser, langkah kaki mereka terdengar dilantai sembari memberikan salam, mereka masuk dan memberikan salam. Ternyata tidak ada siapa- siapa didalam ruangan, suasana sangat sepi, hanya terlihat seorang yeoja yang terbaring lemah diatas ranjang putih itu dengan infusan ditangannya.  Hyunsoo sangat terkejut dengan keadaan sahabatnya, sedangkan Sangmi langsung berlari menghampiri yeoja bertubuh mungill itu dengan mata yang berkaca- kaca sambil menahan air mata yang ingin dikeluarkannya. Entah perasaan sedih atau ini perasaan bahagia yang bercampur aduk dihati Sangmi.
“Annyeong.” Ucap Minra lemas.
“Aku sangat khawatir Minra- ssi, geunchana?” Ujar Sangmi panik sambil memeluk Minra.
“Sangmi- ah, aku baik- baik saja dan sekarang tubuhku merasa lebih baik,” Jawab Minra mengusap wajah Sangmi yang penuh air mata.
“Apa itu sangat sakit?” Tanya Hyunsoo menunjuk hidung Minra.
Minra hanya menatap Hyunsoo dan terlihat bingung, dia mengikuti telunjuk Hyunsoo dan tangan kanannya menyentuh hidungnya yang terbungkus oleh perban, dia baru tersadar dan mengingat semua kejadian yang terjadi di lapangan basket tadi. “Aw… ini sakit sekali.”
“Aku sangat penasaran siapa yang melakukan ini?” Ucap Hyunsoo sembari mengerucutkan bibirnya.
“Cure, aku ingin mengetahui siapa yang membuat Minra seperti ini. Meskipun aku sudah berteriak sekeras- kerasnya didalam kelas tetapi tidak ada yang menjawab.” Ujar Sangmi kesal.
Minra tertawa melihat Sangmi yang begitu menggebu- gebu, Han Minra sangat beruntung memiliki kedua sahabat yang sangat menyayanginya dan selalu ada untuknya. Mereka benar- benar sahabat yang sangat baik dan tidak ada habisnya Minra bersyukur kepada Tuhan atas keberuntungan yang didapatkannya. Tidak ada yang lebih menyenangkan jika selalu bersama kedua sahabatnya, tawa, canda, duka, tangisan akan terasa ringan dipundaknya. Mereka adalah kehidupannya dan selalu menjadi penyemangatnya.
Cuaca di sore hari ini semakin dingin, angin berhembus kencang dan daun- daun berguguran begitu saja, matahari mulai turun tanpa isyarat, perlahan turun dan mulai tertutup awan, cahaya berwarna orange memantul dengan indah. Semuanya terlihat begitu abstrak dan menenangkan hati dengan keindahannya. Seorang yeoja tersenyum indah diatas balkon kamar, dua bola matanya membesar dan menarik napas dalam- dalam lalu perlahan mengeluarkannya kembali. Dia duduk diatas kursi roda dan berdiam diri menanti tenggelamnya matahari di musim gugur. “Indah dan menyenangkan.” Udara terasa sangat sejuk bahkan pemandangan ini begitu menakjubkan, kursi- kursi taman yang tersusun rapi, bunga- bunga yang indah, air mancur yang ada di tengah taman, yeoja itu sangat menikmati harinya. Tatapannya menerawang jauh menatap semua memori yang muncul satu persatu didalam benaknya. Kenapa semua itu begitu jelas dalam lamunannya, hanya saja itu tetap membuatnya merasakan rindu yang sangat besar. Permainan selalu berputar- putar diatas pikirannya, tanpa dia inginkan namun pasti itu akan selalu datang kepadanya.
“Minra- ah….” Panggil seorang yeoja dengan lembut.
Yeoja itu menghapus semua lamunannya dan menoleh kearah suara itu. Tatapan hangat dengan seulas senyuman, dia pancarkan kepada sahabatnya yang masih setia menemaninya. Meskipun hari sudah semakin berlalu, tidak ada rasa sepi dan sedih berada disisi sahabat- sahabatnya tapi yeoja itu akan merasa sangat senang dan suasana akan selalu ramai walaupun hanya ada mereka bertiga. Begitulah kebiasaan yang sudah terjadi sejak dulu, hidup yang tidak membosankan.
“Mwo?” Jawab Minra dengan seulas senyuman yang mengembang.
“Apa yang sedang kamu pikirkan? Lebih baik kamu masuk kedalam, udara diluar sangat dingin.” Ujar yeoja berparas cantik itu.
“Nde.”
Hyunsoo membantu Minra masuk kedalam kamarnya, kursi roda itu didorongnya secara perlahan dan kembali menutup jendela kamar yang terbuka lebar.
“Minra- ah, seharusnya kamu tidak perlu cemas dengan hidungmu.” Ujar Hyunsoo menyindirnya.
“Mwo?” Ucap Minra terkejut.
“Apa kamu memikirkan hidungmu?” Sindir Sangmi tersenyum senang.
“Aku tidak mengkhawatirkan hidungku.” Jawab Minra menatap sinis.
“Arra…arra, aku hanya membayangkan kejadian tadi siang. Seharusnya Minra dapat menangkap dan mengambil bola itu dengan mudah atau menghindarinya dengan cepat.” Ucap Hyunsoo sembari membayangkan.
“Ah… benar sekali. Seharusnya dia dapat menangkapnya dan melemparkan sekeras tenaga kepada namja yang membuatnya kehilangan hidung.” Ucap Sangmi melanjutkan.
“Aku tidak kehilangan hidungku.” Jawab Minra manja.
“Aiss , ternyata tetap saja mengaharapkan hidung yang bagus. Aku yakin hidungmu sekarang menurun 5 cm atau mungkin hidungmu sudah menyusut.”
“Annio, itu tidak mungkin, ini hanya patah tulang saja.  Pemikiranmu terlalu berlebihan ya Hyunsoo- ssi.”
“Hahaha. Mian. Hanya saja aku yakin, hidungmu akan berubah.”
“Sincha?”
“Ne.”
“Annio..”
“HAHAHA. Wajahmu tidak perlu seperti itu, aku benar- benar ingin tertawa melihat wajahmu ketakuatan.”
“Jika aku tahu siapa yang melakukan ini, aku akan mengutuknya menjadi seekor kodok berbulu.”
“Hahaha, Sincha? Aku tidak pernah mendengar kodok  memiliki bulu.” Ucap Sangmi diikuti tawa yang terbahak- bahak.
“Benar, meskipun tidak ada tapi aku akan mengutuknya seperti itu.” Ucap Minra sangat yakin.
“Arraso…hahaha.”
Mereka bersenang- senang dan membiarkan semuanya berjalan begitu saja, hari semakin gelap, kedua sahabat Minra masih menemaninya. Mereka menunggu kedua orangtua Minra datang dan mengantikan mereka menjada Minra. Kedua sahabat Minra tidak ada habisnya menghibur dan membuatnya senang. Mereka terus  memanjakan Minra dan menceritakan hal- hal yang menarik kepadanya. Seketika saat mereka tertawa dengan parody yang mereka lakukan dengan gerakan- gerakan konyol, pemikiran yang terlintas begitu saja membuat Hyunsoo langsung tersentak dan terdiam. “ AIGOO…Lalu bagaimana dengan tugas drama yang disuruh oleh Ibu Lee?” Tanya Hyunsoo.
“Ah…cure, bagaimana aku bisa lupa dengan hal itu? apa  yang harus kita lakukan dengan hal itu, aku tidak bisa pergi ke sekolah dan berlatih bersama kalian.” Ucap Minra gelisah.
“Kita harus mencari solusi, aku yakin pasti ada cara apapun itu.” Tepis Sangmi memutar matanya dan mencari sebuah ide.
Mereka terdiam sejenak untuk mencari jalan keluar yang baik untuk Minra. Waktu terus berlalu, Hyunsoo masih sibuk mondar mandir dan memutar otaknya untuk menemukan sebuah ide yang brilliant. Suasana menjadi hening dan hanya terdengar bunyi detikan jam yang terus berjalan, satu menit berlalu, lima menit berlalu dan memasuki menit kesepuluh.
“Ah…aku menemukannya.” Teriak Hyunsoo dengan sigap.
“Bagaimana kita berlatih disini saja?” Usul Hyunsoo melanjutkan.
“Ah…cure, kita berlatih disini saja itu akan lebih efisien. Kita bisa menggunakan ruangan ini untuk berlatih selama 2 hari kedepan, tapi…” Ucapan Sangmi langsung terhenti.
“Tapi apa?” Tanya Minra dan mengerutkan dahinya.
“Kita akan mengganggu pasien yang lain disini, bagaimana kita mengatasi hal  itu?” Ucap Sangmi diikuti dengan helaan napasnya.
“Benar, mungkin akan sangat bising kalau kita berlatih disini.” Seru  Minra sembari menganggukan kepalanya.
Mereka kembali terdiam dan mencari cara yang lebih baik lagi. Semua keputusan harus dipertimbangkan dengan baik dan tidak menganggu kepentingan umum.
“Aku tahu!” Teriak Minra.
“Bagaimana kalau kita berlatih di taman rumah sakit saja? Itu tidak akan terlalu menganggu pasien, karena pasien yang datang ke taman tidak terlalu banyak. Bagaimana?” Usul Minra.
“Benar taman rumah sakit, pasti itu bisa digunakan karena berada diluar dan meminimalkan suara agar tidak terlalu bising.” Ucap Hyunsoo menganggukkan kepalanya dengan semangat.
“Iya aku juga setuju, jadi sekarang kita beritahu yang lainnya untuk berlatih disini. Semoga mereka mengerti dengan keadaan Minra. Benarkan Minra- ssi?” Ucap Kyra sembari mengelus- ngelus rambut Minra dengan senyuman jahilnya.
“Apa- apaan, aku bukan anak kecil Sangmi- ssi.” Ujar Minra menepis tangan Sangmi.
Sangmi terus mengacak- ngacak rambut Minra dan lebih menganggunya lagi, Minra sesekali kesal dan menatap sinis kearah Sangmi namun, mereka selalu tertawa dan itu sudah menjadi kebiasaan yang terjadi diantara mereka, Hyunsoo  hanya menatap mereka dengan hangat dan senyuman yang mengembang dengan indah. Seperti biasanya Sangmi akan melakukan hal yang membuat Minra kesal untuk menghiburnya disaat suasana tidak menyenangkan. Kejahilannya tidak akan ada habisnya untuk menyenangkan orang lain yang disayanginya. Kedekatan Sangmi dan Minra tidak perlu diragukan lagi, semenjak masuk senior high school, mereka selalu bersama- sama, berbagi satu sama lain dan menghibur dikala salah satu diantara mereka sedang sedih. Seperti istilah mengatakan sahabat adalah orang yang paling berharga, kasih sayang seorang sahabat itu lebih tulus dari seorang namja dan tidak akan pernah ada habisnya. Susah senang akan selalu bersama, saling menyemangati satu sama lain.
Sahabat itu adalah berlian …
Tak akan ada gantinya meskipun kita mencari…
Sama namun akan berbeda..
Kelembutan hati seorang sahabat itu adalah ikhlas..
Senyum dan semangat mereka membuat itu akan menjadi kuat
Sahabat adalah matahari yang selalu dibutuhkan oleh setiap orang..
‘Hidupku tidak akan pernah merasa sedih ataupun menderita. Sahabat, mereka sahabatku yang sangat berharga, dan mereka adalah bagian dari diriku. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka.’
SSSSSS
Sinar lampu- lampu taman menembus tirai putih itu, tajam dan menyentuh lembut lantai kamar yeoja itu. Tubuhnya terbaring nyenyak dengan selimut hangat yang masih menutupi tubuhnya.Kedua orangtua yeoja itu kembali pulang untuk mengambil beberapa pakaian, Kakak laki- laki dari yeoja itu tidak bisa menemaninya karena masih ada tugas- tugas kampus yang harus diselesaikannya. Maka, orangtua yeoja itu menitipkannya kepada dokter dan suster yang ada di rumah sakit. Pintu kamar yeoja itu sengaja tertutup rapat dan jendela kamar yeoja itu sudah tertutup dengan kain lebar berwarna putih. Udara ruangan yeoja itu dibuat menjadi hangat untuk membuat tubuhnya tidak merasa dingin, penghangat ruangan sudah terpasang dengan suhu yang normal dan nyaman. Yeoja itu membaringkan badannya diatas ranjang dan menatap langit- langit kamarnya, terlintas ada bayangan yang terlintas dan berputar begitu saja. Seperti menonton kejadiannya sendiri dengan memori otak yang terus diputar otomatis. Yeoja itu tersenyum sambil membayangkan kejadian 2 tahun yang lalu meskipun saat itu dia masih duduk dibangku tingkat 1 tetapi ingatan itu melekat didalam pikirannya bahkan sangat berkeliaran didalamnya.
Tiba- tiba saja terdengar pintu kamarnya tergeser perlahan dan yeoja itu terkejut dengan suara langkah seseorang yang mendorong pintu kamarnya. Pukul 23:00 tepat ditunjukan oleh jam dinding berwarna biru itu. Lamunannya langsung pecah begitu saja dan debaran jantungnya semakin kencang saat pintu itu mulai digeser kembali perlahan- lahan, yeoja itu terbangun dan bersandar dipunggung ranjang, rasa takutnya semakin menjadi- jadi, keringat dingin mulai keluar dan debaran jantung yang tak terkendali lagi.Keadaan rumah sakit sangat sepi dan ujung matanya melirik ponselnya yang ada diatas meja sebelah ranjangnya. Dia mencoba mengambil ponselnya dan meminra pertolongan jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, tiba- tiba saja dia terkejut ketika bayangan seseorang terpantul oleh lampu luar ruangan yang tergambar jelas dilantai. Yeoja itu membatu dan tidak bisa berbuat apa- apa, dia memutuskan untuk diam dan tidak bergerak sedikitpun, seseorang berdiri dipintu kamarnya. Rasa gemetar yang hebar melanda tubuhnya dan tangannya mulai mendingin, napaspun sudah terpenggal- penggal seperti lari marathon dilapangan bola. Yeoja itu menarik napas dan membuangnya secara perlahan untuk menenangkan dirinya dan berdoa semoga tidak ada hal yang buruk terjadi kepadanya.
Yeoja itu menunggu kedatangan seseorang yang sedang berdiri itu, sesekali yeoja itu menelan ludahnya dan mengepal tangannya. Dia ingin bersikap positif dan membuat tubuhnya rileks. Menunggu dan terus menunggu kemunculan seseorang yang sudah ada didepan ruangannya tetapi tidak kunjung datang dan yeoja itu semakin penasaran, namun, seketika pintu kamarnya kembali bergeser dan bayangan hitam dilantainya menghilang perlahan dengan pintu yang mulai tertutup tanpa ada satu orangpun yang masuk kedalam kamarnya hanya terdengar langkah kaki seseorang yang pergi. Rasa lega dan yeoja itu menarik dan menghelakan napas lega, “Syukurlah tidak ada yang masuk kedalam, aku benar- benar merasa takut.”
Namun, pintu kamarnya kembali bergeser dan yeoja itu kembali tersentak kaget. ‘Nugu ? aku tidak berharap ada hal buruk akan mengancamku atau orang yang akan berbuat jahat kepadaku. Aku berharap!’ Terdengar langkah kaki yang berjalan diatas lantai dan debaran jantungnya semakin cepat, dia menunggu kedatangan seseorang yang masuk kedalam ruangannya.
“Siapa disana?” Teriaknya.
“YAK…. SIAPA DISANA.! Teriaknya kembali.
To be countinue…..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar